BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam ruang lingkup Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang.

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAYU ASMARA YUDHA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. 1. Pembinaan pencak silat yang berorientasi olahraga kompetitif dan

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

BAB I PENDAHULUAN. olahraga permainan dan banyak dikenal oleh semua orang. Salah satu sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. demikian pulah dengan pendidikan jasmani yang di ajarkan di sekolah-sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek

pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik siswa dalam beraktifitas untuk mendidik lebih mengedepankan pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MOD IFIKASI TERHAD AP HASIL BELAJARA PASSING D AN STOPING D ALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA D I SMP NEGERI 4 BAND UNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB 1 PENDAHULUAN. luar jam sekolah melalui kegiatan ektsrakurikuler. keolahragaan butir C (diklusppra, 1999:2), sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga permainan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu dan teknologi serta bidang lainnya, termasuk olahraga. Olahraga

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola adalah suatu olahraga yang tidak asing lagi ditelinga kita.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan. Apalagi bila dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Irvan Andriana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penghayatan nilai - nilai (sikap mental emosional sportivitas spiritual

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai pendidikan atau dengan istilah pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Gerak merupakan perpindahan kedudukan terhadap benda lainnya baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan aspek fisik, psikomotor, kognitif, dan afektif secara total.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses interaksi belajar mengajar melalui pengembangan aspek jasmani menuju tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan alat pendidikan, karena selain efektif untuk menyebarkan dan mengembangkan cabang olahraga, kegiatan ini juga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sebagian pendidikan di sekolah. Dalam dunia pendidikan, mata pelajaran pendidikan jasmani mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini, pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan yang memiliki tugas unik yaitu menggunakan gerak sebagai media untuk pembelajaran siswa. Berkaitan pengertian pendidikan jasmani dilihat dari padangan holistik dikemukakan oleh Jawatan (1960) yang dikutip Suherman (2000: 3) bahwa: Pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan, dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusian. Sedangkan Mahendra (2008: 15) menjelaskan bahwa: Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat digambarkan bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang seutuhnya. Selain itu juga pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, keterampilan motorik, perkembangan psikis, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosionalsportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. 1

2 Pembelajaran di sekolah merupakan suatu interaksi pendidikan melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum pendidikan nasional. Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan suatu proses interaksi belajar mengajar melalui pengembangan aspek jasmani menuju tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan yang dimaksud adalah untuk memberdayakan siswa untuk mencapai kedewasaannya dan mengalami perubahan perilaku secara positif. Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki peran yang relatif besar terhadap perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Mengenai hal ini Lutan (2000: 15) menjelaskan bahwa: Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif. Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang seutuhnya. Aktivitas atau kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi di sekolah merupakan kegiatan pendidikan yang dapat dibedakan menjadi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut diselenggarakan sedemikian rupa mengacu pada kebijakan-kebijakan institusi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan baik nasional, institusional maupun instruksional. Ekstrakurikuler merupakan satu bagian yang tidak terlepas dari tujuan institusional sekolah yang tidak kalah penting untuk dikembangkan secara baik guna membina perkembangan mental siswa di samping sebagai sarana mengembangkan minat dan prestasi siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh tiap sekolah berbeda-beda. Hal ini didasarkan pada ketersediaan fasilitas, tujuan kegiatan pembelajaran serta minat dan bakat siswa. Mulyasa (2008: 25) menjelaskan bahwa: Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler. Kegiatan ini sifatnya ekstra, namun tidak sedikit yang berhasil mengembangkan bakat

3 peserta didik, bahkan dala kegiatan ekstrakurikuler inilah peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya atau bakat-bakatnya yang terpendam Adapun kegiatan ekstrakulikuler olahraga di SD Negeri Sukamanah Indramayu relatif beragam diantaranya; bulutangkis dan sepak bola. Sedangkan kegiatan di luar olahraga dan organisasi diantaranya pengajian siswa, kegiatankegiatan kesenian, dan keterampilan. Kegiatan ektrakurikuler olahraga yang ada, peneliti memilih kegiatan ekstarakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola. kegiatan ekstarakurikuler olahraga permainan bulutangkis dipilih, karena olahraga ini pada dasarnya merupakan olahraga rakyat dan telah dikenal di tanah air sejak lama. Selain itu juga bulutangkis menjadi salah satu olahraga primadona yang dapat mendulang medali setiap even internasional, baik di Sea Games, Asian Games bahkan Olympiade. Sedangkan kegiatan ekstarakurikuler olahraga permainan sepak bola dipilih karena kegiatannya tidak cukup pada kegiatan yang sifatnya intrakurikuler, melainkan yang banyak membantu dan mendorongnya dalam meningkatkan pembelajaran tersebut adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Hal demikian merupakan salah satu sarana bagi pihak lembaga yang berkompeten pada bidang pendidikan, guru harus memfasilitasi kegiatan tersebut guna mengembangkan minat dan potensi atau kemampuan yang dimiliki siswa di bidang olahraga khususnya olahraga bulutangkis dan sepak bola. Bulutangkis merupakan jenis olahraga permainan bola kecil yang menggunakan raket dan bola (shuttle cock) sebagai alat permainannya. Lapangan permainann berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net atau jaring yang berfungsi untuk memisahkan daerah permainan lawan yang saling berhadapan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttle cock di daerah permaian lawan dan menjaga agar tidak jatuh di lapangan sendiri, seperti yang dikemukakan Subardjah (2000: 13) bahwa: Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan kok di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul kok dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Pada saat

4 permainan berlangsung, masing-masing harus berusaha agar kok tidak menyentuh lantai di daerah permainan sendiri apabila kok jatuh dilantai atau menyangkut di net maka permainan terhenti. Dari penjelasan di atas, maka dalam permainan bulutangkis pemain harus berusaha secepat mungkin mengembalikan shuttle cock ke daerah lapangan permainan lawan dan menyulitkan lawan untuk mengembalikan shuttle cock. Kekhasan permainan bulutangkis adalah pada objek permainan yang digunakan berupa shuttle cock yang dipukul bolak-balik (rally) menggunakan raket tanpa menyentuh lantai lapangan. Angka diperoleh seorang pemain jika shuttle cock yang dipukulnya melewati net dan jatuh pada daerah lapangan lawan atau lawan tidak dapat mengembalikan shuttle cock dengan sempurna. Sedangkan sepak bola merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua tim, masing-masing anggota tim beranggotakan sebelas orang termasuk diantaranya penjaga gawang. Tujuan dari permainan sepak bola adalah mencetak gol sebanyak mungkin ke gawang lawan dan mempertahankan gawang agar tidak kemasukan. Mengenai hal ini Sucipto, dkk. (1999: 7) menjelaskan bahwa: Tujuan permainan sepak bola adalah pemain memasukkan bola sebanyakbanyaknya ke gawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri, agar tidak kemasukan. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak ke gawang lawannya, dan apabila sama, maka permainan dinyatakan seri atau draw. Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan permainan sepak bola adalah memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya melalui penggunaan teknik dan penerapan strategi serta menjaga gawang sendiri agar tidak kemasukan bola oleh lawan. Oleh karena itu, tujuan permainan sepak bola dalam pertandingan adalah membuat gol sebanyak-banyaknya kegawang lawan dan melakukan pencegahan agar jangan terjadi gol pada gawang sendiri. Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola, disebabkan adanya daya tarik dari aktivitas olahraga yaitu lebih mengedepankan aspek gerak, memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan di bidang

5 olahraga dan kesehatan, juga memberikan peluang bagi siswa untuk berprestasi. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan sepak bola berperan membina dan mengembangkan aspek-aspek sosial seperti: kerjasama, disiplin, keberanian, rasa percaya diri, tanggung jawab, sportivitas, fair play, dan lain-lain. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan di sekolah. Pada dasarnya anak belum terpengaruh perilaku dari orang lain, sehingga perilaku sosial anak sangat erat kaitannya dengan keadaan lingkungannya. Perilaku sosial anak dapat dipengaruhi banyak faktor, baik faktor internal yaitu potensi yang memang sudah dibawanya sejak lahir maupun faktor eksternal yang berasal dari pengalaman atau lingkungan, seperti; lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah maupun masyarakat umum. Jadi, kemampuan berperilaku anak merupakan perilaku yang mengacu kepada sistem sosial yang berlaku. Oleh karena itu, keterampilan sosial anak untuk bertindak terhadap objek sosial dalam proses pembentukan keterampilan sosial perlu adanya sosialisasi di antara kelompok sosialnya. Keterampilan sosial siswa merupakan cara siswa dalam melakukan interaksi, baik dalam hal bertingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi denga orang lain. Kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan teman, guru maupun orang yang baru dikenalnya. Dalam hal ini, Hargie et.al (1998) dalam situs http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology dijelaskan bahwa: Keterampilan sosial (social skill) sebagai kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Berdasarkan penjelasan di atas, maka keterampilan sosial merupakan suatu kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan. Dalam hal ini, keterampilan sosial melibatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah sosial atau antar pribadi secara adaptif dan kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam lingkungan sosial, baik lingkungan teman sebaya atau orang yang lebih dewasa.

