GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL. Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016

BAB I PENDAHULUAN. publik di lingkungan pemerintahan desa Wiladeg. Dewasa ini banyak berkembang

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* )

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2016

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Bali 2016

PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk Luas Wilayah km 2

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2014


Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015


Kuisoner Penelitian Analisis Daya Saing Ekonomi Kab/Kota di Propinsi Sumatera Utara

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

IKHTISAR EKSEKUTIF. Ikhtisar Eksekutif

SINWAN, SH BUPATI BATANG HARI

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan 2016

Partnership Governance Index

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Kalimantan. Barat Tahun 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2014

BERITA RESMI STATISTIK

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sumatera Selatan 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur


BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini korupsi sudah menjadi penyakit

INDEKS DEMOKRASI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2015

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2016

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2014

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

dikatakan baik jika indeks di atas 80, dikatakan sedang jika indeksnya antara 60 80, dan dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. diyakini oleh banyak pihak telah menimbulkan banyak masalah, khususnya

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA PROVINSI PAPUA (IDI) 2016

GLOBAL! CORRUPTION! BAROMETER 2017

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

BERITA RESMI STATISTIK

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI

Perluasan Lapangan Kerja

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. oleh beberapa faktor antara lain kemampuan/ketrampilan SDM, upaya pimpinan dan

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS

PENGUATAN EKONOMI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTB 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Transkripsi:

GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL Refleksi 2006 dan Perspektif 2007 Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada

Stabilitas Ekonomi Mampukan Pemerintah KIB ciptakan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik yang diperlukan untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran dan se- lenggarakan pemerintahan

Aspek Tata Pemerintahan yang dinilai Kemampuan untuk memenuhi hak-hak politik; Kemampuan membuat regulasi yang sehat Kemampuan mengelola konflik dan mencegah kekerasan; Kemampuan menciptakan kepastian hukum; Kemampuan memberantas korupsi; Kemampuan menyelenggarakan pelayanan publik.

TINGKAT KEMUDAHAN PROSEDUR PELAYANAN 100% 90% Persentase 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 40,4 23,7 31,89 28,58 26,19 42,03 Sulit 0% Pelayanan Pendidikan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Perijinan Mudah

PENILAIAN TERHADAP BERBAGAI FASILITAS YANG DISEDIAKAN PEMDA UNTUK MENDORONG INVESTASI 69,04 69,04 60,91 Tidak Memadai 42,55 35,26 39,21 Memadai 19,55 20,36 19,76 8,12 10,15 9,48 Pemerintah Non- Pemerintah Pemerintah Non- Pemerintah Pemerintah Non- Pemerintah Pusat Informasi Bisnis Pusat Pelayanan Perijinan Promosi Bisnis Bersama Sumber: Data Primer GA, PSKK UGM, 2006.

Anggaran dan kepentingan publik

ORIENTASI KEPENTINGAN DALAM APBD 60 51,41 Persentase 50 40 30 20 32,48 10 0 Kepentingan DPRD dan Birokrasi Kepentingan Publik

APBD Lebih Banyak Memenuhi Kepentingan Birokrasi dan DPRD daripada Kepentingan Publik? 72,13 74,36 79,31 83,05 Setuju Tidak Setuju 40,43 34,04 37,39 39,82 16,38 15,38 17,24 13,56 Pengusaha Dosen Anggota DPRD Wartawan LSM PNS J e n i s P r o f e s i R e s p o n d e n

APBD Mampu Mengatasi Masalah Publik di Daerah? 76,27 Tidak Setuju 63,22 62,82 60,34 Setuju 51,06 37,39 29,79 22,41 16,38 12,82 14,89 8,47 Pengusaha Dosen Anggota DPRD Wartawan LSM PNS J e n i s P r o f e s i R e s p o n d e n

Kemampuan APBD Mengatasi Masalah Publik di Daerah 50 47,56 Persentase 45 40 35 30 25 20 15 10 25,92 5 0 Tidak Mampu Mampu

Kemampuan memenuhi hak-hak politik: Transparansi, partisipasi, dan kapasitas penyampaian aspirasi

TRANSPARANSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENDER PROYEK 80 Persentase 70 60 50 40 30 20 34,22 40,35 26,08 47,56 33,46 40,24 39,32 34,16 38,34 34 Terbuka Tertutup 10 N = 1844 0 Pembangunan Prasarana di Bidang Pendidikan Pengadaan Obatobatan dlm.bidang Kesehatan Pembangunan Infrastruktur di Bidang Kesehatan Pembangunan dan Perbaikan Jalan Pembangunan dan Perbaikan Jembatan

INTENSITAS PEMDA MENGUNDANG UNSUR NON-PEMERINTAH DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH 60 54,61 51,03 51,25 50 Persentase 40 30 20 25,33 25,11 23,05 10 N = 1844 Jarang Sering 0 Penyusunan APBD Penentuan Prioritas Pembangunan Pembuatan Perda

