Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

dokumen-dokumen yang mirip
Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

TIPOLOGI FAÇADE RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAYUTANGAN - MALANG

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

Karakteristik Fasade Bangunan untuk Pelestarian Koridor Jalan Panggung Surabaya

Komposisi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan

Identitas Visual Bangunan Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PELESTARIAN BANGUNAN KANTOR POS BESAR SURABAYA

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD)

Kesimpulan dan Saran

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL BELANDA DI JALAN PEMUDA DEPOK

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI NGAMARTO - LAWANG

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

LINDETEVES: SI KEMBAR DARI BELANDA

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016

H149 - ARSITEKTUR KOLONIAL PADA BANGUNAN RUMAH GUBERNUR JENDERAL VOC DI BENTENG ORANJE TERNATE

TIPOLOGI FASADE BANGUNAN KOMERSIAL DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA MALANG

Karakter Visual Bangunan Utama Kompleks Asrama Inggrisan Kota Banyuwangi

SINTESIS LANGGAM ARSITEKTUR KOLONIAL PADA GEDUNG RESTAURAN HALLO SURABAYA DI SURABAYA

Karakteristik Spasial dan Visual Balai Kota Madiun (Eks Raadhuis te Madioen)

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo

Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan

Arahan Disain Fasad Koridor Jalan Songoyudan untuk Memperkuat Citra Visual pada Area Perdagangan Bersejarah di Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KANTOR BAKORWIL IV JATIM PAMEKASAN

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI KAWASAN POTROAGUNG. Muchlisiniyati Safeyah Staff Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur UPN Veteran Surabaya ABTRACT

KOMPOSISI FASAD MASJID AL MUBAROK DI NGANJUK

Pengaruh Adaptasi Arsitektur Tropis pada Bangunan Kolonial di Koridor Jalan Blang Mee Samudera Pase

PELESTARIAN BANGUNAN STASIUN KERETA API KEDIRI

PELESTARIAN BANGUNAN UTAMA EKS RUMAH DINAS RESIDEN KEDIRI

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

ARSITEKTUR FASADE BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAWASAN NYAI AGENG AREM-AREM GRESIK

ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL HOUSE

KARAKTERISTIK SPASIAL BANGUNAN GEREJA IMMANUEL JAKARTA

Adaptasi Gedung Museum Kota Makassar Terhadap Iklim Tropis Lembab

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

b e r n u a n s a h i jau

Bangunan Baru Pada Kawasan Cagar Budaya Braga Bandung

Tipologi Arsitektur Fasad Bangunan Kantor Kolonial di Kawasan Kota Lama Semarang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL MUSEUM FATAHILLAH DI KAWASAN KOTA TUA JAKARTA

Tipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad Arsitektur Tradisional Pelembang

Analisa Karakter Fasade Bangunan. Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA Di KAWASAN PABRIK GULA SEMBORO-JEMBER

SIMETRISITAS RUANG PADA RUMAH TINGGAL KUNO DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

MEDIA MATRASAIN ISSN Volume 14, No.1, Maret Oleh:

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

IDENTIFIKASI BANGUNAN KOLONIAL UNTUK PELESTARIAN FASADE DI JALUR BELANDA KOTA SINGARAJA BALI

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi

Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya

Pelestarian Bangunan Kolonial Belanda Kantor Gubernur Jawa Timur (Gouverneur Kantoor Van Oost Java)

ORNAMEN DAN BENTUK RUANG RUMAH TINGGAL DI KAWASAN KAMPUNG AL MUNAWAR 13 ULU PALEMBANG

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

PELESTARIAN GEDUNG PT PERKEBUNAN NUSANTARA XI (EKS HANDELS VEREENIGING AMSTERDAM) DI SURABAYA SKRIPSI

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN UTAMA KOMPLEKS ASRAMA KOREM 081/DSJ MADIUN (EKS MIDDELBARE BOSCHBOUWSCHOOL TE MADIOEN)

ELEMEN ARSITEKTURAL RUMAH BANGSAL DI DESA LARANGAN LUAR PAMEKASAN MADURA

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

Teknis Menggambar Desain Interior

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

TIPOLOGI FASADE BANGUNAN DI JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

