1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan. Berbagai jenjang pendidikan dapat dilalui sebagai upaya untuk mencerdaskan bangsa agar calon penerus bangsa dapat memimpin dan memajukan negara Indonesia. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS menjelaskan pendidikan pada hakekatnya adalah mengembangkan potensi diri siswa dengan dilandasi oleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Proses pendidikan tidak dapat berjalan dengan sendirinya tanpa adanya penanaman pendidikan karakter, pendidikan karakter dirasakan amat perlu pengembangannya bila mengingat semakin meningkatnya tawuran antar pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota-kota besar, pemerasan/kekerasan, kecenderungan dominasi senior terhadap yunior dan lain-lain. Sementara itu, dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang (cheating) baik berupa tindakan menyontek, mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari. 1
2 Pengertian pendidikan karakter menurut Megawangi dalam Kesuma (2012:5) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Dalam penanaman nilai karakter dapat dimulai dari keluarga, diri sendiri, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter terdiri dari 18 niali diantaranya yaitu religius atau keagamaan, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Melihat dengan banyaknya kebiasaan siswa mencontek di sekolah karakter kejujuran sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena tidak semua orang dapat diberi kepercayaan untuk menjaga sebuah amanat, sehingga penanaman karakter kejujuran harus diberikan dalam pendidikan keluarga. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan SD Negeri 2 Kembaran Kulon sudah menerapkan adanya pendidikan karakter. Bentuk pendidikan karakter yang diterapkan oleh guru yaitu selalu mengingatkan dan melatih siswa dalam penerapan 18 nilai dalam pendidikan karakter salah satunya yaitu penerapan karakter kejujuran pada siswa. Hal yang dilakukan oleh guru, ketika guru kelas membagikan soal ulangan harian, guru terlebih dahulu memberikan arahan bagaimana cara mengerjakan soal ulangan tersebut dan tidak lupa pula untuk mengingatkan siswa agar
3 tidak menyontek atau berbuat curang dengan cara melihat catatan atau bisa dengan cara bertanya jawaban dengan teman lainnya. Siswa yang didapati melakukan tindakan mencontek akan mendapatkan sanksi baik berupa teguran maupun tindakan. Sanksi tindakan diantaranya menyuruh anak mengerjakan di luar kelas atau memberikan sanksi kepada siswa dengan tidak memberikan nilai agar siswa jera dan tidak mengulangi perbuatannya terebut. Karakter kejujuran harus dipupuk sedini mungkin, karena dengan kejujuran terutama dalam konteks pembangunan karakter di sekolah. Kejujuran sangat penting dalam menguatkan karakter anak Indonesia saat ini. Karakter kejujuran dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan di kelas, semisal ketika siswa melaksanakan ujian. Perbuatan menyontek merupakan perbuatan yang mencerminkan anak tidak berbuat jujur kepada diri, teman, orang tua, dan gurunya. Siswa memanipulasi nilai yang didapatkannya seolah-olah merupakan kondisi yang sebenarnya dari kemampuan anak, padahal nilai yang didapatkan bukan dari hasil yang sebenarnya. Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan siswa. Menurut Setiawati (2008:9) terdapat tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dasar yaitu membantu dalam menemukan dan menentukan tujuan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar, menentukan kapan waktu upaya bimbingan dapat dilakukan. Pada setiap sekolah sudah terdapat guru yang memberikan layanan bimbingan. Layanan bimbingan yang ada di SD Negeri 2 Kembaran Kulon dilakukan oleh guru kelas, karena belum adanya guru bimbingan
4 khusus dan hanya guru kelas yang mengetahui permasalahan yang ada di dalam kelas tersebut. Bimbingan yang dilakukan bertujuan agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan apabila terdapat masalah di dalam kelas, siswa tersebut dapat bercerita langsung kepada guru kelas dengan leluasa. Pada observasi yang peneliti lakukan di SD Negeri 2 Kembaran Kulon pada bulan november pada kelas 5 yang berjumlah 20 siswa, yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat siswa yang menyontek pada saat mengerjakan soal. Kondisi dilapangan memperlihatkan sebagian besar siswa hanya mengerjakan yang sekiranya dapat dikerjakan olehnya kemudian siswa bingung mencari jawaban dari teman-temannya atau bahkan melakukan tindakan mencontek secara terang-terangan. Pengertian menyontek menurut Fatiharifah (2014:135) adalah mencuri informasi dengan cara yang tidak baik atau tidak terpuji. Kebiasaan menyontek di Indonesia juga sudah ada sejak dahulu dan hampir disetiap jenjang pendidikan. Menyontek juga terdapat berbagai macam cara yaitu menyontek buku saat ujian, menyontek jawaban teman saat ujian. Setiap orang pasti ingin mendapatkan nilai yang baik dalam ujian, dan tentu sudah dilakukan berbagai macam cara oleh para pelajar untuk mencapai tujuan itu. Banyak orang beranggapan bahwa menyontek ialah hal yang biasa saja. Menyontek ketika ada ulangan menurut Wijaya (2014:113) adalah perilaku tidak jujur karena siswa mengelabui bapak dan ibu guru. Menyontek bisa merugikan diri sendiri karena siswa tidak akan dapat menguasai pelajaran sampai kapan pun juga.
