ANALISIS PROGRAM PJOK BERDASARKAN PENDEKATAN GOAL-ORIENTED EVALUATION MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

ELEMEN DASAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BOLAVOLI DI SMPN 16 MALANG DENGAN PENDEKATAN DESCREPANCY EVALUATION MODEL

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

PENERAPAN FORMATIVE SUMMATIVE EVALUATION MODEL DALAM PENELITIAN TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan memang bukanlah satu-satunya hal

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

DASAR PROFESIONALITAS GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

I. PENDAHULUAN. bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

I. PENDAHULUAN. lembaga pendidikan di negara kita. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 20. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL CONTECTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

SKRIPSI MOCHAMMAD KHAERUL DHAHABUDIN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan warga Negara yang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

I. PENDAHULUAN. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

Kata kunci : pendidikan matematika realistik, pemahaman konsep, materi prisma dan limas.

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

STUDI KORELASI ANTARA FASILITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SD NEGERI SONOREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS PROGRAM PJOK BERDASARKAN PENDEKATAN GOAL-ORIENTED EVALUATION MODEL Abi Fajar Fathoni (Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang) fajarfathoniabi@gmail.com Abstrak: pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan siswa. Namun terdapat guru yang tidak melaksanakan pengukuran tingkat kesegaran jasmani siswa dan tidak mengevaluasi pemahaman siswa mengenai kesehatan. Sedangkan evaluasi itu sendiri merupakan alat untuk mengukur seberapa keberhasilan program dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Penulis mengkaji dari berbagai sumber rujukan yang meliputi kurikulum, perangkat pendidikan, buku guru, hasil penelitian dan sumber lain yang relevan. Hasilnya diketahui hanya 6,77 % guru melakukan evaluasi kognitif. Persentase yang kecil jika mengingat kompetensi dasar dari kurikulum salah satunya siswa mampu memaparkan pola makan sehat, bergizi dan seimbang serta pengaruhnya terhadap kesehatan. Kemudian diketahui juga mengenai penggunaan tes kesegaran jasmani oleh guru yaitu 10% selalu, 10% sering, 27% kadang-kadang, 17% tidak pernah, 37% tidak diketahui. Oleh karena itu saran diberikan kepada pihak yang terkait untuk mengkaji ulang mengenai tujuan dan cara mengevaluasi proses pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan secara tepat. Sehingga mampu dilakukan perbaikan pada proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kata kunci: analisis, program PJOK, goal oriented model. PENDAHULUAN Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional. Artinya adanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan digunakan untuk mendukung tujuan dari pendidikan nasional. Begitu juga tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jika dilihat dari tujuan pendidikan nasional terdapat satu tujuan 12 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

khusus yaitu menjadikan peserta didik menjadi manusia yang sehat. Tujuan tersebut hanya bisa diwujudkan melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Sehingga secara khusus tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang sehat. Seperti sistem dan program lainnya, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga sudah memiliki program dan sistem yang dilaksanakan guna untuk mencapai tujuannya. Selain itu juga dilakukan evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan proses yang dilaksanakan. Evaluasi sendiri bermanfaat untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan program yang nantinya bisa diperbaiki demi tercapainya tujuan dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Sukiman (2012:12) juga menjelaskan bahwa tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Salah satu model evaluasi yang ada yaitu model evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan cara melihat keberhasilan suatu program dari tercapai atau tidaknya tujuan dari program tersebut. Arifin (2013:75) menyatakan bahwa model ini dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang logis antara kegiatan, hasil dan prosedur pengukuran hasil. Tujuan model ini adalah membantu guru merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan antara tujuan dengan kegiatan. Jika dilihat dari model evaluasi yang berorientasi pada tujuan ini, terlihat bahwa terdapat kesenjangan antara tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan cara dan aspek-aspek yang diukur untuk memperoleh hasil evaluasi. Hal yang tampak yaitu sesuai tujuan pendidikan nasional, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan difungsikan untuk menjadikan peserta didik manusia yang sehat namun pada pelaksanaan evaluasi sebagian besar guru tidak melakukan pengukuran yang berkaitan dengan aspek-aspek tingkat kesehatan peserta didik. Selain itu sebagian besar guru juga sangat sedikit yang melakukan tes pengetahuan dalam pelaksanaan evaluasinya mengingat pada kompetensi dasar kurikulum, siswa dituntut memahami beberapa pengetahuan tentang makanan sehat, pola hidup sehat dan cara menjaga tubuh agar tetap sehat. Berdasar pada permasalahan tersebut maka penulis akan membahas mengenai model evaluasi yang berorientasi pada tujuan serta dikaitkan pada contoh permasalahan yang ada dengan judul Analisis Program PJOK Berdasarkan Pendekatan Goal Oriented Evaluasi Model. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 13