Kemampuan menegakan hukum Keseriusan, keadilan, dan kejujuran dalam penegakan hukum dan akses terhadap perlindungan hukum

TINGKAT KEADILAN DALAM PENEGAKAN HUKUM DI KABUPATEN/KOTA/PROPINSI 40 35 30 31,89 36,55 Persentase 25 20 15 10 14,15 13,29 4,12 5 = 1844 0 Sangat Tidak Adil Tidak Adil Cukup Adil Adil Sangat Adil

TINGKAT KEJUJURAN PROSES PERADILAN DI DAERAH PADA UMUMNYA 35 30 34,76 34,54 Persentase 25 20 15 10 5 19,74 7,97 2,98 0 Sangat Tidak Jujur Tidak Jujur Cukup Jujur Jujur Sangat Jujur

Kualitas Peraturan dan iklim usaha di daerah

FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN USAHA DI DAERAH 450 Frekuensi Jawaban Resp onden 400 350 300 250 200 150 100 50 0 429 BIROKRASI YANG KORUP 341 KEPASTIAN HUKUM ATAS TANAH 260 KEPASTIAN REGULASI RENDAH

Stabilitas politik dan kapasitas mengelola konflik

FREKUENSI KONFLIK DAN PEMBERITAAN KONFLIK DI DAERAH 25 Frekuensi Konflik Frekuensi Pemberitaan Konflik N = 1844 Persentase 20 15 10 5 0 Buruh - Perusahaan Antar-etnis Antar-agama Pendatang - Penduduk Asli Rakyat - Pejabat Eksekutif - Legislatif Antarpendukung partai Antarkelompok masyarakat Frekuensi Konflik 17,89 8,46 5,8 8,73 23,1 22,51 18,11 14,15 Frekuensi Pemberitaan Konflik 17,57 8,13 6,67 8,67 22,07 23,59 16,87 14,05

LEMBAGA- LEMBAGA NON-PEMERINTAH YANG BERPERAN MENYELESAIKAN KONFLIK SECARA DIALOGIS LSM 364 LEMBAGA/DEWAN ADAT 320 TOKOH AGAMA TOKOH MASYARAKAT 210 206 MAJELIS ULAMA 123 LEMBAGA KEAGAMAAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN 99 93 TOKOH ADAT 61 ORGANISASI KEPEMUDAAN 45 PAGUYUBAN MASYARAKAT 25 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Persentase Jawaban Responden N = 1844

Pengendalian Korupsi dan Kepercayaan Publik

INTENSITAS PEJABAT PEMDA MELAPORKAN KE PIHAK KEPOLISIAN DALAM MENINDAKLANJUTI LAPORAN AUDIT 80 71,2 Persentase 70 60 50 40 30 20 10 20,07 8,73 0 Rendah Sedang Tinggi

TINGKAT KESERIUSAN SEJUMLAH LEMBAGA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI Media Massa LSM Kepala Daerah 35,41 40,29 45,61 DPRD Kejaksaan Kepolisian 24,95 22,13 28,25 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Persentase

PENILAIAN WARGA MENGENAI PEMBERIAN "UANG EKSTRA" DALAM PELAYANAN PUBLIK Sangat Tidak Umum 10,68 Tidak Umum Tidak Tahu 13,23 13,83 Umum 22,99 Sangat Umum 39,26 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Persentase

Penilaian Pemangku Kepentingan menurut Kelompok Umur terhadap Praktik Pemberian 'Uang Ekstra' dalam Pelayanan Publik Tidak Umum / Tidak Wajar Umum / Wajar 83,05 81,88 62,33 56,22 7,63 11,50 20,89 27,65 <30 30-39 40-49 > 50

Penilaian Pemangku Kepentingan menurut Tingkat Pendidikan terhadap Praktik Pemberian 'Uang Ekstra' dalam Pelayanan Publik Tidak Umum / Tidak Wajar Umum / Wajar 76.24 72.30 60.71 13.86 16.73 22.22 < SMA PT >S1

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 8,33 KETIDAKPERCAYAAN TERHADAP LEMBAGA-LEMBAGA NON-PEMERINTAH DI DAERAH 61,75 63,58 36,59 40,23 24,01 10,65 11,20 11,98 14,74 15,18 88,63 Majelis Ulama/PGI/MWG Organisasi Keagamaan Ombudsman (jika ada) Perguruan Tinggi Lembaga Adat Radio Organisasi Kemasyarakatan Surat Kabar Asosiasi Pengusaha LSM Partai Politik Lainnya Persentase

