Penganggaran Perusahaan 53 ANGGARAN PRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
Penganggaran Perusahaan

ANGGARAN PRODUKSI. Muniya Alteza.

2. Untuk membantu dicapainya kapasitas produksi yang kontinyu dan seimbang.

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 5 Anggaran Produksi. Disarikan dari : Kartika, Dwiarti, Dasuki, dan sumber relevan lainnya

nggaran Produksi adalah suatu perencanaan secara terperinci mengenai jumlah unit produk yang akan diproduksi selama periode yang akan datang.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

KOMP. PERANGGARAN 1. Materi 4 ANGGARAN PRODUKSI

ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. DANAPERSADARAYA MOTOR INDUSTRY

ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PERUSAHAAN ROTI UD. SHANIA BAKERY

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nama : WENY ANDRIATI NPM : Kelas : 3 EB 18

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kegiatan usaha, baik usaha jasa, dagang maupun. industri/manufaktur tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan yaitu

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING

Analisis Selisih Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada Usaha Rumahan Kerupuk Barokah

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

METODE HARGA POKOK PESANAN

METODE HARGA POKOK PESANAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian sejenis ini pernah dilakukan oleh Hartinah dan Kaslani (2011);

BIAYA OVERHEAD PABRIK

METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD) FULL COSTING - Oleh : Ani Hidayati

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 6 ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan dan peralatan pengambilan keputusan yang rasional, objektif, dan

Manfaat Harga Pokok Standar untuk:

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PRODUK RUSAK PADA PT. MATRIX INDO GLOBAL

BAB II KERANGKA TEORI. Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata budget dalam bahasa

MODUL PRAKTIKUM PERANGGARAN PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

DEPARTEMENISASI - BOP

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

MET ME ODE P ODE ENOU EN MP OU ULAN U LAN HAROA POKOK

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING. AKUNTANSI BIAYA EKA DEWI NURJAYANTI, S.P., M.Si

HARGA POKOK TAKSIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

COST ACCOUNTING MATERI-12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II DASAR TEORI Konsep dan Definisi Konsep. 1. Sistem Akuntansi. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN PADA UD. SARI NADI SINGARAJA TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). bahan baku menjadi produk selesai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Biaya Pemasaran

langsung dan biaya overhead pabrik.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Penganggaran Perusahaan 113 BAB 7 ANGGARAN KAS

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Akuntansi Biaya

Biaya Overhead Pabrik

CONTOH KASUS ANGGARAN PENJUALAN SAMPAI DENGAN ANGGARAN LABA RUGI

BAB II BIAYA OVERHEAD PABRIK Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya. Untuk itu suatu perusahaan menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

Penganggaran Perusahaan

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM BIAYA TAKSIRAN A. PENGERTIAN DAN TUJUAN SISTEM BIAYA TAKSIRAN Pengertian Sistem Biaya Taksiran Sistem biaya taksiran adalah salah satu harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

BAB 1 PERAMALAN PENJUALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi perekonomian pada umumnya menyebabkan

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

Anggaran Produksi Dan Anggaran Biaya Produksi

PENGERTIAN AKUNTANSI BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM KEPUTUSAN MENJUAL LANGSUNG ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PADA LIMA SAUDARA FURNITURE. Dwi Mulia Septiani

BAB II LANDASAN TEORI. adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI BIAYA MAKALAH HARGA POKOK PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian global yang sudah ada di depan mata, didukung dengan

langsung Biaya Tenaga kerja

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

Transkripsi:

Penganggaran Perusahaan 53 bab 3 ANGGARAN PRODUKSI A. Pengertian Anggaran Produksi Pengertian menurut R A Supriyono (2000) anggaran produksi adalah anggaran yang dinyatakandidalam satuan fisik produk yang akan dihasilkan pada periode anggaran yaitu sebesar kuantitas penjualan yang dianggarkan disesuaikan (diadjust) dengan perubahan kuantitas persediaan awal dan akhir periode yang dianggarkan. Pengertian menurut Any Agus Kana (2003) anggaran produksi adalah penjabaran rencana penjualan menjadi rencana produksi yang meliputi perencanaan tentang volume produksi, kebutuhan persediaan, bahanbaku, tenagakerja langsung, dan kapasitas pabrik.atau perencanaan volume barang yang harus diproduksi perusahaan agar sesuai dengan volume penjualan yang telah dianggarkan. Berdasarkan pengertian di atas, anggaran produksi dapat dirumuskan dengan: (Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 2003) Anggaran Produksi = Anggaran Penjualan+Persediaan Akhir Persediaan Awal

