BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia. ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pengamanan aset daerah.

PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN ASET DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah pemerintahan akan saling terkait fungsinya guna memperjuangkan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya.

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah mengalami pergeseran

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. program yang dapat melahirkan mahasiswa mahasiswa yang terampil,

BAB I PENDAHULUAN. negara/daerah dimulai dengan diterbitkannya 2 (dua) undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Untuk itu menghadapi. dibutuhkan agar berbagai urusan pemerintahan yang dilimpahkan

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 19 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. seluruh Indonesia. Aset daerah merupakan sumber daya yang penting bagi

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aset dan Sistem Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN TANAH DAN BANGUNAN MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

SALINAN NO : 14 / LD/2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB II TELAAH PUSTAKA

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 90 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dengan adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB IV PENUTUP. Kabupaten Bantul, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 87 TAHUN No. 87, 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN ACEH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan daerah yang selanjutnya diikuti dengan undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, tidak hanya mendorong terjadinya reformasi dibidang keuangan daerah saja, tetapi juga mendorong terjadinya reformasi dalam hal pengelolaan barang milik daerah. Hal tersebut ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2006. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74 ayat (3) Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2006, Menteri dalam Negeri perlu menetapkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah telah disempurnakan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Dalam perubahan Peraturan pemerintah ini, yang dimaksud barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Kemudian pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai. Disamping itu pengelolaan barang milik daerah meliputi perencanaan kebutuhan, 1

2 penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Barang milik daerah merupakan salah satu faktor yang paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah. Keberadaan barang milik daerah sangat mempengaruhi kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena itu, sistem pengendalian intern atas pengelolaan barang milik daerah harus handal untuk mencegah penyimpangan yang dapat merugikan keuangan daerah (BPK RI dalam Putra, 2012). Pertanggungjawaban atas barang milik daerah kemudian menjadi semakin penting ketika pemerintah daerah setiap tahunnya wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD dalam bentuk laporan keuangan yang disusun melalui suatu proses akuntansi atas transaksi keuangan, aset, hutang, ekuitas dana, pendapatan dan belanja, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah menandakan bahwa adanya amanat untuk aparatur pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah untuk melaporkan keuangan yang transparan,wajar serta dapat dipertanggung-jawabkan. Laporan keuangan yang transparan, wajar serta dapat dipertanggungjawabkan tersebut dipengaruhi oleh ketepatan pelaporan dan penatausahaan asset tetap. Hal

3 tersebut dikarenakan asset tetap pemerintah memiliki peranan yang besar dalam sebuah neraca pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah (Damayanti, 2013). Dalam rangka mengelola barang milik daerah agar berdaya guna dan berhasil guna, perlu dilakukan pengamanan sehingga memberi nilai aset bagi daerah. Pengamanan adalah kegiatan/tindakan pengendalian dan penertiban dalam upaya pengurusan barang milik daerah secara fisik, administratif dan tindakan hukum agar barang barang milik daerah dapat dimanfaatkan secara optimal serta terhindar dari penyerobotan pengambilalihan atau klaim dari pihak lain. Pengamanan barang milik daerah harus didukung dengan sistem administrasi yang tertib dan rapi khususnya dalam buku inventaris yang menggambarkan bagaimana perencanaan kebutuhan dilakukan, ataupun rekapitulasi barang milik daerah mulai dari Kartu Inventaris Barang A (KIB A) sampai dengan KIB F. Dan perlu dilakukan pemberian kode barang daerah sehingga barang tersebut selain terjaga registrasinya juga terjaga dari keinginan orang-orang yang ingin memilikinya secara pribadi (sumber: www.setdaprovkaltim.com, 18 Oktober 2013). Hal itu menunjukkan perlu dilakukan perencanaan dan penatausahaan yang optimal agar barang milik daerah tetap aman dan terjaga. Selain itu, pengawasan juga menjadi sangat penting dalam upaya mengamankan barang milik daerah. Pengawasan dilakukan pada seluruh siklus pengelolaan barang milik daerah. Pengawasan dilakukan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan yang telah dilakukan apakah sesuai dengan peraturan perundangundangan atau tidak.

4 Pengelolaan barang milik daerah memiliki fungsi yang sangat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan, tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya sering kali terdapat berbagai permasalahan. Adapun permasalahan pengelolaan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara seperti tidak adanya sertifikasi yang masuk dalam arsip Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) mengakibatkan banyaknya aset milik Pemprov Sumut yang berhilangan seperti Studio Film Sunggal, lahan gulat dan sirkuit pancing. (sumber: www.waspada.co.id, 11 Oktober 2013). Aset Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) berupa tanah dan bangunan di Jalan Soekarno-Hatta yang bersebelahan dengan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Tanah Tinggi Kota Binjai terlantar yang sampai sekarang tidak dimanfaatkan (sumber: www.analisadaily.com, 12 Oktober 2013). Fenomena diatas menunjukkan bahwa pengelolaan aset daerah selama ini telah berjalan, namun belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Untuk mencapai hasil guna yang optimal, maka sangatlah tepat jika pemeritah mengambil kebijakan dengan menetapkan beberapa regulasi yang diantaranya adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 sehingga diharapkan dapat memperbaiki/ menyempurnakan administrasi pengelolaan barang milik daerah yang ada saat ini. Adanya regulasi dalam mengelola barang daerah diharapkan dapat menciptakan pengelolaan barang daerah yang baik sehingga dapat memberikan gambaran tentang kekayaan daerah, memberikan kejelasan status kepemilikan, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan pemanfaatan aset daerah yang ada dan