INDEKS KUALITAS TATA PEMERINTAHAN MENURUT PROPINSI 0,60 0,50 0,40 0,36 0,39 0,40 0,40 0,40 0,41 0,42 0,45 0,46 0,51 0,30 0,20 0,10 0,00 NAD PAPUA RIAU BANTEN NTB BABEL DIY JATIM SUMBAR GORONTALO PROPINSI

INDEKS GA KABUPATEN DENGAN TOTAL RESPONDEN 0,70 0,60 0,50 0,60 0,42 0,43 0,45 0,46 0,49 0,53 0,54 0,50 0,40 0,36 0,30 0,20 0,10 0,00 ACEH BESAR FAKFAK BIMA BANGKA TENGAH DUMAI LEBAK GUNUNG KIDUL SOLOK POHUWATO BLITAR KABUPATEN

Kesimpulan GAS 2006 Kendati kemampuan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan berbagai pelayanan publik cukup baik namun mereka masih menghadapi berbagai masalah yang mendasar seperti kemampuan menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan publik, memperbaiki kualitas pelayanan investasi, dan birokrasi yang profesional Walaupun perda di daerah dinilai belum mampu memperbaiki investasi dan memberantas KKN, bahkan dinilai menjadi penyebab kegagalan usaha di daerah, tetapi sebagian besar masyarakat menilai perda mampu memperbaiki kualitas pelayanan publik

Kesimpulan Pemerintah daerah belum mampu menjadikan regulasi sebagai instrumen untuk memperbaiki iklim usaha dan mengendalikan perilaku korupsi. Namun, peraturan daerah diniliai mampu memperbaiki kualitas pelayanan publik. Stabilitas politik di daerah pada umumnya cukup baik. Jenis konflik yang bersumber pada nilai-nilai primordial seperti perbedaan etnis,, agama, dan daerah asal memiliki frekwensi yang rendah. Jenis konflik yang memiliki frekwensi yang cukup tinggi umumnya adalah jenis konflik yang menggambarkan dinamika politik yang tinggi, seperti antar rakyat-pejabat publik, antara eksekutif dan legislatif, dan antar pendukung partai.

Kesimpulan Penegakkan hukum di daerah masih menghadapi masalah yang persisten, terutama dalam menjamin pemerataan akses terhadap perlindungan hukum, keadilan, dan kejujuran dalam penegakkan hukum. Kegagagalan dalam penegakan hukum membuat lembaga-lembaga penegak hukum kehilangan kepercayaan publik. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengendalikan praktik korupsi di daerah dinilai rendah oleh para stakeholders. Padahal korupsi dalam birokrasi menjadi penyebab paling kuat dari kegagalan usaha di daerah, disamping kepastian regulasi, dan kepastian hak atas tanah.

Kesimpulan Pengendalian korupsi di daerah masih menghadapi banyak kendala karena keseriusan pemerintah dan lembaga non- pemerintah masih rendah. Bahkan, sebagian besar masyarakat menilai pungli sebagai hal yang umum. Ini menunjukan bahwa budaya antikorupsi belum berkembang di daerah. Ada kecenderungan krisis kepercayaan yang meluas, bukan hanya terhadap lembaga pemerintah tetapi juga lembaga- lembaga non pemerintah.

Kesimpulan Kendati secara nasional masih ada banyak masalah namun beberapa propinsi dan kabupaten/ kota (Blitar, Solok, Gorontalo, Sumbar, Jatim) menunjukkan kinerja yang cukup baik dalam penyelenggaraan tata pemerintahan Kinerja tata pemerintahan di daerah berbeda- beda tergantung pada beberapa hal: kepemimpinan di daerah, intervensi pihak luar, dan kualitas masyarakat sipil.

Ancaman Tsunami Sosial Bencana alam tiada henti-hentinya hentinya mendera beberapa daerah Kesengsaraan rakyat semakin diperparah oleh bencana alam, baik karena faktor alam mau pun karena ulah manusia (Kasus Lapindo di Siduardjo) dan banjir di Aceh Tamiang dan Kalimantan Barat.

Ancaman Tsunami Sosial NTP (Nilai( Tukar Petani) antara 2004 dan 2006 tidak menunjukkan peningkatan, bahkan dibeberapa daerah cenderung menurun. Sektor pertanian yang merupakan sumber nafkah sebagian terbesar masyarakat Indonesia mengalami kemerosotan produktivitas yang cukup tajam. Padahal pada menghadapi krisis regional tahun 1997-1998, 1998, sektor ini yang paling bertahan terhadap gejolak tersebut.

Ancaman Tsunami Sosial Kecelakaan KM Senopati,, Adam Air dan Batavia Air yang terjadi karena tidak adanya good governance dalam industri perhubungan; Penanganan bencana alam timbulkan banyak kekecewaan di masyarakat; Pembalakan hutan liar terus terjadi;

Ancaman Tsunami Sosial Perusakan lingkungan terus terjadi PP No 37/2006