54 Dr. Enni Savitri, SE, MM.Ak B. Klasifikasi Anggaran Produksi Sebelum anggaran produksi disusun,maka perlu disusun terlebih dahulu anggaran penjualan, karena anggaran penjualan merupakan anggaran yang dijadikan dasar dilakukannya berbagai aktivitas lainnya atau penyusunan anggaran lainnya. Tujuan penyusunan anggaran penjualan adalah untuk merencanakan setepat mungkin tingkat penjualan pada periode yang akan datang dengan memperhatikan data yang merupakan pencerminan kejadian yang dialami perusahaan di masa lalu, khususnya di bidang penjualan.(gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 2003). Setelah anggaran penjualan disusun, maka anggaran produksi dapat disusun. Anggaran produksi terdiri dari beberapa anggaran, yaitu:(gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 2003) 1. Anggaran Bahan Baku. 2. Anggaran tenaga Kerja Langsung. 3. Anggaran biaya Overhead Pabrik. Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian anggaran-anggaran tersebut di atas: 1. Anggaran Bahan Baku Adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama periode yang akan datang. Adapun halhal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Anggaran Bahan Baku, adalah : Jenis bahan baku yang dipergunakan masing-masing bahan baku yang habis dipakai

Penganggaran Perusahaan 55 untuk produksi Harga per unit masing-masing jenis bahan baku total harga masing-masing bahan baku Anggaran Bahan Baku dibagi menjadi empat sub bagian, yaitu : a. Anggaran Kebutuhan Bahan Baku, yaitu anggaran yang disusun untuk merencanakan kuantitas fisik bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi pada periode yang akan datang. b. Anggaran Pembelian Bahan Baku, yaitu anggaran yang disusun untuk merencanakan kuantitas fisik bahan baku yang harus dibeli pada periode akan datang dengan mempertimbangkan faktor persediaan dan kebutuhan bahan baku untuk keperluan produksi. c. Anggaran Persediaan Bahan Baku, yaitu anggaran yang disusun untuk merencanakan kuantitas fisik bahan baku yang harus disimpan sebagai persediaan. d. Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan dalam Produksi, yaitu anggaran yang disusun untuk merencanakan nilai (dinyatakan dalam satuan uang) bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. 2. Anggaran Tenaga Kerja Langsung Adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yangakan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung selama periode yang akan datang, yang di dalamnya meliputi anggaran jam kerja langsung dan anggaran biaya tenaga kerja langsung. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan Anggaran Tenaga Kerja Langsung, adalah :

56 Dr. Enni Savitri, SE, MM.Ak a. dan jenis barang yang dihasilkan perusahaan. b. Standar waktu tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk pembuatan satu unit produk jadi. c. Standar jam kerja langsung yang diperlukan untuk tiap jenis barang yang dihasilkan. d. Tingkat upah rata-rata per jam kerja langsung. e. Waktu produksi barang (bulanan atau triwulan). f. Jenis barang yang dihasilkan. 3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik Adalah anggaran yang merencanakan beban pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang, yang meliputi rencana tentang jenis biaya tidak langsung, jumlah biaya tidak langsung dan waktu biaya tidak langsung tersebut dibebankan, yang masing-masing bagian dikaitkan dengan tempat (Departemen Produksi dan Departemen Jasa) biaya tersebut terjadi. C. Langkah-langkah Penyusunan Anggaran Produksi Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penyusunan Anggaran Produksi, adalah (Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 2003) 1. Penentuan periode waktu yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran produksi oleh bagian produksi. 2. Penentuan jumlah satuan fisik barang yang harus diproduksi dengan mempertimbangkan anggaran penjualan. 3. Penentuan waktu pembuatan barang,yang meliputi

Penganggaran Perusahaan 57 jangka waktu yang diperlukan untuk memproses bahan baku menjadi produk jadi dan jumlah produk jadi yang akan diproduksi selama periode waktu tertentu dengan memperhatikan anggaran penjualan. 4. Penentuan lokasi pembuatan barang. 5. Penentuan urut-urutan proses produksi. 6. Penentuan standar pemakaian fasilitas produksi, agar tercapai tujuan efisiensi. 7. Penyusunan program pemakaian bahan baku, tenaga kerja, dan peralatan. 8. Penyusunan standar biaya produksi. 9. Tindakan korektif bila diperlukan. D. Tujuan Penyusunan Anggaran Produksi Tujuan penyusunan Anggaran Produksi, antara lain:( Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 2003) 1. Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai dengan yang telah direncanakan. 2. Menjaga tingkat persediaan yang memadai, artinya tingkat persediaan yang tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil. 3. Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya produksi akan bisa ditekan seminimal mungkin. E. Syarat-syarat Pokok Program Anggaran Produksi yang Berhasil Program anggaran produksi akan berhasil apabila memenuhi syarat-syarat pokok, sebagai berikut : (Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 2003) 1. Organisasi perusahaan yang sehat

58 Dr. Enni Savitri, SE, MM.Ak Organisasi yang sehat adalah organisasi yang disusun berdasarkan sistem organisasi tertentu, dapat mengadakan pembagian tugas fungsional dengan jelas, dan menentukan garis wewenang dan tanggung jawab dengan tegas. 2. Sistem akuntansi yang memadai Keberhasilan program anggaran harus didukung oleh sistem akuntansi yang memadai, meliputi : a. Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dengan realisasi yang akan dicatat oleh akuntansi, sehingga antara anggaran dengan realisasi dapat diperbandingkan. b. Pencatatan akuntansi terhadap transaksi akan memberikan informasi dari realisasi anggaran. c. Laporan yang disajikan dapat dibuat sesuai dengan penentuan tingkat pertanggung jawaban dari bagian atau individu di dalam perusahaan. 3. Penelitian dan Analisis Penelitian dan analisis diperlukan untuk menetapkan alat pengukur prestasi, yang berupa standar atau taksiran, sehingga anggaran dapat dipakai dasar analisis untuk mengukur prestasi yang baik. 4. Dukungan dari pelaksana Anggaran dapat berjalan dengan baik, apabila ada dukungan aktif dari para pelaksana tingkat atas maupun bawah. Hal ini menyangkut hubungan antar manusia dalam melaksanakan kegiatan. Oleh karena itu patokan yang dipakai untuk mengukur prestasi dengan adil harus dimiliki.

Penganggaran Perusahaan 59 F. Biaya Produksi 1. Pengertian dan Elemen Biaya Produksi Pengertian biaya (cost) menurut Harnanto (2003) jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber ekonomi yang dikorbankan (akan terjadi dan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu dan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian biaya produksi menurut Harnanto (2003) adalah biaya yang melekat pada produk, biaya tersebut meliputi semua biaya, baik langsung maupun tidak langsung dapat diidentifikasikan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Pengertian biaya produksi menurut R A Supriyono (2000) adalah Biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Dari pengertian diatas,ada tiga elemen pokok dalam biaya produksi, yaitu: a. Biaya bahan baku,adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai dalam pengolahan produk. b. Biaya tenaga kerja langsung, adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentuyang dihasilkan perusahaan. c. Biaya overhead pabrik, adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan ke dalam : biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan dan amortisasi aktiva tetap, biaya listrik

60 Dr. Enni Savitri, SE, MM.Ak dan air, biayaasuransipabrik,dan biaya overhead lainlain. 2. Metode Pengumpulan Biaya Produksi Metode pengumpulan biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : a. Metode Harga Pokok Pesanan, yaitu metode pengumpulan biaya produksi, dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. b. Metode Harga Pokok Proses, adalah metode pengumpulan biaya produksi dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu misalnya, bulan, triwulan, semester, dan tahun. Pada metode ini, perusahaan menghasilkan produk yang homogen, bentuk produk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli 3. Penyusunan anggaran Produksi Rumus: Tingkat penjualan( dari anggaran penjualan) XX Tingkat persediaan akhir XX XX Tingkat persediaan awal XX Tingkat produksi XX Anggaran produksi sebagai dasar untuk menyusun anggaran bahan baku, BTKL, BOP. Contoh: Persediaan awal diharapkan 60 unit, penjualan

Penganggaran Perusahaan 61 direncanakan 100 unit, persediaan akhir 40 unit. Barang yang harus diproduksi adalah: Penjualan 100 unit Persediaan akhir 40 unit Kebutuhan 140 unit Persediaan awal 60 unit Produksi 80 unit Sebelum barang diproduksi harus mengetahui lama proses produksi dan jumlah barang yang harus diproduksi dengan melihat anggaran penjualan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memproduksi barang: a. Fasilitas pabrik b. Fasilitas pergudangan c. Stabilitas tenaga kerja d. Stabilitas bahan baku e. Modal yang digunakan Menyusun anggaran produksi: a. Mengutamakan stabiltias produksi PT KRISNA Rencana penjualan Bulan Tingkat penjualan Januari 1.500 unit Februari 1.600 unit Maret 1.600 unit April 1.400 unit Mei 1.200 unit Juni 1.000 unit Juli 700 unit

62 Dr. Enni Savitri, SE, MM.Ak Agustus September Oktober November Desember 600 unit 900 unit 1.100 unit 1.200 unit 1.400 unit Persediaan awal 2.000 unit Persediaan akhir 1.500 unit. Penjualan 14.200 unit Persediaan akhir 1.500 unit 15.700 unit Persediaan awal 2.000 unit produksi 13.700 unit Pengalokasian perbulan dapat dilakukan : 13.700 Produksi perbulan : = 1.141,67 unit 12 kelemahan hasil pecahan Dibulatkan ke angka yang mendekati menjadi 1.100 unit maka 13.700 - (1.100 X 12 ) = 500 unit. Kekurangan 500 akan dibebankan ke januari, februari, maret, april, desember karena penjualan bulan ter sebut tinggi: sehingga kelima bulan tersebut akan mendapat tambahan : 500/5 : 100 unit Maka: 5 bulan masing-masing (1.100+100) unit = 6.000 unit 7 bulan masing-masing 1.100 unit = 7.700 unit =13.700unit b. Mengutamakan pengendalian tingkat persediaan

Penganggaran Perusahaan 63 1) Persediaan awal dan akhir diselisihkan di bagi 12: Persediaan awal 2.000 unit Persediaan akhir 1.500 unit Selisih 500 unit 500/12 = 41,67 unit 2) Kelemahan cara di atas hasil pecahan Hasil 500/5 = 100 dibebankan ke bulan januari sampai dengan Mei tergantung kebijakan perusahaan. c. Mengutamakan cara kombinasi kedua hal di atas baik persediaan maupun produksi berfluktuasi pada batas tertentu. Kebijakan yang bisa diambil sehubungan dengan data di atas: - Tingkat produksi tidak boleh berfluktuasi lebih dari 15% di atas atau dibawah rata-rata bulanan - Tingkat persediaan tidak boleh lebih dari 1.600 dan tidak boleh kurang dari separonya persediaan maksimal - Produksi bulan juli-agustus-september boleh dikurangi 30 % dari tingkat produksi normal. d. Kebijaksanaan persediaan: Persediaan harus tepat jumlahnya. Factor-faktor yang harus diperhatikan: a. Daya tahan barang disimpan b. Tersedianaya bahan baku c. Biaya yang timbul dengan adanya persediaan d. Modal kerja e. Resiko yang ada.

64 Dr. Enni Savitri, SE, MM.Ak CONTOH PABRIK ROKOK KENCANA PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI: Dalam proses pengepakkan dan pembungkusan dijabarkan: Bungkus Press Bal 12 20 bungkus = 240 10 pres = 2.400 10 20 bungkus = 200 10 pres = 2.000 3 20 bungkus = 60 10 pres = 600 Data yang ada adalah: a. Persediaan awal tahun 2002 = 3.918 bal b. Persediaan akhir tahun 2002 = 5.879 bal c. Volume penjualan tahun 2002 = 381.648 bal d. Volume penjualan tahun 2003 = 365.359 bal Untuk mencari persediaan akhir tahun 2003 adalah: Tingkat persediaan rata-rata 2002 = 3.918 + 5.879 = 4.898,5 2 Tingkat perputaran barang tahun 2002 = 381.648 = 78 kali 4.898,5 Tingakt persediaan rata-rata tahun 2003 = 365.359 = 4.684 78 Persediaan akhir 2003 = 5.879 + X = 4.684 X = 3.489

Penganggaran Perusahaan 65 4.898,5 keterangan (bal) Rencana penjualan 365.359 Persediaan akhir 3.489 jumlah 368.848 Persediaan awal 5.879 produksi 362.969 Persediaan jenis rokok mengikuti proporsi pada penjualan: Rokok @ 12 6 % Rokok @ 10 92 % Rokok @ 3 2 % Isi 12 Isi 10 Isi 3 Persediaan awal 353 bal 5.409 bal 117 bal Persediaan akhir 209 bal 3.210 bal 70 bal PABRIK ROKOK KENCANA ANGGARAN PRODUKSI 2003 Isi 12 (bal) Isi 10 (bal) Isi 3 (bal) (bal) Rencana penjualan 21.922 336.130 7.307 365.359 Persediaan akhir 209 3.210 70 3.489 22.131 339.340 7.377 368.848 Persedian awal 353 5.409 117 5.879 Produksi 21.778 333.931 7.260 362.969

66 Dr. Enni Savitri, SE, MM.Ak Penjualan masing-masing jenis rokok per kuartal adalah: Rokok isi 12 = 4.457 bal Rokok isi 10 = 68.335 bal Rokok isi 3 = 1.485 bal = 74.277 bal Rokok isi 12 = 5.686 bal Rokok isi 10 = 87.192 bal Rokok isi 3 = 1.896 bal = 94.774 bal Rokok isi 12 = 6.237 bal Rokok isi 10 = 95.629 bal Rokok isi 3 = 2.079 bal = 103.945bal Rokok isi 12 = 5.542 bal Rokok isi 10 = 84.974 bal Rokok isi 3 = 1.847 bal = 92.363 bal Pendekatan yang digunakan adalah stabilitas tingkat persediaan: Tingkat persediaan setiap kuartal adalah: Persediaan akhir 2003 = 3.489 bal Persediaan awal 2003 = 5.879 bal Selisih = 2.390 bal 2390/4 = 597,5 bal Mencari bilangan terdekat 2.388/4 = 597 2. 390 (597X4) = 2 dialokasikan ke kuartal yang penjualan tinggi.

Penganggaran Perusahaan 67 PABRIK ROKOK KENCANA ANGGARAN PRODUKSI 2003 Kuartal Kuartal Kuartal Kuartal I II III IV Penjualan 74.277 94.774 103.945 92.363 365.359 Persediaan akhir 5.282 4.685 4.086 3.489 3.389 79.559 99.459 108.031 95.852 368.848 Persediaan awal 5.879 5.282 4.685 4.086 5.879 produksi 73.680 94.177 103.346 91.766 362.969 Tingkat persediaan awal tiap kuartal masing-masing jenis rokok adalah: Kuartal 1 Rokok isi 12 = 6% X 5.879 = 353 bal Rokok isi 10 = 6% X 5.879 = 5.409 bal Rokok isi 3 = 6% X 5.879 = 117 bal 5. 879 bal Kuartal 2 Rokok isi 12 = 6% X 5.282 = 317 bal Rokok isi 10 = 6% X 5.282 = 4.859 bal Rokok isi 3 = 6% X 5.282 = 106 bal 5.282 bal Kuartal 3 Rokok isi 12 = 6% X 4.685 = 281 bal Rokok isi 10 = 6% X 4.685 = 4.310 bal Rokok isi 3 = 6% X 4.685 = 94 bal 4.685 bal

68 Dr. Enni Savitri, SE, MM.Ak Kuartal 4 Rokok isi 12 = 6% X 4.086 = 245 bal Rokok isi 10 = 6% X 4.086 = 3.759 bal Rokok isi 3 = 6% X 4.086 = 82 bal 4.086 bal uartal 1 (persediaan awal kuartal 2) Rokok isi 12 = 317 bal Rokok isi 10 = 4.859 bal Rokok isi 3 = 106 bal 5.282 bal Kuartal 2 (persediaan awal kuartal 3) Rokok isi 12 = 281bal Rokok isi 10 = 4.310 bal Rokok isi 3 = 94 bal 4.685 bal Kuartal 3 (persediaan awal kuartal 4) Rokok isi 12 = 317 bal Rokok isi 10 = 317 bal Rokok isi 3 = 317 bal 4.086 bal Kuartal 4 (persediaan akhir tahun) Rokok isi 12 6 % X 3.489 = 209 bal Rokok isi 10 = 92 % X 3.489 = 3.210 bal Rokok isi 3 2 % X 3.489 = 70 bal 3.489 bal

Penganggaran Perusahaan 69 PABRIK ROKOK KENCANA ANGGARAN PRODUKSI 2003 Penjualan Persediaan akhir Persediaan awal Produksi Isi 12 Kuartal 1 4.457 317 4.774 353 4.421 Kuartal 2 5.686 281 5.967 317 5.650 Kuartal 3 6.237 245 6.482 281 6.201 Kuartal 4 5.542 209 5.751 245 5.506 jumlah 21.922 209 22.131 353 21.778 Isi 10 Kuartal 1 68.335 4.859 73.194 5.409 67.785 Kuartal 2 87.192 4.310 91.502 4.859 86.643 Kuartal 3 95.629 3.759 99.388 4.310 95.078 Kuartal 4 84.974 3.210 88.184 3.759 84.425 jumlah 336.130 3.210 339.340 5.409 333.931 Isi 3 Kuartal 1 1.485 106 1.591 117 1.474 Kuartal 2 1.896 94 1.994 106 1.884 Kuartal 3 2.079 82 2.161 94 2.067 Kuartal 4 1.847 70 1.917 82 1.835 jumlah 7.307 70 7.377 117 7.260