Transkripsi:

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang Gevi Vembrista Nirwana Permai Permadi dan Antariksa Sudikno Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145 Alamat E-mail penulis: gevivembrista@gmail.com ABSTRACT Keberadaan arsitektur kolonial memiliki nilai historis dan dan dapat dianggap sebagai identitas suatu wilayah. Rumah dinas Pabrik Gula Jatiroto merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda.Penelitian ini dilakukan untuk mengobservasi fasade rumah dinas yang memiliki karakteristik kolonial dan menjadi bagian penting karena mempresentasikan citra bangunan kolonial. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan melakukan analisis terhadap elemen elemen visual bangunan. Elemen yang dikaji antara lain Atap dinding, pintu, jendela dan ventilasi, dan lantai. Kata kunci: elemen visual, karakter visual, bangunan kolonial Belanda ABSTRACT The existence of colonial architecture has historical value and and can be regarded as the identity of a region. The official house of Jatiroto Sugar Factory is one of the Dutch heritage buildings. The research was conducted to observe the facade of the official house which has colonial characteristic and become an important part because it presents the image of colonial building. The method used is descriptive analysis by analyzing the elements of building visual elements. Elements studied include Roof walls, doors, windows and vents, and floors. Keywords: visual elements, visual characters, Dutch colonial buildings 1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang pernah mengalami masa masa penjajahan oleh bangsa bangsa asing, salah satunya bangsa Belanda. Belanda menjadi bangsa paling lama menduduki tanah air Indonesia yaitu sekitar 3,5 abad lamanya dan memberikan pengaruh terhadap Indonesia salah satunya pada bidang Arsitektur yang memunculkan arsitektur kolonial di Indonesia. Arsitektur kolonial dianggap juga ikut serta dalam penyebaran kebudayaan Belanda, yang terkenal gaya hidup yang serba mewah sehingga bangunan arsitektur kolonial dapat mewakili status sosial seseorang. Kebijakan pemerintah Belanda menjadikan bentuk arsitektur kolonial Belanda sebagai bentuk yang dipakai dalam membangun gedung baik milik pemerintah maupun swasta Karakteristik permukiman dinas kolonial sangat terlihat dengan adanya langgam langgam kolonial yang sangat kental. Mrazeck (2006) menggambarkan suasana

permukiman dinas Pabrik Gula Jatiroto yang dilengkapi dengan taman di permukiman dinas yang terasa tenang, kompak, dan leluasa serta bangunan tampak seperti villa yang didirikan dengan baik dan teratur. Pasca kemerdekaan, Pemerintah Indonesia mengambil alih semua industri dan asetasetnya sesuai dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 10 tahun 1958 Di bawah kekuasaan pemerintah Indonesia inilah bangunan bangunan kolonial di kawasan PG Jatiroto yang saat ini telah berumur 100 tahun, kurang terawat keberadaannya termasuk aspek visual dari bangunan. Karakter dari fasade sebuah objek arsitektur memiliki suatu kekhasan yang tersusun menjadi ciri-ciri objek arsitektural atau antar elemen yang tersusun. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan di pelajari dalam kajian studi adalah bagaimana karakter visual dan spasial arsitektur rumah dinas kolonial belanda pabrik gula Jatiroto. Studi ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat bentuk pengembangan ilmu yang terkait dengan rumah dinas Pabrik gula Jatiroto pada umumnya yang dapat diterapkan dalam arsitektur bangunan. Menurut Krier (1988:78) berikut adalah elemen-elemen arsitektur pendukung fasade: 1. Pintu Pintu merupakan bagian penting yang menentukan arah dan makna yang tepat pada suatu ruang. Ukuran yang biasa dipakai adalah perbandingan proporsi 1:2 atau 1:3. Ukuran pintu biasanya memiliki suatu tujuan atau makan didalamnya, misalnya saja ukuran pintu yang pendek digunakan untuk masuk ke dalam ruang yang lebih privat. Letak dari sebuah pintu dapat biasanya memiliki batasan tertentu dan disesuaikan antara keharmonisan bentuk geometris dengan ruang tersebut. 2. Jendela Jendela biasanya tergabung dalam kelompok kecil yang membagi fasade dengan elemen terpisah dan membentuk sebuah simbol tertentu. Tipe jendela dapat dikelompokkan dalam suatu kombinasi dari beberapa tipe sesuai dengan hubungan dengan pengaturan aliran udara. Jendela dibagi menjadi empat tipe, yaitu: Tipe samping, gantung samping, atas, bawah; Tipe putar, horisontal dan vertikal; Tipe sorong/geser, vertikal dan horizontal. Tipe lipat 3. Dinding Elemen dinding dapat dianggap sebagai bagian seni pahat sebuah bangunan. Dinding menjadi bagian khusus dari bangunan yamg diekspos bagian latar depan dan latar belakang dapat ditentukan. 4. Atap Atap adalah elemen bangunan yang dianggap sebagai mahkota bangunan yang disangga bagian badan bangunan yaitu bagian dinding. 5. Sun Shading Bentuk adaptasi terhadap iklim dengan adanya ornamen di atas tembok, yaitu teritisan atau biasa disebut sun shading.

Menurut Lippsmeier (1980) elemen wajah bangunan dan merupakan komponenkompone yang berpengaruh pada tampilan fasade bangunan adalah: 1. Atap; 2. Dinding;dan 3. Lantai Menurut Handinoto dan Soehargo (1996) Elemen-elemen dari bangunan kolonial Belanda yang dipakai dalam arsitektur kolonial Belanda adalah: 1. Gevel (gable) padabagian fasade depan bangunan; 2. Tower; 3. Dormer; 4. Windwijzer (Penunjuk angin); 5. Nok Acroterie (Hiasan puncak atap); 6. Geveltoppen (Hiasan kemuncak atap depan); 7. Ragam hias pada tubuh bangunan; dan 8. Balustrade. 2. Metode Metode yang digunakan dalam studi ini, adalah metode deskriptif, analisa kualitatif deskriptif dengan pendekatan tipologi. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan analisisnya adalah façade rumah tinggal kolonial Pemilihan objek menggunakan kriteria seperti yang dijelaskan pula dalam UU No 11 tahun 2010 disebutkan kriteria mengenai bangunan yang dapat dikategorikan sebagai cagar budaya yaitu berusia 50tahun atau lebih. Kriteria lain yang ditentukan oleh peneliti, yaitu masih berpenghuni, fungsi rumah berupa rumah tinggal dan bangunan masih asli. Lokasi penelitian ini dilakukan pada permukiman Pabrik Gula Jatiroto yang letaknya terdapat pada Desa Kaliboto Lor, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang. Gambar 1. Lokasi penelitian

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Atap Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jenis atap bangunan yang digunakan pada bangunan dinas pabrik gula Jatiroto yaitu pada kasusu rumah 1 yang merupakan rumah kopel menggunakan atap gabungan perisai pada bangunan utama dan pelana pada bangunan penunjang, pada kasus rumah 2 digunakan adalah perisai sedangkan pada kasus rumah 3 menggunakan atap limasan pada bangunan utama dan atap pelana pada bangunan penunjang. Atap menggunakan penutup dengan material genting berwarna coklat dan memiliki kemiringan 30-45. (Gambar 2) Atap Kasus Rumah 1 Atap Kasus Rumah 2 Atap Kasus Rumah 2 3.2 Dinding Gambar 2. Bentuk-bentuk atap Dinding bangunan dibangun dengan material batu bata dengan ketebalan 25 cm pada dinding asli dengan plesteran semen dan dicat dengan warna putih. Pada dinding baru atau tambahan dinding dibuat dengan material batu bata dengan ketebalan dinding 15 cm. Pada Kasus Rumah 2 dinding yang digunkan semuanya merupakan dinding yang masih asli. Kasus Rumah 3 yang merupakan rumah panggung menggunakan dinding kayu dengan material jenis kayu jati. Pada beberapa kasusus rumah dinding depan diberi hiasan berupa tempelan batu kali (Gambar 3) Dinding Batu Bata Dinding Kayu Dinding Dinding dengan ornamen Batu kali 3.3 Pintu Gambar 3. Bentuk-bentuk dinding Pintu utama massa bangunan menggunakan material kayu dan kaca dengan dua bukaan daun pintu, ada pula yang pintu utamanyadengan jenis pintu jendela dengan dua bukaan pintu dan empat bukaan jendela. Pintu pintu ini memiliki warna kusen ali berwarna cream tapi beberapa kasus rumah diganti warna menggunakan warna abu abu. (Gambar 4)

3.4 Jendela dan Ventilasi Gambar 4. Bentuk-bentuk pintu Jendela pada obyek penelitian menggunakan material kayu dan gabungan anata akayu dan kaca. Pada beberapa kasusu rumah kusen mengalami perubahan warna yang awalnya berwarna krem berubah menjadi berwarna abu abu. Terdapat jendela yang berbentuk jalusi, jendela ini memiliki fungsi meneruskan aliran udara masuk ke dalam bangunan Ventilasi pada bangunan merupakan ventilasi dengan bentuk geometris sederhana antara lain persegi, persegi panjang dan belah ketupat. (Gambar 5) 3.5 Lantai Gambar 5. Bentuk-bentuk jendela dan ventilasi Bahan penutup lantai bangunan yang digunakan pada bangunan di kawasan studi, didominasi bahan tegel bail tegel polos maupun tegel bermotif. Material lainnya yang digunakan adalah lantai kayu dan lantai plesteran. Ruang uang kamar mandi pada obyek penelitian sebagian besar mengalami perubahan material menggunakan material keramik.lantai bagian depan bangunan memiliki perbedaan ketinggian dari 50 cm hingga 2 meter pada kasus bangunan rumah panggung. (Gambar 6) Lantai Tegel polos Lantai tegel dengan ornamen hias Lantai kayu Perbedaan Ketinggian Lantai Gambar 6. Jenis jenis Lantai

4. Kesimpulan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa macam atap yang digunakan pada rumah dians kolonial adalah atap gabungan antara atap perisai, pelana, dan limasan ataupun. Dinding asli pada bangunan ada yang menggunakan material batu bata ada juga bangunan yang menggunakan material kayu jati. Dinding batu bata pada dinding asli menggunakan ketebalan 25cm sedangkan pada dinding tambahan menggunakan dinding batu bata ketebalan 15cm. Pada beberapa kasus rumah terdapat ornnamen penghias dinding dengan material tempelan batu kali yang difinishing menggunakan car berwarna hitam. Jenis pintu dan jendela yang paling banyak ditemukan adalah jenis pintu dengan material gabunganan anatar kayu dan kaca dengan tipe gantung samping. Lantai bangunan menggunakan material berupa tegel, kayu, plesteran dan keramik. Lantai yang dominan digunakan pada bangunan utama obyek penelitian dengan menggunakan material tegel sedangkan pada bangunan penunjang atau area servis secara keseluruhan menggunakan lanatai plesteran kecuali pada ruang kamar mandi yang saat ini menggunakan material keramik. Pada bangunan rumah panggung lantai bangunan utama menggunakan lantai dengan material kayu jati. Lantai bangunan memiliki perbedaan ketinggian 30 hingga 60 cm diukur dari permukaan tanah. Elemen visual fasade bangunan rumah dinas pabrik gula Jatiroto yang paling besar terdapat perubahan adalah pada elemen jendela dan pintu yaitu adanya perubahan warna pada kusen selain itu perubahan dinding dengan adanya penambahan penyekat berupa dinding baru, sedangkan elemen yang tidak mengalami perubahan adalah elemen atap. Daftar Pustaka Handinoto & Soehargo, P. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang. Surabaya: Lembaga Krier, R. 1988. Architectural Composition. London: Academy Edition Lippsmeier, G. 1980. Bangunan Tropis (Edisi ke-2). Jakarta: Erlangga