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui pengertian, tujuan, dan model evaluasi yang berorientasi pada tujuan dan menganalisis program PJOK berdasarkan pendekatan goal oriented evaluasi model. Pentingnya penulisan artikel ini agar para pembaca dapat memahami tentang pengertian, tujuan, dan model evaluasi yang berorientasi pada tujuan dan menganalisis program PJOK berdasarkan pendekatan goal oriented evaluasi model. Sudaryono (2012:39) menyatakan bahwa evaluasi berarti menentukan sampai seberapa jauh sesuatu itu berharga, bermutu atau bernilai. Selanjutnya Sukiman (2012:4) menjelaskan bahwa evaluasi antara lain merupakan kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang mengombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu. Winarno (1995:4) juga menguraikan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan nilai berdasarkan data yang dikumpulkan melalui pengukuran. Sedangkan Arikunto (1999:3) menyatakan bahwa mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah yaitu mengukur dan menilai. Kemudian Daryanto (2012:6) mengungkapkan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan pengukuran bersifat kuantitatif. Selanjutnya Daryanto (2005:6) menyampaikan bahwa menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk yang berarti penilaian bersifat kualitatif. Melihat dari beberapa pendapat tersebut terdapat perbedaan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai namun di lain pihak dikatakan bahwa evaluasi diperoleh dari proses pengukuran dan penilaian. Melihat dari perbedaan pendapat dan pernyataan di atas pastinya akan timbul pertanyaan bahwa bagaimana kedudukan antara evaluasi, penilaian, pengukuran dan lainnya. Arifin (2013:8) menjelaskan bahwa evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik (learning progress), sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Di samping itu, evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian (value judgment) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative description), tetapi dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan dan wawancara (qualitative description). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut. 14 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

Evaluasi Penilaian Pengukuran Tes dan Non-Tes Gambar 1 Hubungan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes (Sumber: Arifin, 2013:8) Menurut Sudaryono (2012:50) tujuan utama dari suatu kegiatan evaluasi adalah untuk membuat keputusan. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu sebelum mengambil keputusan dilakukan evaluasi sebagai langkah untuk mengumpulkan bukti-bukti dari pengambilan keputusan tersebut. Selanjutnya Sukiman (2012:12) juga menjelaskan bahwa tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Jadi dalam evaluasi pendidikan bukti yang dibutuhkan dari evaluasi itu adalah bukti yang mendukung dalam penetapan keputusan dalam pendidikan tersebut. Membahas pada lingkup lebih sempit yaitu mengenai tujuan dari evaluasi pembelajaran. Karena pembelajaran sendiri juga merupakan bagian dari evaluasi pendidikan. Daryanto (2012:11) menjelaskan bahwa Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Kemudian Arifin (2013:14) menerangkan bahwa tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Jadi informasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan dan sistem penilaiannya. Winarno (1995:5) merumuskan pengukuran dan evaluasi dapat memiliki beberapa tujuan, tujuan tersebut tidak selalu cocok dengan segala situasi, berikut tujuan pengukuran dan evaluasi yang meliputi (1) penentuan status siswa, (2) PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 15

