BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Agar tercapai tujuan SPIP sebagai suatu system pengendalian intern, harus dilaksanakan kelima unsur dari SPIP yaitu lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Efektifitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus Pada Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian belum berjalan secara efektif. Hal ini terlihat dari masih adanya temuan hasil pemeriksaan pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Sekretariat Jenderal dan tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan juga belum mencapai 100%. Temuantemuan tersebut ada yang bersifat administrasi dan ada pula yang bersifat 125
menimbulkan kerugian Negara. Hal ini disebabkan Sekretariat Jenderal belum melaksanakan seluruh unsur dan sub unsur dalam SPIP. a. Unsur lingkungan pengendalian dalam SPIP memegang peranan yang penting, karena membentuk budaya dan perilaku manusia, sehingga apabila unsur lingkungan pengendalian belum terlaksana dengan optimal maka akan berpengaruh terhadap unsur-unsur yang lainnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan roda penggerak dan menjadi landasan dalam melaksanakan segala aktivitas dan kegiatan. b. Unsur penilaian resiko dalam hal ini terkait dengan identifikasi resiko dan analisis resiko juga belum dilakukan sepenuhnya oleh Sekretariat Jenderal. Apabila unsur penilaian resiko ini dilakukan dengan sepenuhnya, maka resiko yang dianggap dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi dapat diantisipasi sejak dini. c. Unsur kegiatan pengendalian dalam hal ini terkait dengan reviu pengelolaan sumber daya manusia juga belum dilakukan sepenuhnya oleh Sekretariat Jenderal. Hal ini ditandai dengan pelaksanaan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65/M-IND/PER/7/20014 tentang Pola Karier Pegawai Kementerian Perindustrian yang belum berjalan sesuai yang diharapkan. d. Unsur informasi dan komunikasi juga belum dilakukan sepenuhnya oleh Sekretariat Jenderal. Hal ini ditandai dengan belum terciptanya komunikasi yang efektif antara atasan dengan bawahan. 126
e. Unsur Pemantauan juga perlu ditingkatkan sehingga tindak lanjut hasil pemeriksaan bisa mencapai 100%. 2. Temuan-temuan hasil pemeriksaan pada kegiatan yang diselenggarakan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1) kurangnya pengawasan dari pimpinan, yaitu Pejabat Pembuat Komitmen dan juga Penanggung Jawab Kegiatan, 2) Sistem Pengendalian Intern yang dinilai masih lemah; dan 3) faktor manusia, yaitu kelalaian dari pejabat pembuat komitmen, penanggung jawab kegiatan, dan juga pelaksana kegiatan 3. Belum efektifnyanya SPIP yang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:: a. Komitmen Pimpinan Komitmen pimpinan memegang peranan yang penting dalam sistem pengendalian intern. Komitmen yang kuat dari pimpinan tentunya akan mendorong untuk melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan tercapainya SPIP yang efektif dengan demikian akan memelihara lingkungan kerja yang dapat menimbulkan perilaku positif guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Salah satu contohnya adalah komitmen pimpinan dalam pelaksanaan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65/M-IND/PER/7/20014 tentang Pola Karier Pegawai Kementerian Perindustrian perlu ditingkatkan, mengingat 127
peraturan tersebut terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia Kementerian, khususnya sumber daya manusia Sekretariat Jenderal. b. Sumber daya manusia SDM merupakan aset berharga bagi sebuah organisasi. SDM dalam organisasi dengan kapasitas yang memadai dan sesuai dengan bidang tugasnya akan menjadi kekuatan bagi organisasi, karena untuk melakukan tugas-tugas pengendalian yang baik dibutuhkan SDM-SDM yang memiliki kompetensi yang bagus di bidangnya masing-masing. Terkait dengan pengelolaan SDM Sekretariat Jenderal perlu adanya konsistensi dalam: - penempatan pegawai agar sesuai dengan kompetensi; - pengangkatan pejabat pada jabatan eselon III dan eselon IV seharusnya menggunakan assessment; - perlu dilakukan rotasi baik pada level staf maupun pejabat structural setidaknya dalam kurun waktu antara 2 (dua) tahun 5 (lima) tahun. c. Struktur organisasi Struktur organisasi yang jelas akan membentuk suatu sistem pengendalian dalam organisasi, karena adanya pemisahan tugas dan fungsi dan juga pengawasan berjenjang. Terkait dengan organisasi, perlu dilakukan evaluasi secara berkala. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahu sejauh mana efektifitas organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu juga belum 128