5 juga diharapkan akan berpengaruh terhadap pengamanan barang milik daerah yang nantinya berdampak pula terhadap mata anggaran untuk penambahan aset daerah pada APBD yang ditentukan dari rencana kebutuhan dapat dikurangi mengingat barang milik daerah yang lama masih layak dipergunakan oleh masyarakat. Penelitian mengenai pengelolaan barang milik daerah sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Andriany (2009) menyimpulkan bahwa inventarisasi, pembukuan, dan pelaporan sebagai variabel independen memberikan dampak yang tidak signifikan terhadap pengamanan aset daerah sebagai variabel dependennya. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Simamora (2011) menunjukkan bahwa penatausahaan dan penertiban berpengaruh signifikan terhadap pengamanan barang milik daerah pada SKPD Kabupaten Langkat. Selain itu, hasil penelitian Putra (2012) menyatakan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian berpengaruh terhadap pengelolaan barang milik daerah. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Saleh Sibarani (2013) yang berjudul Pengaruh Penatausahan dan Pengawasan Barang Milik Daerah terhadap Pengamanan Barang Milik Daerah pada Pemerintahan Kota Medan. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah perbedaan objek penelitian. Penelitian dilakukan pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan pada Pemerintah Kota Medan. Peneliti menambah variabel independen yaitu perencanaan.

6 Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan alasan bahwa berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan diatas, pengelolaan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara belum terlaksana sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat dilihat dari Aset Pemprov Sumut belum dimasukkan ke dalam arsip. Jika ini dibiarkan, tidak tertutup kemungkinan aset milik Pemprov Sumut terus bergeser (sumber: www.waspada.com, 11 Oktober 2013). Peneliti menambah variabel independen perencanaan dengan pertimbangan bahwa dalam praktek pengelolaan aset perencanaan merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Perencanaan yang dilakukan mencakup perencanaan kebutuhan dan perencanaan pemeliharaan dengan memperhatikan ketersediaan anggaran. Perencanaan kebutuhan merupakan langkah awal dalam pengelolaan barang milik daerah yang sangat penting dan berpengaruh besar pada proses pengelolaan selanjutnya. Adanya perencanaan yang baik dengan sendirinya akan berdampak baik pula pada proses pengelolaan secara keseluruhan (teguh, 2012). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa masih perlu dilakukan perencanaan, penatausahaan dan pengawasan yang lebih baik sehingga barang milik daerah dapat dimanfaatkan secara optimal serta terhindar dari penyerobotan pengambilalihan atau klaim dari pihak lain. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah diatas dengan judul: Pengaruh Perencanaan, Penatausahaan, dan Pengawasan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Barang Milik Daerah pada Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu: a. Apakah pengelolaan barang milik daerah telah terlaksana dengan baik pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? b. Apakah perencanaan berpengaruh terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? c. Apakah penatausahaan berpengaruh terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? d. Apakah pengawasan berpengaruh terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? e. Apakah dengan adanya perencanaan, penatausahaan dan pengawasan barang milik daerah dapat meningkatkan pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka untuk mempermudah dalam melakukan penelitian agar lebih terfokus dan sistematis. Masalah hanya dibatasi menyangkut tentang pengaruh perencanaan, penatausahaan dan pengawasan barang milik daerah terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

8 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Apakah perencanaan berpengaruh terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? b. Apakah penatausahaan barang milik daerah berpengaruh terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? c. Apakah pengawasan barang milik daerah berpengaruh terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? d. Apakah perencanaan, penatausahaan, dan pengawasan barang milik daerah berpengaruh terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan Penelitian ini adalah: a. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh signifikan antara perencanaan terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. b. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh signifikan antara penatusahaan barang milik daerah terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

9 c. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh signifikan antara pengawasan barang milik daerah terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. d. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh signifikan antara perencanaan, penatusahaan, dan pengawasan barang milik daerah terhadap pengamanan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Peneliti, sebagai pengetahuan dan pemahaman tentang akuntansi pemerintahan, khususnya tentang pengelolaan barang milik daerah. b. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pemerintah daerah sebagai informasi untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengamanan barang milik daerah. c. Bagi Pihak lain atau Akademis, penelitian ini memberikan sumbangan wawasan terhadap penelitian akuntansi khususnya di bagian akuntansi pemerintahan yang berhubungan dengan pengelolaan barang milik daerah.