5 Menurut penjelasan dari guru kelas 5, ada siswa yang sudah terbiasa menyontek dalam mengerjakan soal apapun. Walaupun guru sudah memberikan teguran untuk siswa tersebut agar tidak menyontek tetapi masih saja tidak dipedulikan. Guru kelas juga sering memberikan bimbingan baik bimbingan di sekolah maupun di luar sekolah terhadap siswa tersebut, agar dapat menghilangkan sifat tidak jujur dalam mengerjakan soal apa pun. Bimbingan ini dilakukan oleh guru kelas masing-masing, karena guru kelas juga merangkap menjadi guru bimbingan luar kelas di sekolah dasar. Hal ini yang membuat ketertarikan peneliti untuk mengambil studi mengenai penanaman pendidikan karakter kejujuran dalam menangani masalah yang berkaitan dengan kebiasaan menyontek yang dilakukan siswa. Kebiasaan menyontek tidak dapat dihilangkan begitu saja tanpa campur tangan dari orang tua, guru, dan pihak sekolah yang dapat membantu menghilangkan karakter tidak jujur dalam mengerjakan ulangan atau pada saat siswa melaksanakan ujian. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan penanaman karakter kejujuran melalui bimbingan baik bimbingan dalam kelas ataupun bimbingan luar kelas untuk menangani kebiasaan menyontek siswa khususnya di jenjang sekolah dasar. Penelitian ini akan membahas terkait dengan faktor penyebab siswa menyontek, mengetahui cara penanganan terhadap siswa yang terbiasa menyontek. Tidak hanya membahas tentang faktor penyebab dan penanganan siswa menyontek saja, selain itu penelitian ini juga akan membahas mengenai perilaku kejujuran yang ada di lingkungan sekitar terutama di lingkup sekolah
6 yang dirasa sudah mulai memudar dalam diri siswa. Penanaman pendidikan karakter kejujuran dalam penanganan kebiasaan mencontek di sekolah dasar sangat diperlukan khususnya dalam menangani kebiasaan mencontek siswa di SD Negeri 2 Kembaran Kulon. B. Fokus Penelitian Penelitian yang dilaksanakan akan terfokus kepada proses KBM dan pada saat ulangan harian ataupun pada saat ulangan semester. Penelitian yang laksanakan yaitu mengenai pendidikan karakter kejujuran melalui bimbingan dan konseling penanganan menyontek di sekolah dasar. Latar belakang masalah tersebut juga menjadi dasar dalam pelaksanaan penelitian. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter kejujuran melalui bimbingan dan konseling menyontek? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa tidak jujur? 3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa menyontek? 4. Kendala apa saja dalam melaksanakan pendidikan karakter kejujuran melalui bimbingan dan konseling menyontek?
7 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter kejujuran melalui bimbingan dan konseling dalam menyontek. 2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak tidak jujur. 3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan siswa menyontek. 4. Mengetahui apa saja kendala dalam melaksanakan pendidikan karakter kejujuran melalui bimbingan dan konseling menyontek. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dunia pendidikan dalam mengatasi budaya menyontek pada pelajar di Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik Menanamkan perilaku jujur, percaya diri dalam setiap mengerjakan ujian atau ulangan harian. b. Bagi Guru Memberikan informasi penanganan apa saja yang dilakukan oleh guru jika terdapat siswa yang gemar menyontek.
8 c. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan keilmuan dan sumbangan pemikiran berupa informasi tentang penanganan budaya menyontek pada siswa di Sekolah Dasar. d. Bagi Peneliti Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah pengalaman di lapangan terkait dengan menanamkan sikap kejujuran pada saat ujian, serta untuk melatih kemampuan dalam memahami permasalahan secara kritis.