adanya uraian jabatan sampai dengan level staf bisa menyebabkan kesalahan dalam menafsirkan tugasnya. d. Komunikasi yang efektif Komunikasi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan sistem pengendalian intern. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi baik antara atasan dengan bawahan maupun dengan sesama level. Keberhasilan penyampaian informasi tersebut tergantung dari efektif atau tidaknya proses komunikasi. Salah satu bentuk komunikasi yang bisa dilakukan adalah dengan penyelenggaraan rapat rutin baik rapat yang bersifat formal maupun informal. e. Pemantauan dan Pembinaan Pelaksanaan SPIP Pemantauan dalam SPIP bertujuan untuk bertujuan untuk memastikan apakah SPI dalam suatu instansi telah berjalan dengan baik seperti yang diharapkan dan untuk memastikan bahwa terdapat perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan dan sesuai dengan perkembangan yang terjadi Pemantauan mutlak diperlukan untuk menjamin bahwa pengendalian intern telah dilaksanakan secara optimal. Selain itu pembinaan pelaksanaan SPIP juga perlu dilakukan secara terus menerus dengan harapan SPIP ini akan menjadi sebuah budaya. 129
7.2 Saran Sistem Pengendalian Intern sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan good governance bukanlah sesuatu hal yang mudah dilakukan, karena dipengaruhi oleh sumber daya manusia. Sumber daya manusia sebagai salah satu kunci sukses pengendalian intern perlu didukung oleh SDM yang handal dan memiliki komitmen yang kuat. Dengan demikian tujuan utama pengendalian intern yaitu menjaga asset organisasi melalui sistem pelaporan yang handal, efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan aktivitas organisasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku dapat tercapai. Kementerian Perindustrian khususnya Sekretariat Jenderal telah berusaha menerapkan unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya, namun pasti akan selalu ada kekurangannya. Dari hasil analisis dan kesimpulan, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Penyusunan grand design sumber daya manusia untuk jangka pendek, jangka menengah, dan juga jangka panjang. Grand design ini mencakup pengadaan (recruitment), pemeliharaan (maintenance), dan pengembangan (development). Selain itu juga diperlukan standar kompetensi jabatan baik soft competensies maupun hard competensies. Standar kompetensi jabatan mutlak diperlukan agar terjadi penempatan pegawai yang tepat dengan tempat yang tepat (the man at the right place). 130
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai upaya reformasi birokrasi SDM aparatur, sehingga pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab dapat berjalan secara optimal sesuai dengan tugas dan fungsinya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia idealnya dimulai dengan pematangan SDM terdidik pada level menengah, yaitu para birokrat muda usia 30 50 tahun, berpendidikan minimal sarjana, serta memiliki pemikiran yang cukup matang dan strategis. Cara yang dapat ditempuh dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan dan pelatihan, baik berupa pendidikan formal maupun bentuk-bentuk pelatihan lainnya. Selain itu juga dapat dilakukan program magang baik pada instansi pemerintahan yang lain maupun swasta. Dengan program magang diharapkan pegawai dapat mempelajari keberhasilan suatu instansi maupun swasta, 3. Penyusunan uraian jabatan sampai dengan level staf sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan tugas dan wewenang masing-masing jabatan. Hal ini diperlukan mengingat dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107.M-IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian belum disebutkan secara rinci uraian tugas masing-masing jabatan. 4. Penguatan tugas dan fungsi satuan tugas (Satgas) SPIP, dimana Satgas SPIP akan membantu tugas pimpinan dalam pelaksanaan pengendalian intern, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemantauan. Dengan 131
adanya Satgas SPIP ini diharapkan akan membantu pelaksanaan tugas pimpinan dalam melakukan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan SPIP. 5. Melakukan pemahaman (bisa berupa sosialisasi, workshop, maupun bentukbentuk sosialisasi yang lain) dan diklat mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 6. Pelaksanaan studi banding ke instansi-instansi pemerintah yang telah berhasil dalam pelaksanaan SPIP. Dengan demkian kita dapat mempelajari kunci keberhasilan suatu instansi dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern. 132