I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan Industri makanan dan minuman di Indonesia pada saat ini semakin pesat, meskipun krisis multi dimensi yang melanda Indonesia pada saat ini belum berakhir. Tingkat persaingan yang semakin ketat tersebut karena pemain pada Industri makanan atau minuman tidak hanya dari perusahaan Lokal (PMDN), tetapi juga banyak investor asing yang telah masuk di Indonesia (PMA). Barang-barang makanan dan minuman importpun telah membanjiri pasaran saat ini. Di tengah persaingan yang semakin tinggi, industri manufaktur dituntut untuk menjalankan kegiatannya secara efektif dan efisien sehingga tetap mampu meneruskan kegiatannya. Tanpa efisiensi dan efektifitas, biaya proses akan semakin membengkak yang menyebabkan pembebanan biaya terhadap satuan produk yang dihasilkan. Dengan demikian akan mengurangi daya saing produk tersebut terhadap produk sejenis dari produsen lain. Industri manufaktur kecuali dituntut oleh faktor internal efisiensi dan efektifitas produksi juga dituntut oleh faktor eksternal yang terkait dengan perlindungan konsumen. Salah satu bentuk perlindungan terhadap konsumen dapat dilihat dengan dikeluarkannya lampiran keputusan direktorat jenderal perdagangan dalam negeri nomor 31/DJPDN/Kep/XI/99 tanggal 18 November 1999 tentang Pedoman Pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus. Menurut pengertian didalam keputusan ini semua yang termasuk didalam definisi Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) adalah sebagai berikut :
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) adalah barang yang ditempatkan dalam bungkusan atau kemasan tertutup yang untuk mempergunakannya harus merusak pembungkusnya atau segel pembungkusnya. Direktorat Metrologi ditunjuk oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri sebagai pengawas keputusan tersebut. Pengawasan mencakup masalah berat, volume atau jumlah produk yang dinyatakan oleh produsen didalam kemasan produk atau label produk. Selain pengawasan tersebut, dalam meningkatkan daya saing global diperlukan juga pengawasan mutu. Tiga kata kunci seperti yang diungkapkan oleh Sugiyanto (1998) untuk mempertahankan persaingan global yaitu efektifitas, produktifitas dan mutu. Perbaikan mutu yang melibatkan seluruh bagian termasuk tingkat managemen selayaknya mengikuti apa yang disebut Managemen Mutu terpadu (Total Quality Managemen. TQM) atau Pengendalian Mutu Terpadu (Total Quality Control). Pengawasan mutu di PT Pacific Millenia Pangan Makmur dalam menjaga kualitas mutu dilapangan dilakukan oleh Quality Control. Permasalahan yang ada adalah Biscuits Scrap (BS/ hasil produk yang tidak sesuai dengan standard) yang terjadi cukup tinggi sehingga efisiensi produksi sangat rendah. Hal ini tentunya bertentangan dengan tujuan perusahaan yaitu hasil produksi tinggi dengan mutu produk yang baik. Untuk itu dilakukan perbaikan mutu dibagian proses produksi. Perbaikan mutu yang dilakukan adalah menjaga hasil produk dengan kualitas yang baik dengan jumlah Biscuits Scrap (BS) yang terjadi dibagian proses rendah. Metode perbaikan mutu yang dilakukan adalah menggunakan konsep USE-PDSA.
Pengawasan mutu yang biasa dilakukan oleh industri makanan atau minuman adalah GMP (Good Manufacturing Practise), HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point) dan ISO ( International Organization for Standardization) 9000. Untuk dapat menembus pasar dunia baik Asia dan khususnya Eropa dan Amerika pengawasan mutu HACCP dan ISO menjadi syarat yang harus dipenuhi. Sedangkan langkah-langkah perbaikan mutu tidak terdapat dalam system ISO, GMP maupun HACCP. Oleh sebab itu banyak industri yang menetapkan sendiri langkahlangkah perbaikan mutu sesuai kebutuhan yang diinginkan. Tenner dan DeToro (1992) mengemukakan enam langkah perbaikan mutu yang terus menerus sebagai berikut : - Mendefinisikan Masalah dalam Konteks Proses - Identifikasi dan Dokumentasi Proses - Mengukur Kerja - Memahami Mengapa Suatu Masalah dalam Konteks Proses Terjadi - Mengembangkan dan Menguji Ide-ide - Implementasi Solusi dan Evaluasi Vincent Gaspersz (2001) mengemukakan konsep USE-PDSA sebagai berikut : U Understand quality improvement needs (memahami kebutuhan peningkatan kualitas) S State the quality problem (s) (menyatakan masalah kualitas yang ada) E Evaluate the root cause (s) (mengevaluasi akar penyebab masalah) P Plan the solution (s) (merencanakan solusi masalah)
D Do or implement the solution (s) (melaksanakan atau menerapkan rencana solusi terhadap masalah) S Study the solution (s) results (mempelajari hasil-hasil solusi terhadap masalah) A Act to standardize the solution (s) (bertindak untuk menstandardisasikan solusi terhadap masalah) Dalam penelitian ini, dibahas mengenai cara perbaikan mutu di PT Pacific Millenia Pangan Makmur sebagai salah satu industri pengolahan biscuits. Produk pertama dipasarkan pada bulan Oktober 2002 dengan merk dagang Oops. Dengan usianya yang masih cukup muda tetapi memiliki komitmen bahwa produk yang dipasarkan adalah produk dengan mutu yang tetap terjaga dan semakin memiliki yang baik. Penelitian ini dilakukan dengan harapan agar terjadi peningkatan mutu produk biscuits sehingga mampu bersaing di pasar. Peningkatan mutu produk tidak begitu saja terjadi akan tetapi melalui proses yang panjang dan berkesinambungan. Dengan penggunaan metode USE-PDSA dan keterlibatan managemen serta seluruh karyawan pada segala tingkatan diharapkan terjadi perbaikan proses yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu produk. Metode USE-PDSA merupakan langkah yang cukup efisien dan mudah dipahami oleh Managemen maupun karyawan yang terlibat dalam proses perbaikan yang terus-menerus. 1.2 Rumusan Masalah
Pasar bebas (AFTA = Asean Free Trade Area) yang sudah dimulai pada awal tahun ini menjadikan persaingan di pasar semakin ketat dan menuntut kualitas produk yang baik. Untuk memperbaiki kualitas, terlebih dulu harus memahami kebutuhan untuk peningkatan kualitas. Oleh karena itu yang perlu dirumuskan adalah 1. Bagaimana model pengendalian mutu yang sesuai untuk industri biscuits? 2. Untuk memenuhi produk yang berkualitas, sejauh mana kemampuan dan kestabilan proses saat ini? 3. Hal-hal apa yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam memperbaiki mutu produk? 4. Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan kualitas produk, guna memenuhi ekspetasi pelanggan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1. Mengidentifikasikan mutu pada bagian proses : forming, oven dan tumbler. 2. Menganalisis penyebab masalah yang terjadi pada bagian proses sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan mutu yang telah ditentukan. 3. Merumuskan strategi perbaikan mutu dengan menggunakan konsep USE-PDSA. 4. Menguji coba strategi perbaikan mutu yang sudah dilakukan.
Untuk Selengkapnya Tersedia Di Perpustakaan MB-IPB