pengelompokan siswa, (3) seleksi, (4) diagnostik dan bimbingan, (5) motivasi, (6) mempertahankan standar dan (7) melengkapi pengalaman pendidikan. Arikunto (1999:24) menjelaskan bahwa model Evaluasi yang berorientasi pada tujuan (goal-oriented evaluation model) merupakan model yang muncul paling awal serta yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus, mengamati seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Sehingga model evaluasi ini fokus terhadap tujuan suatu program dan dibandingkan dengan hasilnya apakah sudah sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan. Arifin (2013:75) menyatakan bahwa model ini dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang logis antara kegiatan, hasil dan prosedur pengukuran hasil. Tujuan model ini adalah membantu guru merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan antara tujuan dengan kegiatan. Model evaluasi yang berorientasi pada tujuan secara tidak langsung ternyata juga menjadi acuan utama sebagai prinsip dalam melaksanakan evaluasi. Seperti yang diungkapkan oleh Sukiman (2012:40) bahwa langkah awal yang perlu dilakukan guru sebelum melakukan evaluasi hasil belajar adalah melakukan telaah terhadap kurikulum. Telaah kurikulum ini dimaksudkan untuk mencermati tipe hasil belajar yang termuat di dalam setiap rumusan kompetensi dasar dan indikator. Dengan mengenali tipe hasil belajar tersebut, guru akan dapat memilih dan menentukan teknik dan instrumen evaluasi secara tepat. Misalnya, jika rumusan kompetensi dan indikatornya memuat tipe hasil belajar kognitif tingkatan pemahaman, maka teknik evaluasi yang dapat digunakan adalah dengan tes bentuk objektif model pilihan ganda atau dengan tes bentuk uraian. Jika tipe hasil belajarnya adalah psikomotor, maka teknik evaluasi yang cocok adalah dengan menggunakan tes kinerja dan instrumennya berupa skala penilaian dan seterusnya. Kemudian dalam konteks penilaian hasil belajar, Depdiknas (2003:3) mengemukakan prinsip-prinsip umum penilaian adalah mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran. Selain itu Daryanto (2012:19) juga mengungkapkan bahwa tujuan instruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang akan disajikan. Selanjutnya Arikunto (1999:24) juga menjelaskan bahwa ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau 16 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

hubungan erat tiga komponen yaitu antara tujuan, kegiatan pembelajaran atau KBM, dan evaluasi. Tujuan KBM Evaluasi Gambar 2 Triangulasi atau Hubungan Erat Tiga Komponen (Sumber: Arikunto, 1999:24) Berikut adalah penjelasan dari bagan triangulasi di atas adalah sebagai berikut: (1) Hubungan antara tujuan dengan KBM. Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM. (2) Hubungan antara tujuan dengan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi harus mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan. (3) Hubungan antara KBM dengan Evaluasi. Seperti yang sudah disebutkan dalam nomor (1), KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan juga dalam nomor (2) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Kesimpulan dalam beberapa pernyataan di atas bahwa model evaluasi yang berorientasi pada tujuan (goal-oriented evaluation model) merupakan model evaluasi yang membandingkan antara tujuan dan hasil dari program yang telah dibuat dan ternyata model tersebut tanpa disadari menjadi prinsip dalam setiap proses evaluasi. Sehingga model evaluasi yang berorientasi pada tujuan (goaloriented evaluation model) sudah menjadi bagian penting dalam sebuah evaluasi. METODE Metode penulisan artikel ini yaitu dengan mengkaji beberapa sumber yang relevan, penelitian dan pengamatan langsung pada program pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Kemudian dari pengkajian tersebut PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 17

selanjutnya temuan dipaparkan dalam artikel menggunakan analisis deskriptif. Subjek penelitian adalah semua yang berkaitan dengan program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan seperti guru, siswa, penelitian terkait, sumber hukum, perangkat penunjang program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan seperti kurikulum, perangkat pembelajaran dan buku pegangan guru. HASIL Pada pelaksanaannya, proses evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menggunakan beberapa instrumen. Instrumen tersebut mengacu pada tiga aspek yaitu aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Berikut adalah contoh tabel instrumen penilaian pada pendidikan jasmani yang meliputi tiga aspek. Gambar 3 Tabel Penskoran Aspek Kognitif (Sumber: Buku Guru PJOK, 2014:44) Gambar 4 Tabel Penskoran Aspek Psikomotorik (Sumber: Buku Guru PJOK, 2014:46) 18 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM Gambar 5 Tabel Penskoran Aspek Afektif (Sumber: Buku Guru PJOK, 2014:49)

Kemudian penulis menemukan sebuah penelitian Survei tentang aspek evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang ditujukan di SMP Negeri se-kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun pada semester genap tahun 2009/2010 oleh Eko Rido Waskito. Berikut temuan data yang disampaikan oleh Waskita pada tabel 1. Tabel 1 Aspek Evaluasi Materi Pelajaran yang Digunakan oleh Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri se-kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun pada Semester Genap 2009/2010, n=6 Aspek Jumlah materi keseluruhan Jumlah yang disajikan dan dievaluasi Persentase materi yang disajikan dan dievaluasi Psikomotor 53 35 66,037% Afektif 53 0 0% Kognitif 59 4 6,77% Fisik 6 3 50% Rata-rata 30,70% (Sumber: Waskito, 2010:39) Pada tabel tersebut terlihat bahwa persentase materi yang disajikan dan dievaluasi dari aspek psikomotor sebesar 66,037%, afektif sebesar 0%, aspek kognitif sebesar 6,77% dan aspek fisik sebesar 50%. Fokus pada persentase materi yang disajikan dan dievaluasi dari aspek kognitif hanya sebesar 6,77%. Sebuah persentase yang kecil mengingat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya tahun 2016 nomor 24 di lampiran 22 disebutkan bahwa salah satu kompetensi dasar disebutkan bahwa siswa harus bisa memaparkan pola makan sehat, bergizi dan seimbang serta pengaruhnya terhadap kesehatan. Penulis juga menemukan sebuah penelitian tentang pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SD Negeri sekecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas oleh Purwidariyatmoko. Berikut temuan data yang disampaikan oleh Purwidariyatmoko pada tabel 2 berikut. Tabel 2 Deskripsi Menggunakan Tes Kesegaran Jasmani No. Interval Kriteria f % 1 50% - 60% Keterangan lain 11 37% 2 60% - 70% Tidak pernah 5 17% 3 70% - 80% Kadang-kadang 8 27% 4 80% - 90% Sering 3 10% 5 90% - 100% Selalu 3 10% Jumlah 30 100% (Sumber: Purwidariyatmoko, 2011:66) PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 19

Pada tabel di atas menunjukkan guru penjaskes di SD Negeri se- Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas yang penulis teliti tentang menggunakan tes kesegaran jasmani kurang terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: yang menjawab selalu 10%, sering 10%, kadang-kadang 27%, tidak pernah 17% dan keterangan lain 37%. PEMBAHASAN Pada suatu program yang telah dilaksanakan seperti program pendidikan pasti dilaksanakan proses evaluasi untuk melihat seberapa besar pencapaian yang diperoleh. Karena menurut Qoms (2005:21 evaluasi merupakan komponen penting dari desain dan pelaksanaan proyek. Melalui hasil evaluasi yang satu dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan untuk meningkatkan kualitas proyek dievaluasi dan untuk memandu pembangunan masa depan proyek serupa. Pada lingkup yang lebih sempit yaitu pada pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga akan dilakukan evaluasi untuk melihat seberapa besar pencapaian yang diperoleh. Pelaksanaan evaluasi pada pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan membutuhkan instrumen untuk mengumpulkan data secara objektif. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu tujuan utama dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang juga untuk mencapai salah satu tujuan pendidikan nasional adalah menjadikan peserta didik menjadi manusia yang sehat. Hal tersebut mutlak karena pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional. Namun jika dilihat dari instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi hasil dari pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan yang diambil dari buku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, tidak ada keterkaitan antara apa yang diukur pada instrumen dengan tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan itu sendiri. Pada instrumen menilai aspek-aspek yang berkaitan dengan aspek psikomotor, kognitif dan afektif namun tidak menunjukkan penilaian terhadap aspek kesehatan peserta didik. Jika dilihat dari model evaluasi yang berorientasi pada tujuan, pengukuran untuk memperoleh data yang digunakan untuk evaluasi pada pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak sesuai dengan model tersebut. Terdapat kesenjangan antara tujuan dan hasil yang diukur. Sehingga bisa saja dikatakan tidak logis. Padahal sesuai model evaluasi tersebut proses evaluasi harus mengacu pada tujuan yang sudah ditentukan di awal. Reed-Inderbitzin (2001:8) menyatakan bahwa kekuatan dari pendekatan berorientasi pada tujuan adalah dengan penjelasan dari hubungan logis antara tujuan dan kegiatan dan penekanan pada unsur-unsur yang penting untuk program. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut. 20 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

Gambar 6 Goal Setting and Monitoring Steps (Sumber: Marsh, 1978:43) Kemudian data yang diperoleh dari penelitian Waskito pada persentase materi yang disajikan dan dievaluasi dari aspek kognitif hanya sebesar 6,77%. Sebuah persentase yang kecil mengingat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya tahun 2016 nomor 24 di lampiran 22 disebutkan bahwa salah satu kompetensi dasar disebutkan bahwa siswa harus bisa memaparkan pola makan sehat, bergizi dan seimbang serta pengaruhnya terhadap kesehatan. Selanjutnya data dari penelitian Purwidariyatmoko di atas menunjukkan bahwa beberapa guru juga melakukan penilaian tingkat kesegaran jasmani namun masih kecil persentasenya yang melakukan penilaian tingkat kesegaran jasmani. Pada tabel di atas menunjukkan guru penjaskes di SD Negeri se-kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas yang penulis teliti tentang menggunakan tes kesegaran jasmani kurang terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: yang menjawab selalu 10%, sering 10%, kadang-kadang 27%, tidak pernah 17% dan keterangan lain 37%. KESIMPULAN Jika dilihat dari model evaluasi yang berorientasi pada tujuan maka terdapat kesenjangan antara tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan cara mengevaluasinya yang ditunjukkan dengan instrumen penilaian pada buku guru yang mengacu pada Kurikulum 2013. Pada tujuan pendidikan jasmani yang dijelaskan pada sistem pendidikan nasional adalah meningkatkan kesehatan siswa namun pada tabel instrumen penilaian pada buku guru tidak menunjukkan instrumen yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan siswa. Selain itu guru yang mengevaluasi tingkat kognitif siswa juga masih kecil persentasenya. Padahal jika dilihat dari tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yaitu mengembangkan peserta didik yang sehat salah satunya dengan memberikan PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 21

pengetahuan tentang pola hidup sehat, makanan bergizi dan menjaga tubuh tetap sehat. Kemudian pada keterlaksanaan pengukuran tingkat kebugaran jasmani peserta didik, persentasenya juga masih kecil. Oleh karena itu saran diberikan kepada pihak yang terkait agar untuk mengkaji ulang mengenai tujuan, pelaksanaan dan cara mengevaluasi proses pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan agar tercipta program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang efektif dan tercapai semua tujuan yang sebenarnya. DAFTAR RUJUKAN Arifin, Z. 2013. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Buku Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan SMP/MTs kelas VII. 2014. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemendikbud. Daryanto, H. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Daryanto, H. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2003. Materi Pelatihan Peningkatan Kemampuan Guru dalam Penyusunan dan Penggunaan Alat Evaluasi serta Pengembangan Sistem Peghargaan terhadap Siswa. Jakarta: Direktorat PLP Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Husdarta, J.S. 2011. Manajemen Pendidikan Jasmani (Riduan, Ed.). Bandung: Alfabeta. Marsh, J.C. 1978. The Goal-Oriented Approach to Evaluation: Critique and Case Study from Drug Abuse Treatment. Journal of Evaluation and Program Planning. 1 (1): 41-49. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Lampiran 22 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan SMP/MTs. Purwidariyatmoko. 2011. Pelaksanaan Evaluasi dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD Se-Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. Skripsi tidak diterbitkan: Universitas Negeri Semarang. Qoms, A. 2005. The Iterative Evaluation Model for Improving Online Educational Resources. Disertasi tidak diterbitkan: University of Minnesota. Reed-Inderbitzin, D.L. 2001. Building Bridges of Succes and Bi-Cultural Competence with Native American Studen: A Goal-Oriented Program Evaluation. Disertasi tidak diterbitkan: University of South Dakota. Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. 22 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi (Arifin, Ed). Yogyakarta: Insan Madani. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Online), (http://pendis.kemenag.go.id/pai/file/dokumen/sisdiknasuuno.20tahun200 3.pdf), diakses 5 September 2016. Waskito, E.R. 2010. Survei Tentang Aspek Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Negeri se-kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun Semester Genap Tahun 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan: Universitas Negeri Malang. Winarno, M.E. 1995. Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: IKIP Malang. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 23