6 Kegiatan ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola, siswa tidak saja belajar aspek kognitif dan psikomotorik, selain itu juga siswa belajar aspek afektif, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan perilaku dan sikap. Selain itu melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola terjadi interaksi di antara siswa, kepatuhan terhadap aturan, ikatan emosional antara siswa, tujuan bersama, dan lain sebagainya. Keterampilan sosial siswa akan terbentuk sejalan dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu aspek pembawaan dan lingkungan berperan sekali dalam proses pembentukan keterampilan sosial individu. Dengan adanya ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola di sekolah diharapkan terjadi proses sosialisasi, karena pada saat siswa mengikuti ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola siswa dapat berkumpul dengan aktivitas yang positif, siswa belajar menilai kemampuan seseorang secara realistik, siswa belajar bergaul dan berusaha bekerjasama dengan siswa lain. Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan sosial yang ditunjukkan siswa, khususnya siswa SD Negeri Sukamanah Indramayu dalam aktivitasnya di sekolah relatif beragam, di antaranya siswa terlihat kurang baik dalam berkomunisasi, kedisiplinan, tanggung jawab, dan sikap yang kurang sopan kepada orang yang lebih tua. Siswa kurang cakap untuk berkomunikasi khususnya terhadap guru pada saat di sekolah, kedisiplinan untuk melakukan kegiatan pembelajaraan ataupun kegiatan ekstrakulikuler tidak ada, siswa sulit untuk mematuhi tata tertib sekolah, sehingga siswa sulit untuk dikendalikan dalam mempersiapkan materi pelajaran yang akan diberikan, selain itu juga siswa sering berkata-kata kasar atau kotor, kurang menghargai teman, dan lain sebagainya. Mengacu pada kondisi tersebut dan dikaitkan dengan tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang berkualitas, maka nampak ada sesuatu yang perlu diperhatikan dan ditanggapi oleh para pendidik berkenaan dengan keterampilan sosial siswa. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah merupakan jenis aktivitas siswa untuk mengaktualisasikan tingkah laku serta adanya dukungan dari lingkungan sosial yang dapat mengarahkan siswa untuk meningkatkan penguasaan gerak, bahkan dapat meningkatkan prestasi dibidang olahraga yang ditekuninya. Maka, melalui ekstrakulikuler bulutangkis dan sepak bola diharapkan dapat merubah

7 atau meningkatkan keterampilan sosial, sehingga siswa mudah dikendalikan kepada hal yang positif. Bertitik tolak pada uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Perbedaan Keterampilan Sosial antara Siswa yang Mengikuti Ekstrakulikuler Olahraga Bulutangkis dan Sepakbola. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, berbagai kendala yang terkait dengan keterampilan sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepakbola dapat diidentifikasikan dari berbagai faktor sebagai berikut : 1. Berdasarkan pemantauwan penulis, siswa kurang pandai bersosialisai. 2. Kedisiplinan untuk melakukan kegiatan tidak terlihat saat peroses pembelajaran. 3. Siswa sulit dikendalikan dalam mempersiapkan materi pelajaran yang akan di berikan. 4. Kurangnya kerja sama dan sikap yang kurang sopan kepada orang yang lebih tua bahkan kurangnya saling menghargai satu sama lainnya. C. Rumusan Masalah Tujuan pendidikan mencakup perkembangan yang bersifat menyeluruh meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam hal ini, siswa tidak saja belajar aspek kognitif dan psikomotorik, melainkan siswa juga belajar aspek afektif, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan perilaku dan sikap. Tujuan kegiatan ekstrakulikuler bulutangkis dan sepak bola mencakup aspek semangat persaingan, kerjasama, interaksi sosial, dan pendidikan moral. Oleh karena itu aspek-aspek tersebut harus ditumbuh kembangkan kepada setiap siswa. Beberapa aspek sosial yang diharapkan terbina melalui kegiatan ekstrakulikuler bulutangkis dan sepak bola adalah komunikasi, saling menghargai, kerjasama, dan kedisiplinan atau kepatuhan terhadap aturan yang berlaku. Keterampilan sosial siswa SD Negeri Sukamanah Indramayu memang terlihat kurang baik dalam bekerjasama dan sikap yang kurang sopan kepada

8 orang yang lebih tua bahkan kurangnya saling menghargai satu sama lainnya. Siswa kurang pandai berkomunikasi dengan guru saat di sekolah, kedisiplinan untuk melakukan kegiatan tidak terlihat saat proses pembelajaran, siswa sulit dikendalikan dalam mempersiapkan materi pelajaran yang akan diberikan, dan siswa sulit mematuhi tata tertib sekolah. Faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial siswa yakni faktor bimbingan dari orang tua yang kurang memperhatikan tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dan lingkungan anak saat bersosialisasi. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka masalah penelitian yang diajukan adalah apakah keterampilan sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler permainan sepakbola lebih tinggi daripada yang mengikuti ekstrakurikuler permainan bulutangkis? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat keterampilan sosial siswa yang mengikuti ekstrakulikuler olahraga bulutangkis dengan sepakbola. E. Kegunaan Penelitian Dalam penelitian ini kegunaan yang diharapkan peneliti di antaranya sebagai berikut: 1. Secara teoretis dapat dijadikan sumbangan bagi sekolah sebagai lembaga yang berkompeten dalam penetapan kebijakan, khususnya dalam mengembangkan ekstrakulikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola guna meningkatkan keterampilan sosial siswa di SD Negeri Sukamanah Indramayu. 2. Secara praktis dapat dijadikan acuan bagi sekolah dan pembuat kebijakan, khususnya Dinas Pendidikan sebagai lembaga yang berkompeten dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekstrakulikuler olahraga di sekolah guna memperbaiki dan mengembangkan keterampilan sosial siswa, baik dalam proses pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler olahraga di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya.