No. 15/34/DPSP Jakarta, 27 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/29/DASP tanggal 10 November 2010 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum. Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/29/PBI/2008 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4922) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/13/PBI/2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5147), dan penambahan jenis surat berharga yang dapat digunakan sebagai eligible collateral pada transaksi fasilitas likuiditas intrahari, perlu dilakukan perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/29/DASP tanggal 10 November 2010 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum sebagai berikut: 1. Di antara butir 12 dan butir 13 Bab I disisipkan butir 12.a yang berbunyi sebagai berikut: 12.a. Sertifikat Deposito Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SDBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek yang dapat diperdagangkan hanya antar Bank. 2. Ketentuan butir 2.a Bab II diubah sehingga butir 2 berbunyi sebagai berikut: 2. Bank dapat menggunakan FLI jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki
2 a. memiliki surat berharga yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia berupa SBI, SDBI, dan/atau SBN; b. tidak sedang dikenakan sanksi penangguhan sebagai Bank peserta Sistem BI-RTGS dan/atau penghentian sebagai Bank peserta kliring; dan c. berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS. 3. Di antara butir 3 dan butir 4 Bab II disisipkan 3 (tiga) butir, yakni butir 3A, butir 3B, dan butir 3C yang berbunyi sebagai berikut: 3A. Untuk Bank yang telah menandatangani Perjanjian Penggunaan FLI sebagaimana dimaksud pada butir 3.a, harus menandatangani Adendum Perjanjian Penggunaan FLI sebagaimana contoh dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. 3B. Untuk Bank yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 2 dan akan menggunakan FLI namun belum menandatangani Perjanjian Penggunaan FLI sebagaimana dimaksud pada butir 3.a, harus menandatangani Perjanjian Penggunaan FLI sebagaimana contoh dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. 3C. Penyampaian Adendum Perjanjian Penggunaan FLI sebagaimana dimaksud pada butir 3A dan Perjanjian Penggunaan FLI sebagaimana dimaksud pada butir 3B dibuat sebanyak 2 (dua) eksemplar sebagaimana dimaksud pada butir 3.a.1) dan butir 3.a.2) serta dilengkapi dengan dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 3.b atau butir 3.c. 4. Ketentuan butir 4 Bab II diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 3 disampaikan dengan surat pengantar kepada: Bank Indonesia Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran (DPSP) Divisi Penyelenggaraan Setelmen Dana dan Surat Berharga Komplek Perkantoran Bank Indonesia Gedung D Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin Nomor 2, Jakarta 10350 Dalam
3 Dalam hal terjadi perubahan alamat surat menyurat dan komunikasi, akan diberitahukan melalui surat dan/atau media lainnya. 3. Ketentuan Bab III diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: III. TRANSAKSI REPO DALAM RANGKA PENGGUNAAN FLI 1. Dalam rangka penggunaan FLI, Bank melakukan transaksi Repo dengan menggunakan surat berharga berupa SBI, SDBI, dan/atau SBN milik Bank yang bersangkutan yang tercatat dalam rekening perdagangan di BI-SSSS. 2. Surat berharga sebagaimana dimaksud pada butir 1 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. untuk SBI, memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada saat FLI jatuh waktu; b. untuk SDBI, memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada saat FLI jatuh waktu; atau c. untuk SBN, memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat FLI jatuh waktu. 3. Kriteria, harga, haircut, dan perhitungan nilai setelmen untuk surat berharga sebagaimana dimaksud pada butir 1 tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kriteria dan persyaratan surat berharga, peserta dan lembaga perantara dalam operasi moneter. 4. Pelaksanaan transaksi Repo dengan menggunakan SBI, SDBI, dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Transaksi Repo dalam rangka FLI-RTGS 1) Bank harus memindahkan SBI, SDBI, dan/atau SBN dari rekening perdagangan ke rekening FLI-RTGS pada BI-SSSS. 2) Pemindahan SBI, SDBI, dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1) dilakukan pada saat Bank membutuhkan FLI-RTGS (self assessment) selama jam operasional BI-RTGS sampai dengan cut off warning Sistem BI-RTGS. 3) SBI
4 3) SBI, SDBI, dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1) tidak dapat dipindahkan ke rekening perdagangan selama Bank menggunakan FLI-RTGS. 4) Bank dapat memindahkan kembali SBI, SDBI, dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1) ke rekening perdagangan setelah Bank menyelesaikan FLI-RTGS. b. Transaksi Repo dalam rangka FLI-Kliring 1) Bank harus memindahkan SBI, SDBI, dan/atau SBN dari rekening perdagangan ke rekening FLI-Kliring dalam rangka pemenuhan kewajiban penyediaan pendanaan awal (prefund). 2) Pemindahan SBI, SDBI, dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1) dilakukan pada awal hari sebelum Kliring Debet dimulai sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI. 3) Nilai SBI, SDBI, dan/atau SBN yang dipindahkan ke rekening FLI-Kliring sebagaimana dimaksud pada butir 1) adalah sebesar nilai nominal yang dibutuhkan oleh Bank untuk memenuhi kewajiban penyediaan pendanaan awal (prefund). 4) Bank dapat memindahkan kembali SBI, SDBI, dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1) ke rekening perdagangan sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI. 5. Pelaksanaan transaksi Repo dengan menggunakan SBI, SDBI, dan/atau SBN dalam rangka FLI dilakukan dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BI-SSSS. 4. Ketentuan butir 1.a Bab IV diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: 1. Penggunaan FLI-RTGS a. Bank dapat menggunakan FLI-RTGS sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sepanjang Bank telah memindahkan SBI, SDBI, dan/atau SBN
5 SBN ke rekening FLI-RTGS sebagaimana dimaksud pada butir III.4.a. 5. Ketentuan Bab VII diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: VII. PERLAKUAN FLI YANG TIDAK DISELESAIKAN 1. Dalam hal Bank tidak menyelesaikan penggunaan FLI sampai dengan batas waktu pre-cut off Sistem BI RTGS maka terhadap nilai FLI yang tidak diselesaikan diberlakukan sebagai transaksi Repo (first leg) dengan jangka waktu 1 (satu) hari kerja (overnight) sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai koridor suku bunga (standing facilities). 2. Atas transaksi Repo sebagaimana dimaksud pada butir 1, Bank dikenakan bunga Repo dengan perhitungan sebagai berikut: Bunga Repo = i x (t/360) x n Keterangan: i = suku bunga lending facility t = jumlah hari kalender Repo SBI, SDBI, dan/atau SBN n = nominal Repo (FLI yang tidak diselesaikan) 3. Bank Indonesia mengumumkan suku bunga lending facility sebagaimana dimaksud pada butir 2 melalui BI-SSSS, Sistem LHBU, dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Pada tanggal jatuh waktu Repo (second leg) sebagaimana dimaksud pada butir 1, BI-SSSS secara otomatis melakukan setelmen dengan penyelesaian transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: a. melakukan setelmen dana dengan cara mendebet rekening giro Bank sebesar nilai setelmen first leg ditambah bunga Repo; dan b. melakukan setelmen surat berharga dengan cara mengkredit rekening surat berharga Bank sebesar nilai nominal SBI, SDBI, dan/atau SBN yang di-repo-kan. 5. Dalam hal terdapat pembayaran kupon/imbalan SBN maka perlakuan kupon/imbalan tersebut mengikuti ketentuan Bank
6 Bank Indonesia yang mengatur mengenai koridor suku bunga (standing facilities). 6. Dalam hal Bank tidak memiliki saldo rekening giro yang mencukupi untuk setelmen pelunasan Repo SBI, Repo SDBI, dan/atau Repo SBN sampai dengan cut off warning Sistem BI-RTGS, BI-SSSS secara otomatis membatalkan setelmen second leg. 7. Dalam hal terjadi pembatalan setelmen second leg sebagaimana dimaksud pada butir 6, Bank Indonesia melakukan pendebetan rekening giro Bank untuk penyelesaian bunga Repo yang harus dibayar dan: a. melakukan pelunasan sebelum jatuh waktu (early redemption) atas seri SBI dan SDBI yang di-repo; atau b. memperlakukan jenis, seri, dan nominal SBN yang gagal dibeli kembali oleh Bank sebagai transaksi jual putus (outright selling) secara otomatis melalui BI-SSSS. Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 27 Agustus 2013. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, DIAH PBA LUBIS KEPALA DEPARTEMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN