Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Likuiditas Rupiah. Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Likuiditas Rupiah. Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah"

Transkripsi

1 Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

2

3 Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Gantiah Wuryandani Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi Wirza Ayu Novriana Tresna Kholilah Laura Grace Gabriella Safyra Primadhyta Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES) Bank Indonesia Telp: Fax: Hak Cipta 2013 Bank Indonesia 2013

4 DAFTAR ISI Paragraf Halaman Daftar Isi Rekam Jejak Regulasi Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dasar Hukum Regulasi Terkait Regulasi Bank Indonesia Hal. i iii Hal. iv Hal. v Hal. v vi Hal. vi vii Operasi Moneter Ketentuan Umum Par. 1 Hal. 1 3 Tujuan Operasi Moneter Par. 2 3 Hal. 4 Operasi Moneter Par. 4 8 Hal Bentuk Operasi Moneter Par. 4 Hal. 4 5 Operasi Pasar Terbuka Par. 5 9 Hal Standing Facilities Par Hal Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia dan Sertifikat Deposito Bank Par Hal Indonesia Peserta Operasi Moneter dan Lembaga Perantara Par Hal Sanksi Par Hal Operasi Moneter Syariah Ketentuan Umum Par. 25 Hal Tujuan Operasi Moneter Syariah Par Hal. 75 Kegiatan Operasi Moneter Syariah Par Hal OPT Syariah Par Hal Standing Facilities Syariah Par Hal Peserta OMS Par Hal Sanksi Par. 42 Hal Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ketentuan Umum Par. 43 Hal Tujuan Penerbitan SBIS Par. 44 Hal. 112 Akad dan Karakteristik SBIS Par Hal. 112 Imbalan Par. 47 Hal Mekanisme Penerbitan Par Hal Repo SBIS Par. 51 Hal Penatausahaan SBIS Par Hal Sanksi Par. 56 Hal Lampiran Hal Lampiran 1a : Contoh Perhitungan Lelang SBI/ Term Deposit Dengan Hal Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate Tender) Lampiran 1b : Contoh Perhitungan Lelang SBI/ Term Deposit Dengan Hal Metode Lelang Harga Beragam (Variable Rate Tender) i

5 Lampiran 2a : Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SDBI Dengan Hal Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate Tender) Lampiran 2b : Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SDBI Dengan Hal Metode Lelang Harga Beragam (Variable Rate Tender) Lampiran 3a : Contoh Transaksi Repo Menggunakan SBI dengan Hal Metode Lelang Fixed Rate Tender Lampiran 3b : Contoh Transaksi Repo Menggunakan SBI dengan Hal Metode Lelang Variable Rate Tender Lampiran 3c : Contoh Transaksi Repo Menggunakan SUN dengan Hal Metode Lelang Fixed Rate Tender Lampiran 3d : Contoh Transaksi Repo Menggunakan SUN dengan Hal Metode Lelang Variable Rate Tender Lampiran 4a : Contoh Transaksi Reverse Repo dengan Metode Lelang Hal Fixed Rate Tender Lampiran 4b : Contoh Transaksi Reverse Repo dengan Metode Lelang Hal Variable Rate Tender Lampiran 5a : Contoh Perhitungan Pemenang Lelang Penjualan SUN Hal. 146 Lampiran 5b : Contoh Perhitungan Pemenang Lelang Pembelian SUN Hal. 147 Lampiran 5c : Perhitungan Harga Setelmen Pembelian/ Penjualan SBN Hal Lampiran 6 : Contoh Transaksi Penjualan Valas terhadap SBN Hal Lampiran 7 : Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Hal Pemenang Lelang Term Deposit Valas dengan Metode Lelang Harga Beragam (Variable Rate Tender) Lampiran 8 : Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Hal Pemenang Lelang Term Deposit Valas dengan Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate Tender) Lampiran 9 : Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Hal Pemenang Lelang Transaksi Swap Jual Bank Indonesia Lampiran 10 : Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Hal Pemenang Lelang Transaksi FX Swap Beli Bank Indonesia Lampiran 11 : Contoh Laporan PDN setelah Dikurangi Term Deposit Hal. 166 Valas Lampiran 12 : Contoh Perhitungan Setelmen Transaksi Lending Facility Hal Lampiran 13 : Contoh Perhitungan Transaksi Penjualan Secara Outright Hal Lampiran 14 : Perhitungan Jangka Waktu SBI Hal. 172 Lampiran 15 : Perhitungan Diskonto Murni (True Discount) SBI Hal. 173 Lampiran 16 : Perhitungan Jangka Waktu SDBI Hal. 174 Lampiran 17 : Perhitungan Diskonto Murni (True Discount) SDBI Hal. 175 Lampiran 18 : Contoh Pengenaan Sanksi Karena Pembatalan Transaksi Hal Operasi Moneter Lampiran 19 : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Hal Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah Janji (Wa d) untuk Membeli Kembali SBSN dalam Rangka Repo SBSN dengan Hal Bank Indonesia Lampiran 20 : Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Syariah Hal Negara dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah Janji (Wa d) Untuk Menjual Kembali SBSN dalam Rangka Reverse Repo SBSN Hal Lampiran 21 : Tata Cara Pembelian dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Secara Outright dari Bank Indonesia di Hal ii

6 Pasar Sekunder dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah Contoh Perhitungan Pemenang Lelang Penjualan SBSN Contoh Perhitungan Pemenang Lelang Pembelian SBSN Perhitungan Harga Setelmen Pembelian/ Penjualan SBSN oleh Bank Indonesia Lampiran 22 : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah Hal. 190 Hal. 191 Hal Hal Contoh Transaksi Repo dengan Metode Lelang Fixed Rate Tender Hal Contoh Transaksi Repo dengan Metode Lelang Variable Rate Tender Hal Lampiran 23 : Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Syariah Hal Negara dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah Contoh Transaksi Reverse Repo dengan Metode Lelang Fixed Rate Tender Hal Contoh Transaksi Repo dengan Metode Lelang Variable Rate Tender Hal Lampiran 24 : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Hal Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Standing Facilities Syariah Janji (Wa d) untuk Membeli Kembali SBSN dalam Rangka Repo SBSN dengan Hal Bank Indonesia Lampiran 25 : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Hal Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Standing Facilities Syariah Contoh Perhitungan Repo SBSN Hal Lampiran 26 : Contoh Pengenaan Sanksi Karena Pembatalan Transaksi Hal Operasi Moneter Syariah Lampiran 27 : Contoh Perhitungan Jangka Waktu SBIS Hal. 226 Lampiran 28 : Contoh Pembatalan Transaksi dan Perhitungan Sanksi Hal Lampiran 29 : Contoh Perhitungan Imbalan Hal iii

7 Rekam Jejak Regulasi Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Bab II.9, VI.9, VII.2 Bab I, III.2.a, III.7, V.1, Lamp. 1&3 Pasal 1.7a,5,11,12, 13,13A,14,21A Bab I, VIB, VII.3 Bab VI, VIA, VII.4 Butir VI.9 Pasal 3,5,7, 7A,17,19,20 Bab III Bab I.8, II.5 & II.7, III.4, IV.1, V.3, VI, Lamp.-2 Pasal 4A Bab I.12,I.14, I.15,I.16,I.18, I.19,II.B.3,V, Lamp.1b,2,3 Bab III.A.1.d III. A.3.a IV.3,IV.4 Pasal 12, Pasal 15 dihapus Butir IV.2 SE 15/38/DPM/2013 Perubahan Ke-7, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 15/32/DPM/2013 Perubahan Ke-6, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 15/31/DPM/2013 Perubahan Ke-1, SE 12/17/DPM/2010 tentang Koridor Suku Bunga SE 15/30/DPM/2013 Perubahan Ke-1, SE 12/16/DPM/2010 ttg Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter 15/5/PBI/2013 Perubahan Ke-2, PBI 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter SE 14/18/DPM/2012 Perubahan Ke-4, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 14/9/DPM/2012 Perubahan Ke-3 SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka 14/5/PBI/2012 Perubahan Ke-1, PBI 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter SE 13/20/DPM/2011 Perubahan Ke-2, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 13/13/DPM/2011 Perubahan SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 12/17/DPM/2010 Koridor Suku Bunga 10/14/PBI/2008 Perubahan Ke-4, PBI 4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 10/43/DPM/2008 Perubahan Ke-2 SE 10/ 2/ DPM/ 2008 ttg Transaksi Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 10/24/DPM/2008 Perubahan Ke-1, SE 10/ 2/ DPM/ 2008 ttg Transaksi Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 10/2/DPM/2008 Transaksi Repo dengan BI di Pasar Sekunder SE 8/13/DPM/2006 Penerbitan SBI melalui Lelang 12/11/PBI/2010 Operasi Moneter Butir III.1.b.1) SE 8/5/DPM/2006 Transaksi Reverse Repo dgn BI dlm rangka OPT 7/30/PBI/2005 Perubahan Ke-3, PBI 4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 10/22/DPM/2008 Perubahan Ke-2, SE 6/21/DPM/ 2004 ttg Tata Cara Pembelian dan Penjualan SUN SE 8/1/DPM/2006 Perubahan Ke-1, SE 6/21/DPM/ 2004 ttg Tata Cara Pembelian & Penjualan SUN SE 6/21/DPM/2004 Tata Cara Pembelian dan Penjualan SUN SE 6/4/DPM/2004 Penerbitan dan Perdagangan SBI 6/4/PBI/2004 Perubahan Ke-1, PBI 4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 4/18/DPM/2002 Pelaksanaan dan Penyelesaian FASBI SE 12/18/DPM/2010 Operasi Pasar Terbuka Pasal 4B,4C 4/9/PBI/2002 Operasi Pasar Terbuka SE 12/16/DPM/2010 Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter 10/21/PBI/2008 Perubahan Ke-5, PBI 4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 10/28/DPM/2008 Perubahan Ke-2 SE 8/13/DPM/ 2006 ttg Penerbitan SBI melalui Bab I.5, Lelang III, VII, Lamp. 3-a SE 10/1/DPM/2008 & 3-b Perubahan Ke-1, SE 8/13/DPM/ 2006 ttg Penerbitan SBI melalui Lelang SE 9/6/DPM/2007 Perubahan Ke-1, SE 8/4/DPM/ 2006 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 8/4/DPM/2006 Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 6/47/DPM/2004 Perubahan Ke-2, SE 6/17/DPM/2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn Angka II BI di Pasar Sekunder SE 6/27/DPM/2004 Perubahan Ke-1, SE 6/17/DPM/2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 6/17/DPM/2004 Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 6/5/DPM/2004 Pelaksanaan dan Penyelesaian FASBI SE 5/16/DPM/2003 Perubahan Ke-1, SE 5/10/DPM/2003 ttg Pelaksanaan & Penyelesaian FASBI dlm Rangka OPT Keterangan : SE 15/24/DPM/2013 Perubahan Ke-5, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 5/10/DPM/2003 Pelaksanaan dan Penyelesaian FASBI Dalam rangka OPT SE 5/9/DPM/2003 Tata Cara Penerbitan, Perdagangan, dan Penatausahaan SBI Diubah Dicabut Terkait III.3.a Butir II.1.b PBI Masih Berlaku Butir III.A SE 10/37/ DPM/2008 Transaksi Reverse Repo SUN dgn BI dlm Rangka OPT SE 4/20/DPM/2002 Tata Cara Penerbitan, Perdagangan, dan Penatausahaan SBI PBI Tidak Berlaku SE Masih Berlaku SE Tidak Berlaku Regulasi Terkait Pasal 4, 4A,7 Bab I, VA, VI.9.a, VII.3 Butir II.4, II.5, III.2, III.4.A II.A.1, II.B.12 Bab I, II.2, II.7.b, IIA, III.7.b, III.8.c.1), IV.7.b, V.4.e.2), VA.3.f.2), VI.7.b, VIA.2.b, VIA.8.a.1), VIB.4, VII.5 Bab I, II.2, II.3, III.2, III.4, IV.1, IV.4 Bab I, II.9, III.8.c, IV.8.c, V.1, VI.9, VII.2 PBI 12/10/PBI/2010 Perubahan Ketiga atas PBI 5/13/PBI/ 2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum; PBI 11/14/PBI/2009 Perubahan atas PBI No 10/37/PBI/ 2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Rom. V Rom. III.1, Butir V.3. b.8), Rom. VI, Lamp.-3 Pasal 4,4B,4C,14,16A SE 7/39/DPM/2005 Pencabutan SE 6/17/DPM 2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 7/18/DPM/2005 Perubahan Ke-4, SE 6/17/DPM/ 2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 7/12/DPM/2005 Perubahan Ke-3, SE 6/17/2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 7/4/DPM/2005 Perubahan Ke-1, SE 6/5/DPM 2004 ttg Pelaksanaan dan Penyelesaian FASBI 6/33/PBI/2004 Perubahan Ke-2, PBI 4/9/PBI/2002 ttg Operasi Pasar Terbuka Pasal 23 (1),25 Pasal 18 ayat (1). b Pasal 18 Angka II.2, II.4 4/10/PBI/2002 Sertifikat Bank Indonesia 3/13/PBI/2001 Sertifikat Bank Indonesia Kepdir 23/84/KEP/DIR (1991) Tata Cara Penggunaan Diskonto I Kepdir 21/53/KEP/DIR (1988) Perdagangan Surat Berharga Pasar Uang SE 14/6/DPM/2012 Tata Cara Pembelian & Penjualan SBSN scr Outright dr BI di Pasar Sekunder dlm rangka OPT Syariah SE 13/27/DPM/2011 Tata Cara Transaksi Reverse Repo SBSN dgn BI dlm rangka OPT Syariah 13/24/PBI/2011 Perubahan Ke-2, PBI 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah SE 12/23/DPM/2010 Perubahan Ke-1, SE 11/8/DPM/2009 ttg Tata Cara FASBIS SE 12/24/DPM/2010 Perubahan Ke-1, SE 10/44/DPM/ 2008 ttg Tata Cara Transaksi Repo SBSN dengan BI 12/17/PBI/2010 Perubahan 1 PBI 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah SE 11/8/DPM/2009 Tata Cara Transaksi FASBIS SE 10/44/DPM/2008 Tata Cara Transaksi Repo SBSN dengan BI 10/36/PBI/2008 Operasi Moneter Syariah SE 10/30/DPM 2008 Perubahan Ke-3, SE 7/ 1/ DPM 2005 ttg Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations SE 10/23/DPM 2008 Perubahan Ke-2, SE 7/1/ DPM 2005 ttg Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations SE 7/1/DPM 2005 Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations 6/5/PBI/2004 Perubahan Ke-1, PBI 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia Kepdir 31/67/KEP/DIR (1999) Penerbitan dan Perdagangan SBI serta Intervensi Rupiah Kepdir 28/84/KEP/DIR (1995) Penerbitan dan Perdagangan SBI serta Intervensi Rupiah Kepdir 17/57/KEP/DIR (1985) Perdagangan Surat Berharga Pasar Uang Kepdir 16/55/KEP/DIR (1984) Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia SE 14/32/DPM/2012 Tata Cara Transaksi Repo SBSN dgn BI dlm rangka OPT Syariah SE 14/28/DPM/2012 Tata Cara Transaksi Repo SBSN dgn BI dlm rangka Standing Facilities Syariah SE 9/5/DPM 2007 Perubahan Ke-1, SE 7/1/ DPM 2005 ttg Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations Pasal 7,10,12 Bab II.A.3 Bab I.23, II.C.3, III.B.3, III.B. 4, IV.C.4, V.A.2, VI, Lamp.1,4, 5,7,9; Kepdir 21/52/KEP/DIR (1988) Penerbitan dan Perdagangan SBI - 12/12/PBI/2012 BI-SSSS - 10/6/PBI/2008 Sistem BI- RTGS - 5/5/PBI/2003 Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valas SE 13/31/DPD/2011 Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia SE 12/25/DPM/2010 Perubahan Ke-2, SE 10/16/DPM/2008 ttg Tata Cara Penerbitan SBIS melalui Lelang 12/18/PBI/2010 Perubahan Ke-1, PBI 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah SE 10/40/DPM/2008 Perubahan Ke-1, SE 10/16/DPM/2008 ttg Tata Cara Penerbitan SBIS melalui Lelang SE 10/16/DPM/2008 Tata Cara Penerbitan SBIS melalui Lelang 10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah SE 7/37/DPM/2005 Tata Cara Pelaksaan dan Penyelesaian Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Butir III B.4.d SE 6/6/DPM/2004 Tata Cara Pelaksanaan Sertifikat Wadiah BI 6/7/PBI/2004 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia PBI 2/9/PBI/2000 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Rom. IX, Lamp. 1,2,3 Bab IV Pasal 14 Ayat (2).b &(3) 1. Kepdir 12/73/Kep/Dir/ UPUM (1979) Ketentuan Diskonto Ulang Bagi Lembaga Bukan Bank atas Surat Berharga 2. Pasal 8 (2) Kepdir 11/110/Kep/Dir/UPPB (1979) Ketentuan Penanaman Dana Bank Pembangunan Daerah dalam Surat-surat Berharga Pasar Uang 3. Kepdir 11/1/KEP/DIR/UPUM (1978) Pemberian Jaminan oleh Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank iv

8 Dasar Hukum : - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara - Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara - Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Regulasi Terkait : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/12/PBI/2010 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/2/PBI 2008 tentang Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/10/PBI/2010 perubahan ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/14/PBI/ 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/37/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/37/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Surat Edaran Nomor 15/19/DPM/2013 perihal Perubahan Kedua atas Surat Edaran Nomor 10/48/DPD/2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Surat Edaran Nomor 11/12/DPD/2009 perihal Perubahan Pertama atas Surat Edaran Nomor 10/48/DPD/2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Surat Edaran Nomor 10/48/DPD/2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/5/PBI/2003 tentang Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valas - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPD 2011 tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia - Surat Edaran Nomor 12/28/DASP 2010 perihal Penyelenggaraan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/20/DPD 2010 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/29/DPD/2003 tentang Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valas - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/1/DASP 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/12/DASP 2008 tentang Penetapan Biaya Penggunaan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia dalam Rangka Penerapan Treasury Single Account - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/10/DASP 2008 tentang Pelaksanaan Transaksi Melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dalam rangka Perlindungan kepada Nasabah Peserta Sistem BI-RTGS - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/9/DASP 2008 tentang Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/47/DASP 2005 tentang Batasan Nilai Nominal Per Transaksi Antar Bank untuk Kepentingan Nasabah Melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Sehubungan dengan Hari Libur Nasional v

9 - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/8/DPNP 2005 tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/29/DPD 2003 tentang Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valas Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/5/PBI/2013 Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/5/PBI/2012 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter - Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/24/PBI/2011 Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/18/PBI/2010 perihal Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/17/PBI/2010 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah - Surat Edaran 15/38/DPM 2013 perihal Perubahan Ketujuh atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 15/32/DPM 2013 perihal Perubahan Keenam atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 15/24/DPM 2013 perihal Perubahan Kelima atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 14/18/DPM 2012 perihal Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 14/9/DPM 2012 perihal Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 13/20/DPM 2012 perihal Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 13/13/DPM 2012 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 12/18/DPM 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 15/31/DPM 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran 12/17/DPM 2010 tentang Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) - Surat Edaran 12/17/DPM 2010 perihal Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) - Surat Edaran 15/30/ 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran 12/16/DPM 2010 perihal Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter - Surat Edaran 12/16/DPM 2010 perihal Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter - Surat Edaran 14/32/DPM 2012 perihal Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah - Surat Edaran 14/28/DPM 2012 perihal Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Standing Facilities Syariah - Surat Edaran 14/6/DPM 2011 perihal Tata Cara Pembelian dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Secara Outright dari Bank Indonesia di Pasar Sekunder dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah - Surat Edaran 13/27/DPM 2011 perihal Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Syariah Negara dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah - Surat Edaran 12/23/DPM 2010 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/8/DPM tanggal 27 Maret 2009 perihal Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah dalam Rupiah (FASBIS) vi

10 - Surat Edaran 11/8/DPM 2009 perihal Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah dalam Rupiah (FASBIS) - Surat Edaran 12/25/DPM 2010 perihal Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia - Surat Edaran 10/40/DPM 2008 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/16/DPM tanggal 31 Maret 2008 perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang - Surat Edaran 15/24/DPM 2013 perihal Perubahan Kelima atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/ 18/ DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka. - Surat Edaran 10/16/DPM 2008 perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang vii

11 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Moneter Likuiditas Rupiah Operasi Moneter BAB I Ketentuan Umum 1 Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka 1 3 SE 15/32/DPM 2013 Romawi I.A.3 dan I.A.5 Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka 4 SE 15/31/DPM 2013 Romawi I.3 SE 12/17/DPM 2010 Romawi II.1 Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka 5 6 SE 15/32/DPM 2013 Romawi I.A.6 Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Perbankan yang berlaku, yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional. 2. Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui operasi pasar terbuka dan koridor suku bunga (standing facilities). 3. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Bank dan/atau pihak lain dalam rangka Operasi Moneter. 4. Peserta OPT adalah Bank yang memenuhi persyaratan sebagai peserta Operasi Moneter sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 5. Lembaga Perantara adalah pialang pasar uang rupiah dan valuta asing, dan pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai dealer utama sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 6. Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) yang selanjutnya disebut Standing Facilities adalah kegiatan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka Operasi Moneter. 7. BI-Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. 8. Standing Facilities merupakan instrumen yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk injeksi dan absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. 9. Absorpsi Likuiditas adalah pengurangan likuiditas di pasar uang rupiah melalui kegiatan Operasi Moneter. 10. Injeksi Likuiditas adalah penambahan likuiditas di pasar uang rupiah melalui kegiatan Operasi Moneter. 11. Surat Berharga adalah Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Deposito Bank Indonesia dan Surat Berharga Negara yang digunakan dalam transaksi OPT sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 12. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. 13. Sertifikat Deposito Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan SDBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek yang dapat diperdagangkan hanya antar Bank. 14. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disebut SBN adalah Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara. 1

12 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/30/DPM 2013 Romawi I.11 I.17 SE 15/32/DPM 2013 Romawi I.A.18 - I.A Surat Utang Negara yang selanjutnya disebut SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku. 16. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disebut SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku. 17. Obligasi Negara adalah SUN yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto. 18. Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disebut SPN adalah SUN yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan, dengan pembayaran bunga secara diskonto 19. Zero Coupon Bond yang selanjutnya disebut ZCB adalah Obligasi Negara tanpa kupon, dengan pembayaran bunga secara diskonto. 20. Obligasi Negara Ritel yang selanjutnya disebut ORI adalah Obligasi Negara yang pada pasar perdana dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia. 21. Surat Berharga Syariah Negara Ritel atau yang selanjutnya disebut SBSN Ritel, atau dapat disebut Sukuk Negara Ritel adalah SBSN yang dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui agen penjual. 22. Transaksi Repurchase Agreement yang selanjutnya disebut transaksi repo adalah transaksi penjualan Surat Berharga oleh peserta Operasi Moneter kepada Bank Indonesia dengan kewajiban pembelian kembali oleh peserta Operasi Moneter sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 23. Transaksi Reverse Repo adalah transaksi pembelian Surat Berharga oleh Peserta OPT dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh Peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 24. Penempatan Berjangka yang selanjutnya disebut Term Deposit adalah penempatan dana rupiah milik Peserta OPT secara berjangka di Bank Indonesia. 25. Transaksi Outright adalah transaksi pembelian dan penjualan Surat Berharga oleh peserta Operasi Moneter kepada Bank Indonesia secara putus tanpa kewajiban penjualan dan pembelian kembali oleh peserta Operasi Moneter. 26. Rekening Giro adalah rekening giro rupiah Peserta OPT di Bank Indonesia. 27. Rekening Surat Berharga adalah rekening Surat Berharga Peserta OPT yang tercatat di rekening perdagangan/aktif (active) di Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System. 28. Sub-Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan kustodian yang memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia melakukan fungsi penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan nasabah. 2

13 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka SE 15/32/DPM 2013 Romawi I. A.25 I.A.31 SE 15/32/DPM 2013 Romawi I.B 29. Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya, dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement. 30. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. 31. Sistem Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya disebut Sistem- LHBU adalah sarana pelaporan Bank kepada Bank Indonesia secara harian, termasuk penyediaan informasi pasar uang dan pengumuman dari Bank Indonesia. 32. Transaksi Penjualan Valuta Asing terhadap Surat Berharga Negara, yang selanjutnya disebut Transaksi Valas Terhadap SBN adalah transaksi penjualan valuta asing terhadap Rupiah oleh Bank Indonesia dengan pembelian SBN secara outright oleh Bank Indonesia yang dilakukan pada saat yang bersamaan. 33. Bank Koresponden adalah bank tempat pemeliharaan rekening giro valuta asing dalam rangka pembayaran dan/atau penerimaan dana valuta asing ke atau dari Bank. 34. Bank Devisa adalah Bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing. 35. Transaksi Swap adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap Rupiah melalui pembelian/ penjualan tunai (spot) dengan penjualan/ pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama dan pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. 36. Transaksi Swap Beli Bank Indonesia adalah transaksi jual valuta asing oleh Bank Indonesia melalui penjualan tunai (spot) dengan diikuti transaksi pembelian kembali valuta asing oleh Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. 37. Transaksi Swap Jual Bank Indonesia adalah transaksi beli valuta asing oleh Bank Indonesia melalui pembelian tunai (spot) dengan diikuti transaksi penjualan kembali valuta asing oleh Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. 38. Bank Indonesia dalam rangka Operasi Pasar Terbuka dapat melakukan Absorpsi Likuiditas dan/atau Injeksi Likuiditas dengan menggunakan satu atau lebih instrumen untuk mempengaruhi likuiditas di pasar uang maupun untuk menjaga ketersediaan instrumen operasi moneter yang diperlukan dalam pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter Bank Indonesia. 3

14 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BAB II Tujuan Operasi Moneter 2 Pasal 2 12/11/PBI/2010 (1) Operasi Moneter bertujuan mencapai sasaran operasional kebijakan moneter dalam rangka mendukung pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter Bank Indonesia. (2) Sasaran operasional kebijakan moneter berupa suku bunga pasar uang jangka pendek. Yang dimaksud dengan suku bunga pasar uang jangka pendek adalah suku bunga pasar uang antar bank overnight (PUAB O/N). Yang dimaksud dengan suku bunga PUAB O/N adalah suku bunga transaksi pinjam meminjam uang dalam mata uang rupiah antar Bank yang berjangka waktu 1 (satu) hari (overnight). 3 Pasal 3 14/5/PBI/2012 BAB III Bagian Kesatu 4 Pasal 4 12/11/PBI/2010 SE 12/16/DPM 2010 Romawi II.1 SE 15/30/DPM 2013 Romawi II.2 dan II.3 (1) Pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 2 dalam kodifikasi ini), dilakukan melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang rupiah dengan cara Absorpsi Likuiditas dan/atau Injeksi Likuiditas. (2) Pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didukung dengan pengelolaan likuiditas di pasar valuta asing. Operasi Moneter Bentuk Operasi Moneter Operasi Moneter dilakukan dengan : a. OPT; dan b. Standing Facilities. Pelaksanaan OPT termasuk sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka stabilisasi rupiah. 1. Kriteria Surat Berharga yang dapat digunakan dalam Operasi Moneter adalah sebagai berikut : a. diterbitkan oleh Bank Indonesia dan/atau Negara Republik Indonesia; b. dalam mata uang rupiah; c. ditatausahakan di BI-SSSS; d. tercatat di rekening perdagangan/aktif (active) di BI-SSSS; dan e. tidak sedang diagunkan. 2. Jenis-jenis Surat Berharga yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf b terdiri dari: a. SBI; b. SDBI; dan c. SBN, yang terdiri dari: 1) SUN, yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara termasuk ZCB dan ORI; dan 2) SBSN termasuk SBSN Ritel 3. Persyaratan Surat Berharga: Untuk transaksi repo dalam rangka OPT dan lending facility: a. SBI Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada saat second leg transaksi repo. 4

15 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/16/DPM 2010 Romawi III.1 SE 15/30/DPM 2013 Romawi III. 2 SE 12/16/DPM 2010 Romawi III.3 SE 15/30/DPM 2013 Romawi III. 4 SE 12/16/DPM 2010 Romawi III.5 b. SBN Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat second leg transaksi repo. 4. Harga dan haircut Surat Berharga ditetapkan dan diumumkan oleh Bank Indonesia di BI-SSSS dan/atau sarana lainnya. 5. Harga Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada angka 4 ditetapkan sebagai berikut : a. Harga SBI ditetapkan Bank Indonesia dengan mempertimbangkan antara lain rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan dan sisa jangka waktu setiap seri SBI. b. Harga SDBI ditetapkan Bank Indonesia dengan mempertimbangkan antara lain rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan dan sisa jangka waktu setiap seri SDBI. c. Harga SBN ditetapkan Bank Indonesia dengan mempertimbangkan antara lain harga pasar masing-masing jenis dan seri SBN. 6. Haircut merupakan faktor pengurang terhadap harga Surat Berharga. 7. Haircut sebagaimana dimaksud pada angka 4 ditetapkan sebesar : a. 0% (nol per seratus) untuk SBI; dan b. 0% (nol per seratus) untuk SBI c. 5% (lima per seratus) untuk SBN. 8. Bank Indonesia dapat melakukan perubahan haircut sebagaimana dimaksud pada angka 4 dan mengumumkan perubahan tersebut melalui BI-SSSS, Sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) dan/atau sarana lainnya. Bagian Kedua 5 Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf a SE 12/18/DPM 2010 Romawi II.1 SE 15/32/DPM 2013 Romawi IIA.1 Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf b Operasi Pasar Terbuka Kegiatan OPT meliputi : (1) penerbitan SBI dan SDBI; Yang dimaksud dengan penerbitan SBI dan SDBI adalah penjualan SBI dan SDBI oleh Bank Indonesia di pasar perdana. - Penerbitan SBI merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. - Penerbitan SDBI merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. (2) transaksi repurchase agreement (repo) dan reverse repo surat berharga; Yang dimaksud dengan transaksi repurchase agreement (repo) adalah transaksi penjualan surat berharga oleh peserta Operasi Moneter kepada Bank Indonesia dengan kewajiban pembelian kembali oleh peserta Operasi Moneter sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Yang dimaksud dengan transaksi reverse repo adalah transaksi pembelian surat berharga oleh peserta Operasi Moneter dan Bank 5

16 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Indonesia dengan kewajiban penjualan kembali oleh peserta Operasi Moneter sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Yang dimaksud dengan surat berharga adalah SBI, SDBI, SBN dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. SE 12/18/DPM 2010 Romawi III.1 III.2 SE 12/18/DPM 2010 Romawi IV.1 IV-2 Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf c SE 13/13/DPM 2011 Romawi V.1 1. Transaksi Repo merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk injeksi likuiditas rupiah di pasar uang. 2. Karakteristik Transaksi Repo: a. Transaksi Repo dilakukan dengan prinsip sell and buyback, yaitu terdapat perpindahan pencatatan kepemilikan Surat Berharga (transfer of ownership). b. Transaksi Repo memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari, yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. c. Bunga repo dihitung berdasarkan metode bunga dibayar di belakang (simple interest). d. Hak penerimaan kupon atas Surat Berharga yang di-repo-kan selama periode transaksi Repo tetap merupakan milik Peserta OPT. 3. Transaksi Reverse Repo merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. 4. Karakteristik transaksi Reverse Repo: a. Transaksi Reverse Repo dilakukan dengan prinsip sell and buyback, yaitu terdapat perpindahan pencatatan kepemilikan SBN (transfer of ownership). b. Transaksi Reverse Repo memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari, yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. c. Bunga Reverse Repo dihitung berdasarkan metode bunga dibayar di belakang (simple interest). d. Hak penerimaan kupon atas Surat Berharga yang di-reverserepo-kan selama periode transaksi Reverse Repo tetap merupakan milik Bank Indonesia. (3) transaksi pembelian dan penjualan surat berharga secara outright; Yang dimaksud dengan transaksi pembelian dan penjualan surat berharga secara outright adalah transaksi pembelian dan penjualan surat berharga secara putus. Yang dimaksud dengan surat berharga adalah SBN dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 1. Pembelian dan penjualan SBN secara outright dari Bank Indonesia di pasar sekunder dilakukan dalam rangka Absorpsi Likuiditas dan/atau Injeksi Likuiditas serta dalam rangka menjaga ketersediaan SBN yang diperlukan sebagai instrumen operasi 6

17 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 13/20/PBI 2011 Romawi VA. 1 dan VA.2 moneter dalam pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter Bank Indonesia. 2. Transaksi Valas Terhadap SBN dilakukan dalam rangka mendukung pengelolaan likuiditas dalam mencapai sasaran operasional kebijakan moneter dengan cara : a. transaksi penjualan valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia; dan b. transaksi pembelian SBN secara outright oleh Bank Indonesia, yang dilakukan pada saat yang bersamaan. 3. Jenis valuta asing dalam Transaksi Valas Terhadap SBN adalah US Dollar. Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf d SE 12/18/DPM 2010 Romawi VI.1 dan VI.2 serta SE 14/18/DPM 2012 Nomor 1 (4) Penempatan berjangka (term deposit) di Bank Indonesia dalam rupiah; Yang dimaksud dengan penempatan berjangka (term deposit) adalah penempatan dana rupiah milik peserta Operasi Moneter secara berjangka di Bank Indonesia. 1. Transaksi Term Deposit rupiah merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. 2. Karakteristik Transaksi Term Deposit rupiah: a. Transaksi Term Deposit rupiah memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. b. Transaksi Term Deposit rupiah dilakukan tanpa disertai dengan penerbitan Surat Berharga. c. Nilai tunai transaksi Term Deposit rupiah dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount) dengan rumus sebagai berikut: Nilai tunai = Nilai nominal x (Tingkat diskonto x Jangka waktu) Nilai diskonto = Nilai nominal Term Deposit rupiah Nilai tunai d. Bank Indonesia menatausahakan pencatatan transaksi Term Deposit rupiah dalam BI-SSSS. e. Term Deposit rupiah dapat dicairkan sebelum tanggal jatuh waktu (early redemption) baik keseluruhan atau sebagian. Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf e SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.1 VIA.2.a (5) penempatan berjangka (term deposit) di Bank Indonesia dalam valuta asing; 1. Transaksi Term Deposit valas merupakan penempatan secara berjangka dana valuta asing milik Peserta OPT di Bank Indonesia. 2. Karakteristik transaksi Term Deposit valas: a. jenis valuta asing dalam transaksi Term Deposit valas adalah US Dollar; 7

18 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/32/ DPM 2013 Romawi VIA.2.b SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.2.c VIA.2.f b. transaksi Term Deposit valas memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu; c. transaksi Term Deposit valas dilakukan tanpa disertai dengan penerbitan surat berharga; d. atas transaksi Term Deposit valas, Bank Indonesia memberikan bunga; e. Term Deposit valas dapat dicairkan sebelum tanggal jatuh waktu (early redemption) baik keseluruhan atau sebagian; f. Term Deposit valas dapat dialihkan menjadi transaksi swap jual US Dollar terhadap rupiah Bank Indonesia. Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf f (6) jual beli valuta asing terhadap rupiah Jual beli valuta asing terhadap rupiah dilakukan antara lain dalam bentuk spot, forward dan swap. Yang dimaksud dengan spot adalah transaksi jual/beli antara valuta asing terhadap rupiah dengan penyerahan dana dilakukan 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. Transaksi tersebut dimungkinkan untuk dinegosiasikan dengan penyerahan valuta pada hari yang sama (today) atau dengan penyerahan 1 (satu) hari kerja setelah tanggal transaksi (tomorrow). Yang dimaksud dengan forward adalah transaksi jual/beli antara valuta asing terhadap rupiah dengan penyerahan dananya dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. Yang dimaksud dengan swap adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap rupiah melalui pembelian/penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan, dengan counterpart yang sama dan pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. Transaksi swap dengan metode lelang yang dilakukan antar Bank dengan Bank Indonesia dapat dianggap sebagai penerusan jasa (pass on) posisi transaksi derivatif Bank dengan pihak terkait Bank SE 15/24/DPM 2013 Romawi VIB.1 VIB.2 Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf g 1. Transaksi Swap dilakukan dalam rangka mendukung pengelolaan likuiditas dalam mencapai sasaran operasional kebijakan moneter dengan cara: a. transaksi Swap Jual Bank Indonesia; atau b. transaksi Swap Beli Bank Indonesia. 2. Jenis valuta asing dalam Transaksi Swap adalah US Dollar. (7) Transaksi lainnya baik di pasar uang rupiah maupun pasar valuta asing. 8

19 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 6 Pasal 6 12/11/PBI/2010 (1) OPT dapat dilaksanakan setiap hari kerja. Yang dimaksud dengan hari kerja adalah hari kerja Bank Indonesia, termasuk hari kerja terbatas Bank Indonesia. (2) Pelaksanaan OPT dilakukan melalui mekanisme lelang dan/atau non lelang. Mekanisme lelang dapat dilakukan dengan metode lelang harga tetap (fixed rate tender) atau metode lelang harga beragam (variable rate tender). Mekanisme non lelang dilakukan secara bilateral antara Bank Indonesia dengan peserta OPT. SE 12/18/DPM 2010 Romawi II.3-II.7.a A. Mekanisme Penerbitan SBI 1. Metode Transaksi Lelang SBI a. Penerbitan SBI dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI- SSSS. b. Mekanisme lelang SBI dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Tingkat diskonto lelang SBI ditetapkan oleh Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Tingkat diskonto lelang SBI diajukan oleh Peserta OPT. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang SBI a. Lelang SBI dilakukan pada hari Rabu dan/atau pada hari kerja lain yang ditetapkan Bank Indonesia. b. Window time lelang SBI dari pukul WIB sampai dengan pukul WIB, atau waktu lain yang ditetapkan. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SBI dan perubahannya paling lambat pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBI melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana lelang SBI memuat antara lain : 1) tanggal lelang; 2) jangka waktu SBI; 3) metode lelang; 4) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); 5) tingkat diskonto SBI (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); 6) window time; dan 7) waktu dan tanggal setelmen 3. Pengajuan Penawaran Lelang SBI a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran lelang SBI secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang SBI untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang SBI kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. 9

20 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan d. Pengajuan penawaran lelang SBI meliputi: 1) penawaran kuantitas, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) penawaran kuantitas dan tingkat diskonto, untuk lelang dengan metode variable rate tender, untuk masing-masing jangka waktu SBI yang akan diterbitkan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang (seribu) unit atau sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah). f. Dalam hal lelang SBI dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran tingkat diskonto dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran SBI yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Lelang SBI a. Dalam hal lelang SBI dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas SBI yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. 2) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SBI sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal lelang SBI dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas SBI yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Bank Indonesia menetapkan tingkat diskonto tertinggi yang dapat diterima atau Stop Out Rate (SOR); dan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas SBI yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT lebih rendah dari SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh SBI yang diajukan; dan b) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari SBI yang diajukan sebesar hasil perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SBI sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang lelang SBI berdasarkan metode fixed rate tender dan 10

21 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/32/ DPM 2013 Romawi II.7.b SE 12/18/DPM 2010 Romawi II. 8 variable rate tender terdapat pada Lampiran 3a dan Lampiran 3b. (Lampiran 1a dan Lampiran 1b dalam kodifikasi ini) c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang SBI. 5. Pengumuman Hasil Lelang SBI Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang SBI setelah window time ditutup, paling lambat pukul WIB sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal, tingkat diskonto dan nilai tunai SBI yang dimenangkan; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nilai nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate, rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI dan/atau nilai nominal yang dimenangkan. 6. Setelmen Lelang SBI a. Setelmen Hasil Lelang SBI 1) Bank Indonesia melakukan setelmen hasil lelang SBI paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang SBI. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen hasil lelang SBI. 3) Bank Indonesia melakukan setelmen dana hasil lelang SBI dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai tunai SBI dan setelmen Surat Berharga dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal SBI. 4) Nilai tunai SBI sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dihitung dengan rumus: Nilai Tunai Nilai Nominal x 360 = SBI (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu) Keterangan: Nilai nominal = nilai nominal SBI yang dimenangkan Tingkat diskonto = tingkat diskonto yang dimenangkan Jangka waktu = jumlah hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen lelang SBI sampai dengan tanggal jatuh waktu 5) Setelmen dana sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dilakukan secara gabungan untuk setiap pemenang lelang dan setelmen Surat Berharga sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dilakukan secara per transaksi (gross to gross). 6) Setelmen dana hasil lelang SBI dilakukan per lelang (auction number). 7) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen lelang SBI, BI- secara otomatis membatalkan transaksi lelang SBI yang dimenangkan Peserta OPT yang bersangkutan. 11

22 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 8) Atas batalnya transaksi lelang SBI sebagaimana dimaksud dalam angka 7), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen Pelunasan SBI 1) Pada tanggal jatuh waktu SBI, Bank Indonesia melunasi SBI jatuh waktu berdasarkan pencatatan kepemilikan SBI yang tercatat di BI- SSSS pada 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal jatuh waktu SBI. 2) Dalam hal setelah terjadinya transaksi, tanggal jatuh waktu SBI ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen pelunasan SBI dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan diskonto untuk hari libur dimaksud. 3) Bank Indonesia melakukan pelunasan SBI dengan cara: a) mengkredit Rekening Giro pemilik SBI sebesar nilai nominal SBI jatuh waktu; dan b) mendebet Rekening Surat Berharga pemilik SBI sebesar nilai nominal SBI jatuh waktu. SE 15/32/ DPM 2013 Romawi IIA.3- IIA.8 B. Mekanisme Penerbitan SDBI 1. Metode Transaksi Lelang SDBI a. Penerbitan SDBI dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI-SSSS. b. Mekanisme lelang SDBI dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Tingkat diskonto lelang SDBI ditetapkan oleh Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Tingkat diskonto lelang SDBI diajukan oleh Peserta OPT 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang SDBI a. Lelang SDBI dilakukan pada hari kerja yang ditetapkan Bank Indonesia. b. Window time lelang SDBI dapat dilakukan antara pukul WIB sampai dengan pukul WIB. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SDBI dan perubahannya paling lambat sebelum pelaksanaan lelang SDBI melalui BI-SSSS, Sistem LHBU, dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana lelang SDBI memuat antara lain: 1) tanggal lelang ; 2) jangka waktu SDBI ; 3) metode lelang ; 4) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender) 5) tingkat diskonto SDBI (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); 6) window time; dan 7) waktu dan tanggal setelmen 12

23 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 3. Pengajuan Penawaran Lelang SDBI a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran lelang SDBI secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang SDBI untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang SDBI kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. d. Pengajuan penawaran lelang lelang SDBI meliputi: 1) penawaran kuantitas, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) penawaran kuantitas dan tingkat diskonto, untuk lelang dengan metode variable rate tender. untuk masing-masing jangka waktu SDBI yang akan diterbitkan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang (seribu) unit atau sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah). f. Dalam hal lelang SDBI dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran tingkat diskonto dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran SDBI yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Lelang SDBI a. Dalam hal lelang SDBI dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas SDBI yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. 2) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SDBI sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal lelang SDBI dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas SDBI yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Bank Indonesia menetapkan tingkat diskonto tertinggi yang dapat diterima atau Stop Out Rate (SOR); dan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas SDBI yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT lebih rendah dari SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh SDBI yang diajukan; dan 13

24 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan b) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari SDBI yang diajukan sebesar hasil perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SDBI sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang lelang SDBI berdasarkan metode fixed rate tender dan variable rate tender terdapat pada Lampiran 3C dan Lampiran 3D. (Lampiran 2a dan Lampiran 2b dalam kodifikasi ini) c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang SDBI. 5. Pengumuman Hasil Lelang SDBI Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang SDBI setelah window time ditutup, sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal, tingkat diskonto, dan nilai tunai SDBI yang dimenangkan; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya antara lain berupa nilai nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate, rata-rata tertimbang tingkat diskonto SDBI dan/atau nilai nominal yang dimenangkan. 6. Setelmen Lelang SDBI a. Setelmen Hasil Lelang SDBI 1) Bank Indonesia melakukan setelmen hasil lelang SDBI paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang SDBI. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen hasil lelang SDBI. 3) Bank Indonesia melakukan setelmen dana hasil lelang SDBI dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai tunai SDBI dan setelmen Surat Berharga dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal. 4) Nilai tunai SDBI sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dihitung dengan rumus: Nilai Tunai Nilai Nominal x 360 = SDBI (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu) Keterangan: Nilai nominal = nilai nominal SDBI yang dimenangkan Tingkat diskonto = tingkat diskonto yang dimenangkan Jangka waktu = jumlah hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen lelang SDBI sampai dengan tanggal jatuh waktu 5) Setelmen dana sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dilakukan secara gabungan untuk setiap pemenang lelang dan setelmen Surat Berharga sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dilakukan secara per transaksi (gross to gross). 14

25 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 6) Setelmen dana hasil lelang SDBI dilakukan per lelang (auction number). 7) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen lelang SDBI; BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi lelang SDBI yang dimenangkan Peserta OPT yang bersangkutan. 8) Atas batalnya transaksi lelang SDBI sebagaimana dimaksud dalam angka 7), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen Pelunasan SDBI 1) Pada tanggal jatuh waktu SDBI, Bank Indonesia melunasi SDBI jatuh waktu berdasarkan pencatatan kepemilikan SDBI yang tercatat di BI-SSSS pada 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal jatuh waktu SDBI. 2) Dalam hal setelah terjadinya transaksi, tanggal jatuh waktu SDBI ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen pelunasan SDBI dilakukan pada hari kerja berikutnya, tanpa memperhitungkan tambahan diskonto untuk hari libur yang dimaksud. 3) Bank Indonesia melakukan pelunasan SDBI dengan cara: a) mengkredit Rekening Giro pemilik SDBI sebesar nilai nominal SDBI jatuh waktu; dan b) mendebet Rekening Surat Berharga pemilik SDBI sebesar nilai nominal SDBI jatuh waktu. SE 12/18/DPM 2010 Romawi III.3 III.7.a C. Mekanisme Transaksi Repo Surat Berharga 1. Metode Transaksi Repo a. Transaksi Repo dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI- SSSS. b. Pelaksanaan lelang transaksi Repo dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Suku bunga repo (repo rate) ditetapkan Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Suku bunga repo (repo rate) diajukan Peserta OPT. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Transaksi Repo a. Transaksi Repo dapat dilakukan pada setiap hari kerja. b. Window time transaksi Repo dapat dilakukan antara pukul WIB sampai dengan WIB. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi Repo paling lambat sebelum window time melalui BI-SSSS, Sistem- LHBU dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana lelang transaksi Repo memuat antara lain: 1) tanggal lelang; 2) jangka waktu; 3) metode lelang; 15

26 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 4) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); 5) suku bunga repo (repo rate) (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); 6) Surat Berharga yang dapat di-repo-kan; 7) haircut; 8) window time; dan 9) tanggal dan waktu setelmen. 3. Pengajuan Penawaran Transaksi Repo a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran transaksi Repo secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Repo untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Repo kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. d. Pengajuan penawaran transaksi Repo antara lain meliputi: 1) Nilai nominal, jenis dan seri Surat Berharga yang di-repokan, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) Nilai nominal, jenis dan seri Surat Berharga yang di-repo-kan dan repo rate, untuk lelang dengan metode variable rate tender, untuk masing-masing jangka waktu transaksi Repo yang akan dilakukan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah). f. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran repo rate dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran transaksi Repo yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Transaksi Repo a. Dalam hal lelang transaksi Repo dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi Repo yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. 2) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal lelang transaksi Repo dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi repo yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Bank Indonesia menetapkan repo rate terendah yang dapat diterima (Stop Out Rate/ SOR); dan 16

27 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal repo rate yang diajukan Peserta OPT lebih tinggi dari SOR yang ditetapkan, Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran transaksi Repo yang diajukan; dan b) dalam hal repo rate yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran transaksi Repo yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang transaksi Repo berdasarkan metode fixed rate tender dan variable rate tender terdapat pada Lampiran 4a sampai dengan Lampiran 4d. (Lampiran 3a s.d. Lampiran 3d dalam kodifikasi ini) c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang transaksi Repo. 5. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Repo Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang transaksi Repo setelah window time ditutup, sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal yang dimenangkan dan repo rate; dan SE 15/32/ DPM 2013 b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau Romawi III. 7.b sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate dan/atau rata-rata tertimbang repo rate. SE 12/18/DPM Setelmen Transaksi Repo Romawi III.8.a-III.8.b a. Setelmen first leg 1) Bank Indonesia melakukan setelmen first leg paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang transaksi repo. 2) Peserta OPT wajib memiliki Surat Berharga di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk setelmen first leg. 3) Setelmen first leg dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BI- SSSS dengan mekanisme Delivery Versus Payment (DVP) secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: a) Setelmen Surat Berharga, dengan mendebet Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga yang di-repo-kan; dan b) Setelmen dana, dengan mengkredit Rekening Giro sebesar nilai setelmen first leg. 4) Perhitungan nilai setelmen first leg adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 17

28 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 5) Dalam hal Peserta OPT tidak memiliki jenis dan seri Surat Berharga di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan waktu yang ditetapkan untuk setelmen, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen first leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Repo yang tidak didukung dengan Surat Berharga yang mencukupi. 6) Atas batalnya transaksi Repo sebagaimana dimaksud dalam angka 5), Peserta OPT yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen second leg 1) Pada tanggal transaksi Repo jatuh waktu (second leg), BI- SSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen second leg. 3) Setelmen second leg dilaksanakan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS dengan mekanisme DVP secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: a) Setelmen dana, dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai setelmen second leg; b) Setelmen Surat Berharga, dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga transaksi Repo jatuh waktu; dan c) Perhitungan nilai setelmen second leg adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. d) Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/ imbalan pada periode transaksi Repo, maka kupon/ imbalan dimaksud mengurangi kewajiban Peserta OPT pada transaksi Repo jatuh waktu (second leg) dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai Setelmen Second leg = Nilai Setelmen First leg + Bunga Repo - Nilai kupon/ imbalan yang diterima Bank Indonesia e) Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/imbalan, maka perhitungan bunga repo sejak tanggal pembayaran kupon/imbalan didasarkan pada nilai setelmen first leg dikurangi dengan penerimaan kupon dimaksud. 4) Dalam hal setelah terjadinya transaksi Repo, tanggal transaksi Repo jatuh waktu (second leg) ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan bunga repo untuk hari libur dimaksud. 18

29 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 13/13/DPM 2011 Romawi III.8.c SE 15/32/ DPM 2013 Bab III.8.c.1 SE 13/13/DPM 2011 Butir III.8.c.2) - III.8.c.5) SE 12/18/DPM 2010 Romawi III.9 5) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen second leg sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen second leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Repo jatuh waktu (second leg). c. Kegagalan Setelmen Second Leg Dalam hal Peserta OPT gagal melakukan setelmen second leg, maka Surat Berharga yang di-repo-kan diperlakukan sebagai berikut: 1) Dalam hal Surat Berharga berupa SBI dan SDBI, Bank Indonesia melakukan pelunasan SBI dan SDBI sebelum jatuh waktu (early redemption) dan mengenakan biaya Repo. 2) Dalam hal Surat Berharga berupa SBN maka transaksi yang bersangkutan diperlakukan sebagai transaksi penjualan secara outright oleh Peserta OPT dan Bank Indonesia mengenakan biaya Repo. 3) Perhitungan setelmen transaksi outright dan penggunaan harga Surat Berharga transaksi outright adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 4) Dalam hal terjadi transaksi outright : a) Rekening Giro akan didebet atau dikredit dengan perhitungan harga SBN sebagai berikut: i. dalam hal harga pada transaksi outright lebih rendah daripada harga pada transaksi first leg setelah dikurangi haircut, maka Rekening Giro didebet sebesar selisih dimaksud, setelah dikalikan dengan nilai nominal SBN yang di-repo-kan; ii. dalam hal harga pada transaksi outright lebih tinggi dari harga pada transaksi first leg dikurangi haircut, maka Rekening Giro dikredit sebesar selisih dimaksud, setelah dikalikan dengan nilai nominal SBN yang di-repo-kan dan paling banyak sebesar nilai dari haircut yang ditetapkan pada saat first leg. b) Rekening Giro akan dikredit sebesar accrued interest/imbalan dari setelmen first leg sampai dengan setelmen second leg. c) Rekening Giro akan didebit sebesar bunga Repo. 5) Atas batalnya transaksi Repo jatuh waktu (second leg) sebagaimana dimaksud dalam butir b.5), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 7. Kupon Surat Berharga Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/imbalan setelah transaksi Repo jatuh waktu (second leg), maka Bank Indonesia akan mengkredit Rekening Giro sebesar kupon/imbalan dimaksud pada tanggal penerimaan kupon/imbalan. 19

30 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/18/DPM 2010 Romawi IV.3- IV.7.a D. Mekanisme Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Negara 1. Metode Transaksi Reverse Repo a. Transaksi Reverse Repo dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI-SSSS. b. Pelaksanaan lelang transaksi Reverse Repo dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Suku bunga reverse repo (RR-Rate) ditetapkan Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Suku bunga reverse repo (RR-Rate) diajukan Peserta OPT. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Transaksi Reverse Repo a. Transaksi Reverse Repo dapat dilakukan pada setiap hari kerja. b. Window time transaksi Reverse Repo dapat dilakukan antara pukul WIB sampai dengan pukul WIB. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi Reverse Repo paling lambat sebelum window time melalui BI- SSSS, Sistem-LHBU, dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana lelang transaksi Reverse Repo, memuat antara lain: 1) tanggal lelang; 2) jangka waktu; 3) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); 4) RR-rate (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); 5) Surat Berharga yang di-reverse-repo-kan; 6) Haircut: 7) window time; dan 8) tanggal dan waktu setelmen. 3. Pengajuan Penawaran Transaksi Reverse Repo a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran transaksi Reverse Repo secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Reverse Repo untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Reverse Repo kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. d. Pengajuan penawaran transaksi Reverse Repo antara lain meliputi: 1) Nilai nominal transaksi, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) Nilai nominal transaksi dan RR-Rate, untuk lelang dengan metode variable rate tender, untuk masing-masing jangka waktu transaksi Reverse Repo yang akan dilakukan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah). 20

31 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan f. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran RR-Rate dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran transaksi reverse repo yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Lelang Transaksi Reverse Repo a. Dalam hal lelang transaksi Reverse Repo dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi Reverse Repo yang dimenangkan dihitung dengan cara: i. Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. ii. Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal lelang transaksi Reverse Repo dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi Reverse Repo yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Bank Indonesia menetapkan RR-Rate tertinggi yang dapat diterima (SOR); dan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal RR-Rate yang diajukan Peserta OPT lebih rendah dari SOR yang ditetapkan, Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran transaksi Reverse Repo yang diajukan; dan b) dalam hal RR-Rate yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran transaksi reverse repo yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang transaksi Reverse Repo berdasarkan metode fixed rate tender dan variable rate tender terdapat pada Lampiran 5a dan Lampiran 5b. (Lamp. 4a & Lamp. 4b dalam kodifikasi ini) c. Dalam hal Bank Indonesia menawarkan lebih dari 1 (satu) seri Surat Berharga dalam lelang transaksi reverse repo, Bank Indonesia menentukan alokasi seri dan nominal Surat Berharga yang dimenangkan Peserta OPT. d. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang transaksi Reverse Repo. 5. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Reverse Repo Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang transaksi reverse repo setelah window time ditutup, sebagai berikut: 21

32 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/32/ DPM 2013 Romawi IV. 7.b SE 12/18/DPM 2010 Romawi IV.8 a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal, RR-Rate, jenis dan seri Surat Berharga yang dimenangkan; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU, dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate dan/atau rata-rata tertimbang RR- Rate. 6. Setelmen Transaksi Reverse Repo a. Setelmen first leg 1) Bank Indonesia melakukan setelmen first leg paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang transaksi Reverse Repo. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen first leg. 3) Setelmen first leg dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BI- SSSS dengan mekanisme DVP secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: a) Setelmen dana, dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai setelmen first leg; dan b) Setelmen Surat Berharga, dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga yang dimenangkan. 4) Perhitungan nilai setelmen first leg adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 5) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen first leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Reverse Repo yang tidak didukung dengan dana yang mencukupi. 6) Atas batalnya transaksi reverse repo sebagaimana dimaksud dalam angka 5), Peserta OPT yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen second leg 1) Pada tanggal transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg), BI-SSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS. 2) Peserta OPT wajib memiliki jenis dan seri Surat Berharga di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk setelmen second leg. 3) Setelmen second leg dilaksanakan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS dengan mekanisme DVP secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: a) Setelmen Surat Berharga, dengan mendebet Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg); 22

33 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan b) Setelmen dana, dengan mengkredit Rekening Giro sebesar nilai setelmen second leg; c) Perhitungan nilai setelmen second leg adalah sebagaimana diatur dalam Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. d) Dalam hal Peserta OPT menerima pembayaran kupon/imbalan pada periode transaksi Reverse Repo, maka kupon/imbalan dimaksud mengurangi kewajiban Bank Indonesia di second leg dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai Setelmen second leg = Nilai setelmen first leg - Bunga Reverse Repo - Nilai kupon/imbalan yang diterima Peserta OPT SE 13/13/DPM 2011 Romawi IV.8.c e) Dalam hal Peserta OPT menerima pembayaran kupon/imbalan, maka perhitungan bunga Reverse Repo sejak tanggal pembayaran kupon/imbalan didasarkan pada nilai setelmen first leg dikurangi dengan penerimaan kupon/imbalan dimaksud. 4) Dalam hal setelah terjadinya transaksi Reverse Repo, tanggal reverse repo jatuh waktu (second leg) ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan bunga Reverse Repo untuk hari libur dimaksud. 5) Dalam hal jenis dan seri Surat Berharga di Rekening Surat Berharga tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen second leg sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen second leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg). c. Kegagalan Setelmen Second Leg 1) Dalam hal Peserta OPT gagal melakukan setelmen second leg, maka transaksi Reverse Repo diperlakukan sebagai transaksi pembelian secara outright oleh Peserta OPT. 2) Perhitungan setelmen transaksi outright dan penggunaan harga Surat Berharga transaksi outright adalah sebagaimana diatur ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 3) Dalam hal terjadi transaksi outright : a) Rekening Giro akan didebet atau dikredit dengan perhitungan harga SBN sebagai berikut: i. dalam hal harga pada transaksi outright sama dengan atau lebih tinggi daripada harga pada transaksi first leg dikurangi haircut, maka Rekening Giro didebet sebesar selisih dimaksud, setelah dikalikan dengan nilai nominal SBN yang di-reverse Repo-kan dan paling sedikit sebesar nilai dari haircut yang ditetapkan pada saat first leg; 23

34 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/18/DPM 2010 Romawi IV.9 ii. dalam hal harga pada transaksi outright lebih rendah daripada harga pada transaksi first leg dikurangi dengan haircut, maka Rekening Giro didebet sebesar haircut pada tanggal transaksi first leg. b) Rekening Giro akan didebet sebesar nilai accrued interest/imbalan sejak tanggal transaksi first leg sampai dengan second leg 4) Atas kegagalan setelmen second leg, Peserta OPT tidak menerima bunga Reverse Repo. 5) Atas batalnya transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg) sebagaimana dimaksud dalam butir b.5), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 7. Kupon Surat Berharga Dalam hal Peserta OPT menerima pembayaran kupon/imbalan setelah transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg), maka Bank Indonesia akan mendebet Rekening Giro sebesar nilai kupon/imbalan dimaksud pada tanggal penerimaan kupon/imbalan. SE 12/18/DPM/2010 Romawi V.2 V.4.e.1) E.1. Mekanisme Transaksi Pembelian dan Penjualan SBN secara Outright dari Bank Indonesia di Pasar Sekunder 1. Bank Indonesia melakukan transaksi pembelian dan penjualan SBN secara outright dengan mekanisme lelang atau non lelang. 2. Bank Indonesia dapat melakukan transaksi pembelian dan penjualan SBN secara outright di pasar sekunder pada setiap hari kerja. 3. Transaksi pembelian dan penjualan SBN secara outright dengan mekanisme Lelang a. Metode Transaksi 1) Bank Indonesia melakukan lelang transaksi pembelian dan penjualan SBN melalui BI-SSSS atau melalui sarana lainnya. 2) Mekanisme lelang dilakukan dengan metode sebagai berikut: a) harga tetap (fixed rate tender) Yield atau harga transaksi pembelian dan penjualan SBN ditetapkan oleh Bank Indonesia; atau b) harga beragam (variable rate tender) Yield atau harga transaksi pembelian dan penjualan SBN diajukan oleh Peserta OPT. b. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang 1) Window time transaksi pembelian dan penjualan SBN dapat dilakukan antara pukul WIB sampai dengan WIB. 2) Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi pembelian dan penjualan SBN paling lambat sebelum window time, melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya. 3) Pengumuman rencana lelang pembelian dan penjualan SBN, antara lain meliputi: 24

35 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan a) tanggal lelang; b) window time; c) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); d) yield atau harga SBN (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); e) SBN yang akan ditransaksikan; dan f) tanggal dan waktu setelmen. c. Pengajuan Penawaran 1) Peserta OPT dapat mengajukan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBN secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. 2) Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBN untuk kepentingan Peserta OPT. 3) Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBN kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. 4) Pengajuan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBN antara lain meliputi: a) kuantitas transaksi, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; b) kuantitas transaksi dan yield atau harga SBN, untuk lelang dengan metode variable rate tender. 5) Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang (seribu) unit atau sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah). 6) Dalam hal transaksi penjualan dan pembelian SBN dilakukan dengan metode variable rate tender, penawaran yield dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). 7) Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran pembelian dan penjualan SBN yang disampaikan kepada Bank Indonesia. 8) Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. d. Penetapan Pemenang Lelang 1) Dalam hal lelang pembelian dan penjualan SBN dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas pembelian dan penjualan SBN yang dimenangkan dihitung dengan cara: a) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. b) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SBN sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). 25

36 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/32/ DPM 2013 Romawi V.4.e.2) SE 12/18/DPM/2010 Romawi V.5-V.6 2) Dalam hal lelang pembelian dan penjualan SBN dilakukan dengan metode variable rate tender, maka Bank Indonesia menetapkan tingkat yield yang dapat diterima (SOR) atau harga yang dapat diterima, dan kuantitas yang dimenangkan dihitung dengan cara: a) Lelang pembelian SBN i. dalam hal yield yang diajukan oleh Peserta OPT lebih tinggi dari SOR atau harga yang diajukan oleh Peserta OPT lebih rendah dari harga yang dapat diterima, Peserta OPT memenangkan seluruh kuantitas yang diajukan ii. dalam hal yield yang diajukan oleh Peserta OPT sama dengan SOR atau harga yang diajukan oleh Peserta OPT sama dengan harga yang dapat diterima, Peserta OPT dapat memenangkan seluruh atau sebagian penawaran kuantitas yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal berdasarkan unit terkecil SBN sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). b) Lelang penjualan SBN i. dalam hal yield yang diajukan oleh Peserta OPT lebih rendah dari SOR atau harga yang diajukan oleh Peserta OPT lebih tinggi dari harga yang dapat diterima, Peserta OPT memenangkan seluruh kuantitas SBN yang diajukan; dan ii. dalam hal yield yang diajukan oleh Peserta OPT sama dengan SOR atau harga yang diajukan oleh Peserta OPT sama dengan harga yang dapat diterima, Peserta OPT dapat memenangkan seluruh atau sebagian penawaran kuantitas yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal berdasarkan unit terkecil SBN sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). 3) Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang pembelian dan penjualan SBN. e. Pengumuman Hasil Lelang Pembelian dan Penjualan SBN Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang penjualan dan pembelian SBN setelah window time ditutup, sebagai berikut: 1) secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal dan yield atau harga yang dimenangkan; dan 2) secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate dan/atau rata-rata tertimbang tingkat yield. 4. Pembelian dan Penjualan SBN secara Non Lelang a. Pembelian dan penjualan SBN dilakukan secara bilateral antara Bank Indonesia dengan Peserta OPT secara langsung atau melalui Lembaga Perantara. b. Transaksi dilakukan melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau Bloomberg atau sarana lainnya. 26

37 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/16/DPM 2010 Romawi III. 6 III.7 SE 12/16/DPM 2010 Romawi IV.2 5. Setelmen Pembelian dan Penjualan SBN secara Lelang dan Non Lelang a. Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen pembelian SBN dari Bank Indonesia atau memiliki jenis dan seri SBN di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk setelmen penjualan SBN kepada Bank Indonesia. b. Setelmen pembelian dan penjualan SBN dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS secara DVP dengan mekanisme transaksi per transaksi (gross to gross). c. Bank Indonesia melakukan setelmen pembelian dan penjualan SBN paling lambat pada 2 (dua) hari kerja. Perhitungan nilai dan setelmen penjualan dan pembelian SBN terdapat pada Lampiran 6a sampai dengan Lampiran 6b. (Lampiran 5a s.d Lampiran 5b dalam kodifikasi ini) d. Dalam hal Peserta OPT tidak memiliki jenis dan seri SBN di Rekening Surat Berharga atau tidak memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen penjualan dan pembelian SBN yang dilakukan sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen, BI-SSSS sistem secara otomatis membatalkan transaksi pembelian dan penjualan SBN dimaksud. e. Atas batalnya transaksi pembelian dan penjualan SBN sebagaimana dimaksud dalam huruf d, maka Peserta OPT yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 6. Dalam hal terjadi transaksi penjualan secara outright oleh peserta Operasi Moneter karena kegagalan setelmen second leg transaksi repo atau lending facility, maka harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga pada tanggal transaksi outright paling tinggi sebesar harga pada transaksi first leg. 7. Dalam hal terjadi transaksi pembelian secara outright oleh peserta Operasi Moneter karena kegagalan setelmen second leg transaksi reverse repo, maka harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga pada tanggal transaksi outright paling rendah sebesar harga pada transaksi first leg. 8. Perhitungan nilai setelmen transaksi pembelian atau penjualan Surat Berharga secara outright sebagai berikut : a. SPN, ZCB dan SBSN tanpa kupon b. Obligasi negara termasuk ORI 27

38 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan c. SBSN Keterangan : Harga Surat Berharga Accured Interest dan Accured imbalan : Harga Surat Berharga dimaksud sebagaimana diumumkan pada BI- SSSS pada tanggal transaksi outright, atau paling tinggi sebesar harga transaksi first leg. : Hak atas kupon/ imbalan surat Berharga yang dihitung sejak 1(satu) hari sesudah tanggal pembayaran kupon/ imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen outright. SE 13/20/PBI 2011 Romawi VA.3.a- VA.3.e E.2. Transaksi Valas Terhadap SBN Transaksi Valas Terhadap SBN dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Metode Transaksi 1) Bank Indonesia melakukan Transaksi Valas Terhadap SBN secara lelang 2) Transaksi Valas Terhadap SBN dilakukan melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau melalui sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 3) Mekanisme lelang dilakukan dengan metode lelang kurs US Dollar terhadap rupiah (USD/IDR). 4) Bank Indonesia menetapkan harga SBN (fixing price) yang digunakan sebagai dasar perhitungan SBN yang harus diserahkan oleh peserta Transaksi Valas Terhadap SBN. b. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang 1) Transaksi Valas Terhadap SBN dapat dilakukan pada setiap hari kerja. 2) Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang Transaksi Valas Terhadap SBN paling lambat sebelum window time, melalui Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya. 3) Window time Transaksi Valas Terhadap SBN dilakukan dari pukul WIB sampai dengan pukul WIB, atau waktu lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4) Pengumuman rencana lelang Transaksi Valas Terhadap SBN antara lain meliputi : a) sarana pengajuan penawaran kurs; b) tanggal lelang; c) window time; d) target indikatif lelang yang meliputi target valuta asing yang akan dijual oleh Bank Indonesia dan target nominal SBN yang akan dibeli oleh Bank Indonesia; 28

39 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan e) jenis dan seri SBN yang akan ditransaksikan; f) harga SBN; g) tanggal setelmen; dan h) batas waktu setelmen. c. Peserta lelang 1) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN adalah Peserta OPT yang merupakan Bank Devisa. 2) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dapat mengajukan Transaksi Valas Terhadap SBN secara langsung atau melalui Lembaga Perantara. 3) Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang untuk kepentingan peserta Transaksi Valas Terhadap SBN. d. Pengajuan Penawaran Kurs 1) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang Transaksi Valas Terhadap SBN kepada Bank Indonesia melalui RMDS atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam window time yang ditetapkan. 2) Pengajuan penawaran lelang Transaksi Valas Terhadap SBN antara lain meliputi informasi : a) nama peserta Transaksi Valas Terhadap SBN; b) tanggal transaksi; c) kurs USD/IDR; d) jenis, seri dan nominal SBN; dan e) nomor rekening pada Bank Koresponden. 3) Pengajuan penawaran lelang kurs pada Transaksi Valas Terhadap SBN sebagaimana dimaksud pada butir 2)c) dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a) penawaran dapat diajukan lebih dari 1 (satu) kali; b) dalam setiap penawaran hanya dapat diajukan 1 (satu) kurs; c) untuk setiap penawaran, Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dapat mengajukan 1 (satu) atau beberapa jenis dan seri SBN. 4) Pengajuan penawaran nominal SBN dari peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara paling kurang sebesar (seribu) unit atau sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar 100 (seratus) unit atau sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah). 5) Dalam hal terjadi koreksi, Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan 1 (satu) kali koreksi untuk setiap penawaran yang diajukan dalam window time Transaksi Valas Terhadap SBN. 6) Koreksi sebagaimana dimaksud pada angka 5) antara lain dapat dilakukan terhadap informasi penawaran kurs USD/IDR, jenis, seri dan nominal SBN serta nomor rekening pada Bank Koresponden. 7) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran yang disampaikan kepada Bank Indonesia. 29

40 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 8) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 9) Dalam hal peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran di luar jenis dan seri SBN yang diterima oleh Bank Indonesia, tidak memenuhi ketentuan pada angka 3) atau tidak memenuhi ketentuan pada angka angka 4) dan tidak melakukan koreksi pengajuan penawaran dalam window time Transaksi Valas Terhadap SBN, maka penawaran dimaksud dinyatakan batal. e. Penetapan Pemenang Lelang 1) Bank Indonesia menetapkan batas penawaran kurs USD/IDR yang diterima Bank Indonesia. 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara : a) dalam hal kurs yang diajukan peserta Transaksi Valas Terhadap SBN lebih tinggi dari batas penawaran kurs USD/IDR yang diterima Bank Indonesia, peserta Transaksi Valas Terhadap SBN yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran Transaksi Valas Terhadap SBN yang diajukan; atau b) dalam hal kurs yang diajukan peserta Transaksi Valas Terhadap SBN sama dengan batas penawaran kurs USD/IDR yang diterima Bank Indonesia, peserta Transaksi Valas Terhadap SBN yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran Transaksi Valas Terhadap SBN yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal SBN terkecil sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang Transaksi Valas Terhadap SBN terdapat pada Lampiran 8 (Lampiran 6 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. 3) Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang Transaksi Valas Terhadap SBN. SE 15/32/PBI 2013 Romawi VA.3.f.1) f. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Valas Terhadap SBN Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang Transaksi Valas Terhadap SBN, setelah dilakukan proses penetapan pemenang lelang oleh Bank Indonesia, dengan mekanisme sebagai berikut: 1) mengumumkan hasil penetapan pemenang lelang secara keseluruhan kepada semua peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara melalui Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nilai nominal SBN yang masuk, nilai nominal SBN yang dimenangkan, nominal valuta asing yang dijual oleh Bank Indonesia dan/atau rata-rata tertimbang (weighted average) kurs USD/IDR yang dimenangkan. 30

41 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 13/20/PBI ) melakukan konfirmasi kepada pemenang lelang secara Romawi VA.3.f.2)- individual melalui RMDS atau sarana lainnya antara lain VA.3.g berupa : a) nominal valuta asing yang diterima Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN; b) seri dan nominal SBN yang diterima Bank Indonesia; c) kurs USD/IDR yang dimenangkan; d) tanggal valuta/tanggal setelmen; e) permintaan Standard Settlement Instruction peserta Transaksi Valas Terhadap SBN; dan f) permintaan nomor Rekening Giro peserta Transaksi Valas Terhadap SBN. g. Setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN 1) Bank Indonesia melakukan setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN paling lama pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. Perhitungan nilai dan setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN terdapat pada Lampiran 8. (Lampiran 6 dalam kodifikasi ini) 2) Setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN terdiri dari setelmen pembelian SBN oleh Bank Indonesia dan setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia. 3) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN wajib menyediakan SBN di Rekening Surat Berharga untuk setelmen pembelian SBN oleh Bank Indonesia, dan dana rupiah di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia. 4) Setelmen pembelian SBN oleh Bank Indonesia dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS. 5) Setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia dilakukan melalui Bank Koresponden Bank Indonesia dan Sistem BI-RTGS. 6) Jenis dan seri SBN yang mencukupi sebagaimana dimaksud pada angka 3) harus tersedia di Rekening Surat Berharga peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan telah dilakukan transfer ke Rekening Surat Berharga Bank Indonesia paling lama pada pukul WIB waktu Sistem BI-RTGS atau batas waktu lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tanggal setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN. 7) Bank Indonesia akan mengkredit Rekening Giro peserta Transaksi Valas Terhadap SBN sebesar nilai setelmen pembelian SBN oleh Bank Indonesia setelah menerima transfer seluruh jenis dan seri SBN yang menjadi kewajiban peserta. 8) Bank Indonesia akan mentransfer valuta asing ke rekening peserta Transaksi Valas Terhadap SBN pada Bank Koresponden sebesar valuta asing yang dimenangkan setelah dilakukan pendebetan Rekening Giro peserta Transaksi Valas Terhadap SBN untuk setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia. 31

42 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 9) Dalam hal peserta Transaksi Valas Terhadap SBN tidak melakukan transfer jenis dan seri SBN yang cukup ke Rekening Surat Berharga Bank Indonesia sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 6) maka Transaksi Valas Terhadap SBN peserta dinyatakan batal. 10) Dalam hal pada tanggal setelmen peserta Transaksi Valas Terhadap SBN tidak memiliki dana rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia maka peserta Transaksi Valas Terhadap SBN wajib membayar nominal transaksi pada hari kerja berikutnya. 11) Atas batalnya Transaksi Valas Terhadap SBN karena peserta Transaksi Valas Terhadap SBN tidak melakukan transfer jenis dan seri SBN yang cukup ke Rekening Surat Berharga Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 9) maka pada tanggal setelmen peserta Transaksi Valas Terhadap SBN harus melakukan construct transfer dari rekening Surat Berharga Bank Indonesia ke Rekening Surat Berharga peserta atas SBN yang sebelumnya telah berhasil ditransfer paling lama sebelum cut of warning BI-SSSS. 12) Atas batalnya Transaksi Valas Terhadap SBN sebagaimana dimaksud dalam angka 9) atau dalam hal peserta Transaksi Valas Terhadap SBN tidak dapat menyelesaikan kewajibannya pada tanggal setelmen sebagaimana dimaksud dalam angka 10) maka peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. SE 12/18/DPM 2010 Romawi VI.3 VI.7.a dan SE 14/18/DPM 2012 Nomor 1 F. Mekanisme Penempatan Term Deposit Rupiah 1. Metode Transaksi Term Deposit rupiah a. Transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI-SSSS. b. Lelang transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Tingkat diskonto transaksi Term Deposit rupiah ditetapkan Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Tingkat diskonto transaksi Term Deposit rupiah diajukan oleh Peserta OPT. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Transaksi Term Deposit rupiah a. Bank Indonesia dapat melakukan transaksi Term Deposit rupiah pada setiap hari kerja. b. Window time transaksi Term Deposit rupiah dapat dilakukan antara pukul WIB sampai dengan WIB. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi Term Deposit rupiah paling lambat sebelum window time melalui BI- SSSS, Sistem-LHBU, dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana transaksi Term Deposit rupiah, memuat antara lain: 1) tanggal lelang; 2) jangka waktu; 32

43 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 3) metode lelang; 4) target indikatif (apabila lelang transaksi Term Deposit rupiah dilaksanakan dengan metode variable rate tender); 5) tingkat diskonto (apabila lelang transaksi Term Deposit rupiah dilaksanakan dengan metode fixed rate tender); 6) window time; dan 7) tanggal dan waktu setelmen. 3. Pengajuan Penawaran Transaksi Term Deposit rupiah a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran transaksi Term Deposit rupiah secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Term Deposit rupiah untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Term Deposit rupiah kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. d. Pengajuan penawaran transaksi Term Deposit rupiah meliputi: 1) penawaran kuantitas, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) penawaran kuantitas dan tingkat diskonto, untuk lelang dengan metode variable rate tender untuk masing-masing jangka waktu transaksi Term Deposit rupiah yang akan dilakukan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah). f. Dalam hal lelang transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran tingkat diskonto dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran term deposit rupiah yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Lelang transaksi Term Deposit rupiah a. Dalam hal transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan metode fixed rate tender, penetapan kuantitas transaksi Term Deposit rupiah yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. 2) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi Term Deposit rupiah yang dimenangkan dihitung dengan cara: 33

44 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/32/ DPM 2013 Romawi VI.7.b SE 12/18/DPM 2010 Romawi VI.8 1) Bank Indonesia menetapkan tingkat diskonto transaksi Term Deposit rupiah tertinggi yang dapat diterima (SOR); dan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT lebih rendah dari SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh Transaksi Term Deposit rupiah yang diajukan; dan b) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran transaksi yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang lelang transaksi Term Deposit terdapat pada Lampiran 3a dan Lampiran 3b. (Lampiran 1a dan Lampiran 1b dalam kodifikasi ini) c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang transaksi Term Deposit rupiah. 5. Pengumuman Hasil Lelang transaksi Term Deposit rupiah Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang transaksi Term Deposit rupiah setelah window time ditutup, sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui sarana BI- SSSS, antara lain berupa nilai nominal dan tingkat diskonto yang dimenangkan; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU, dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate, dan/atau rata-rata tertimbang tingkat diskonto Term Deposit rupiah. 6. Setelmen transaksi Term Deposit rupiah a. Setelmen lelang transaksi Term Deposit rupiah 1) Bank Indonesia melakukan setelmen lelang transaksi Term Deposit rupiah paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang transaksi Term Deposit rupiah. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen transaksi Term Deposit rupiah. 3) Setelmen dana transaksi Term Deposit rupiah dilakukan secara gabungan untuk setiap Peserta OPT dengan mendebet Rekening Giro sebesar total nilai tunai Term Deposit rupiah per lelang (auction number). 4) Nilai tunai Term Deposit rupiah sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount) dengan rumus: Nilai tunai = Nominal Term Deposit rupiah x (Tingkat diskonto x Jangka waktu) 34

45 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Nilai diskonto = nilai nominal nilai tunai Keterangan: Nominal Term Deposit rupiah = Nilai nominal Term Deposit rupiah yang dimenangkan dari hasil lelang Tingkat diskonto = Tingkat diskonto yang dimenangkan dari hasil lelang Jangka waktu = Jumlah hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen lelang sampai dengan tanggal transaksi Term Deposit rupiah jatuh waktu. 5) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen transaksi Term Deposit rupiah sampai dengan waktu yang ditetapkan untuk setelmen, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Term Deposit rupiah Peserta OPT yang bersangkutan. 6) Atas batalnya transaksi Term Deposit rupiah sebagaimana dimaksud dalam angka 5), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen Jatuh Waktu Transaksi Term Deposit rupiah 1) Pada tanggal jatuh waktu transaksi Term Deposit rupiah, Bank Indonesia melakukan pelunasan Term Deposit rupiah jatuh waktu secara otomatis melalui BI-SSSS sebesar nilai nominal Term Deposit rupiah dengan mengkredit Rekening Giro. 2) Dalam hal setelah terjadinya transaksi Term Deposit rupiah, tanggal jatuh waktu transaksi Term Deposit rupiah ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen transaksi dimaksud dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan diskonto untuk hari libur dimaksud. SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.3 VIA.7 G. Mekanisme Transaksi Term Deposit Valas 1. Metode Transaksi Term Deposit Valas a. Transaksi Term Deposit valas dilakukan melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b. Transaksi Term Deposit valas dilakukan secara lelang dengan metode sebagai berikut : 1) harga tetap (fixed rate tender) Tingkat bunga transaksi Term Deposit valas ditetapkan Bank Indonesia; atau 35

46 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 2) harga beragam (variable rate tender) Tingkat bunga transaksi Term Deposit valas diajukan oleh peserta transaksi Term Deposit valas. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang a. Transaksi Term Deposit valas dilakukan pada setiap hari Rabu dan/atau pada hari kerja lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi Term Deposit valas paling lambat sebelum window time melalui Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya. c. Window time transaksi Term Deposit valas dapat dilakukan antara pukul WIB sampai dengan WIB atau waktu lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. d. Pengumuman rencana transaksi Term Deposit valas, memuat antara lain: 1) sarana pengajuan penawaran lelang; 2) tanggal lelang; 3) jangka waktu dan tanggal jatuh waktu; 4) metode lelang; 5) target indikatif (apabila lelang transaksi Term Deposit valas dilaksanakan dengan metode variable rate tender); 6) tingkat bunga (apabila lelang transaksi Term Deposit valas dilaksanakan dengan metode fixed rate tender); 7) window time; dan 8) tanggal setelmen (tanggal valuta). e. Peserta Lelang 1) Peserta OPT yang dapat mengikuti transaksi Term Deposit valas adalah bank devisa, yang selanjutnya disebut Peserta Transaksi Term Deposit Valas. 2) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan transaksi Term Deposit valas secara langsung atau melalui Lembaga Perantara. 3) Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan penawaran transaksi Term Deposit valas untuk kepentingan Peserta Transaksi Term Deposit Valas. 3. Pengajuan Penawaran a. Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang transaksi Term Deposit valas kepada Bank Indonesia dalam window time yang ditetapkan. b. Pengajuan penawaran transaksi Term Deposit valas untuk lelang dengan metode fixed rate tender meliputi informasi : 1) nama Peserta Transaksi Term Deposit Valas; 2) tanggal transaksi; 3) jangka waktu Term Deposit valas; 4) nomor rekening pada bank koresponden; dan 5) penawaran kuantitas. c. Pengajuan penawaran transaksi Term Deposit valas untuk lelang dengan metode variable rate tender meliputi informasi: 1) nama Peserta Transaksi Term Deposit Valas; 2) tanggal transaksi; 3) angka waktu Term Deposit valas; 36

47 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 4) nomor rekening pada bank koresponden; 5) penawaran kuantitas; dan 6) tingkat bunga. d. Pengajuan penawaran lelang transaksi Term Deposit valas sebagaimana dimaksud pada huruf b dan/atau huruf c dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) penawaran dapat diajukan paling banyak 2 (dua) kali untuk masing-masing jangka waktu yang ditawarkan; 2) pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta Transaksi Term Deposit Valas paling kurang sebesar USD5,000, (lima juta US Dollar) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar USD1,000, (satu juta US Dollar); 3) dalam hal lelang transaksi Term Deposit valas dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran tingkat bunga dilakukan dengan kelipatan 1 bps (basis point) atau 0,01% (satu persepuluh ribu); 4) dalam hal terjadi koreksi penawaran, Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan 1 (satu) kali koreksi untuk setiap penawaran yang diajukan dalam window time transaksi Term Deposit valas; 5) koreksi sebagaimana dimaksud pada angka 4) dapat dilakukan terhadap informasi penawaran selain informasi nama Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan jangka waktu Term Deposit valas; 6) koreksi penawaran harus memenuhi persyaratan pengajuan penawaran; 7) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran yang disampaikan kepada Bank Indonesia; 8) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia; 9) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) serta tidak melakukan koreksi pengajuan penawaran dalam window time transaksi Term Deposit valas maka penawaran dimaksud dinyatakan batal. 4. Penetapan Pemenang Lelang a. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas Term Deposit valas yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) penawaran kuantitas yang diajukan Peserta Transaksi Term Deposit Valas dimenangkan seluruhnya; 2) dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan ke seratus secara proporsional dengan 37

48 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan pembulatan ke seratus ribuan US Dollar terdekat dengan ketentuan : a) untuk nominal USD50, (lima puluh ribu US Dollar) dibulatkan menjadi nol; b) untuk nominal USD50, (lima puluh ribu US Dollar) atau lebih dibulatkan menjadi nominal USD 100,000,00 (seratus ribu US Dollar). b. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode variable rate tender maka penetapan kuantitas Term Deposit valas yang dimenangkan dihitung dengan cara : 1) Bank Indonesia menetapkan tingkat bunga transaksi Term Deposit valas tertinggi yang dapat diterima (SOR); 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara : a) dalam hal tingkat bunga yang diajukan Peserta Transaksi Term Deposit Valas lebih rendah dari SOR yang ditetapkan maka Peserta Transaksi Term Deposit Valas yang bersangkutan memenangkan seluruh transaksi Term Deposit valas yang diajukan; b) dalam hal tingkat bunga yang diajukan Peserta Transaksi Term Deposit Valas sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta Transaksi Term Deposit Valas yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran transaksi yang diajukan dengan perhitungan proporsional dengan pembulatan ke seratus ribuan US Dollar terdekat dengan ketentuan: i. untuk nominal kurang dari USD50, (lima puluh ribu US Dollar) dibulatkan menjadi nol; ii. untuk nominal USD50, (lima puluh ribu US Dollar) atau lebih dibulatkan menjadi USD100, (seratus ribu US Dollar). Contoh perhitungan kuantitas dan penetapan pemenang lelang transaksi Term Deposit valas terdapat pada lampiran 9 dan lampiran 10 (lampiran 7 dan lampiran 8 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang transaksi Term Deposit valas. 5. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Term Deposit Valas Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang transaksi Term Deposit valas setelah dilakukan proses penetapan pemenang lelang oleh Bank Indonesia dengan mekanisme sebagai berikut: a. mengumumkan hasil penetapan pemenang lelang secara keseluruhan kepada semua Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara melalui Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, antara lain berupa nominal yang dimenangkan dan rata-rata tertimbang tingkat bunga Term Deposit; 38

49 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/32/ DPM 2013 Romawi VIA.8.a.1) SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.8.a..2) VI.8.c b. melakukan konfirmasi kepada peserta transaksi Term Deposit valas yang memenangkan lelang secara individual melalui RMDS atau sarana lainnya antara lain berupa : 1) nominal valas dan tingkat bunga yang dimenangkan Peserta Transaksi Term Deposit Valas; 2) tanggal setelmen/tanggal valuta; dan 3) permintaan Standard Settlement Instruction Peserta Transaksi Term Deposit Valas; c. dalam hal penawaran lelang diajukan melalui Lembaga Perantara, konfirmasi sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas tidak memiliki RMDS, konfirmasi akan dilakukan melalui Lembaga Perantara; atau 2) dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas memiliki RMDS, konfirmasi akan dilakukan kepada Peserta Transaksi Term Deposit Valas yang bersangkutan. 6. Setelmen Transaksi Term Deposit Valas a. Setelmen Lelang Transaksi Term Deposit valas 1) Bank Indonesia melakukan setelmen transaksi Term Deposit valas paling lama pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. 2) Setiap penawaran yang dimenangkan memiliki 1 (satu) deal ticket. 3) Peserta Transaksi Term Deposit Valas wajib menyediakan dana di rekening giro pada bank koresponden, yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen transaksi Term Deposit valas. 4) Pada tanggal setelmen, Peserta Transaksi Term Deposit Valas wajib mentransfer kewajiban setelmen transaksi Term Deposit valas untuk setiap penawaran yang dimenangkan ke rekening Bank Indonesia di bank koresponden. 5) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas tidak memenuhi kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud pada angka 4), transaksi Term Deposit valas dinyatakan batal. 6) Atas batalnya transaksi Term Deposit valas sebagaimana dimaksud pada angka 5), Peserta Transaksi Term Deposit Valas dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 7) Dalam rangka perhitungan pengenaan sanksi penghentian sementara mengikuti kegiatan Operasi Moneter, apabila pada hari yang sama terdapat lebih dari 1 (satu) kali pembatalan transaksi Term Deposit valas maka pembatalan tersebut hanya dihitung sebanyak 1 (satu) kali. b. Setelmen Jatuh Waktu Transaksi Term Deposit Valas 1) Pada tanggal jatuh waktu transaksi Term Deposit valas, Bank Indonesia melakukan pelunasan Term Deposit valas jatuh waktu dengan melakukan transfer ke rekening Peserta Term Deposit Valas pada bank koresponden sebesar nilai tunai. 39

50 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 2) Nilai tunai sebagaimana dimaksud pada angka 1) dihitung dengan rumus sebagai berikut : Nilai tunai= N x Keterangan: ( 1 + r k 360 hari N = Nominal Term Deposit valas r = tingkat bunga yang dimenangkan k = jangka waktu Term Deposit valas c. Dalam hal setelah terjadinya transaksi Term Deposit valas, tanggal jatuh waktu transaksi Term Deposit valas ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen transaksi dimaksud dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan bunga untuk hari libur dimaksud. ) SE 15/24/DPM 2013 Romawi VIB.3 H. Mekanisme Transaksi Swap 1. Transaksi Swap dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Metode Transaksi 1) Bank Indonesia melakukan Transaksi Swap secara lelang 2) Transaksi Swap dilakukan melalui Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau melalui sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 3) Mekanisme lelang dilakukan dengan metode lelang premi Swap. 4) Kurs spot US Dollar terhadap Rupiah yang digunakan dalam Transaksi Swap adalah kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Exchange (JISDOR). 5) JISDOR sebagaimana dimaksud delam angka 4) merupakan representasi harga spot US Dollar terhadap Rupiah dari transaksi antar Bank di pasar domestik termasuk transaksi Bank dengan bank di luar negeri, yang dilaporkan Bank melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transaksi valuta asing terhadap Rupiah. b. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang 1) Transaksi Swap dapat dilakukan pada setiap hari kerja. 2) Transaksi Swap dapat memiliki jangka waktu 1 (satu) hari sampai dengan 1 (satu) tahun, yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. 3) Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang Transaksi Swap paling lambat sebelum window time, melalui sistem LHBU dan/ atau sarana lainnya. 4) Window time Transaksi Swap dapat dilakukan antara pukul WIB sampai dengan pukul WIB, atau waktu lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 40

51 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 5) Dalam hal window time sebagaimana dimaksud dalam angka 4) dibuka sebelum penerbitan JISDOR, maka kurs spot yang digunakan adalah kurs JISDOR hari kerja sebelumnya. 6) Dalam hal window time sebagaimana dimaksud dalam angka 4) dibuka setelah penerbitan JISDOR, maka kurs spot yang digunakan adalah kurs JISDOR pada tanggal transaksi. 7) Pengumuman rencana lelang Transaksi Swap antara lain meliputi: a) sarana pengajuan penawaran premi; b) tanggal lelang; c) jangka waktu (tenor); d) window time; e) tanggal setelmen (tanggal valuta); f) tanggal jatuh waktu; g) target indikatif lelang; h) mata uang; dan i) kurs spot. c. Peserta Lelang 1) Peserta OPT yang dapat mengikuti Transaksi Swap adalah Bank Devisa, yang selanjutnya disebut Peserta Transaksi Swap. 2) Peserta Transaksi Swap dapat mengajukan penawaran secara langsung atau melalui Lembaga Perantara. 3) Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan penawaran lelang untuk kepentingan Peserta Transaksi Swap. d. Pengajuan Penawaran 1) Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran Transaksi Swap kepada Bank Indonesia melalui RMDS atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam window time yang ditetapkan. 2) Pengajuan penawaran Transaksi Swap antara lain meliputi informasi: a) nama Peserta Transaksi Swap; b) tanggal transaksi; c) jangka waktu; d) tanggal jatuh waktu; e) jumlah penawaran (nilai nominal); f) jenis valuta; g) premi swap; dan h) nomor rekening pada Bank Koresponden. 3) Pengajuan penawaran Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dapat diajukan paling banyak 2 (dua) kali untuk masing-masing jangka waktu yang ditawarkan. 4) Pengajuan penawaran nominal dari Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara paling kurang sebesar USD 5,000, (lima juta US Dollar) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar USD 1,000, (satu juta US Dollar). 41

52 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 5) Pengajuan penawaran premi swap dari Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara paling kurang sebesar Rp 1,00 (satu Rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp1,00 (satu Rupiah). 6) Dalam hal terjadi koreksi atas pengajuan penawaran, Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan 1 (satu) kali koreksi untuk setiap penawaran yang diajukan dalam window time Transaksi Swap. 7) Koreksi sebagaimana dimaksud dalam angka 6) antara lain dapat dilakukan terhadap informasi sebagaimana dimaksud dalam angka 2) kecuali informasi nama Peserta Transaksi Swap dan jangka waktu swap. 8) Dalam hal dilakukan koreksi atas jumlah penawaran (nilai nominal) sebagaiman dimaksud dalam angka 6), jumlah penawaran (nilai nominal) dimaksud harus memenuhi penawaran nominal sebagaimana dimaksud dalam angka 4). 9) Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran yang disampaikan kepada Bank Indonesia. 10) Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 11) Dalam hal Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 3), angka 4) dan angka 5) dan tidak melakukan koreksi pengajuan penawaran dalam window time Transaksi Swap, maka penawaran dimaksud dinyatakan batal. e. Penetapan Pemenang Lelang 1) Bank Indonesia menetapkan batas premi swap yang diterima. 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: a) Untuk Transaksi Swap Jual Bank Indonesia i. dalam hal premi swap yang diajukan Peserta Transaksi Swap lebih tinggi dari batas penawaran premi swap yang diterima Bank Indonesia, Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran Transaksi Swap yang diajukan; atau ii. dalam hal premi swap yang diajukan Peserta Transaksi Swap sama dengan batas penawaran premi swap yang diterima Bank Indonesia, Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran Transaksi Swap yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional. Contoh perhitungan pemenang Transaksi Swap sebagaimana terdapat pada Lampiran 11 (Lampiran 9 42

53 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. b) Untuk Transaksi Swap Beli Bank Indonesia i. dalam hal premi swap yang diajukan Peserta Transaksi Swap lebih rendah dari batas penawaran premi swap yang diterima Bank Indonesia, Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran Transaksi Swap yang diajukan; atau ii. dalam hal premi swap yang diajukan Peserta Transaksi Swap sama dengan batas penawaran premi swap yang diterima Bank Indonesia, Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran Transaksi Swap yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional. Contoh perhitungan pemenang Transaksi Swap sebagaimana terdapat pada Lampiran 12 (Lampiran 10 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. c) Pembulatan nominal yang dimenangkan oleh pemenang lelang Transaksi Swap dengan proporsional dilakukan dengan pembulatan ke seratus ribuan US Dollar terdekat dengan ketentuan: i. untuk nominal kurang dari USD50, (lima puluh ribu US Dollar) dibulatkan menjadi 0 (nol); dan ii. untuk nominal USD50, (lima puluh ribu US Dollar) atau lebih dibulatkan menjadi USD100, (seratus ribu US Dollar). 3) Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang Transaksi Swap. f. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Swap Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang Transaksi Swap, setelah dilakukan proses penetapan pemenang lelang sebagaimana dimaksud dalam huruf e, dengan mekanisme sebagai berikut: 1) mengumumkan hasil penetapan pemenang lelang secara keseluruhan kepada semua Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara melalui Sistem LHBU dan/ atau sarana lainnya, antara lain berupa nilai nominal swap yang dimenangkan dan rata-rata tertimbang (weighted average) premi swap per jangka waktu. 2) melakukan konfirmasi kepada pemenang lelang secara individual melalui RMDS atau sarana lainnya antara lain berupa: a) nominal lelang swap yang dimenangkan Peserta Transaksi Swap; b) premi swap yang dimenangkan; c) tanggal valuta/ tanggal setelmen; d) permintaan Standard Settlement Instruction peserta Transaksi Swap; 43

54 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan e) permintaan nomor rekening Peserta Transaksi Swap di Bank Koresponden; dan f) permintaan nomor Rekening Giro Peserta Transaksi Swap. 3) Dalam hal penawaran lelang diajukan melalui Lembaga Perantara, konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a) dalam hal Peserta Transaksi Swap tidak memiliki RMDS, konfirmasi akan dilakukan melalui Lembaga Perantara; atau b) dalam hal Peserta Transaksi Swap memiliki RMDS, konfirmasi akan dilakukan kepada Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan. 4) Peserta Transaksi Swap yang telah memenangkan penawaran dilarang melakukan pengakhiran Transaksi Swap sebelum jatuh waktu (early termination). g. Setelmen Transaksi Swap 1) Untuk Lelang Swap Jual Bank Indonesia a) Setelmen first leg i. Bank Indonesia melakukan setelmen first leg pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal Transaksi Swap, dengan mengkredir Rekening Giro Peserta Transaksi Swap sebesar nilai setelmen first leg. ii. Nilai setelmen first leg dihitung sebesar nilai nominal US Dollar yang dimenangkan dikalikan dengan kurs JISDOR. iii. Peserta Transaksi Swap wajib menyelesaikan transfer dana US Dollar untuk setiap penawaran yang dimenangkan ke rekening Bank Indonesia di Bank Koresponden pada tanggal setelmen. iv. Dalam hal pada tanggal setelmen first leg, Peserta Transaksi Swap tidak melakukan transfer dana US Dollar sebesar nilai yang dimenangkan pada setelmen first leg, maka Peserta Transaksi Swap wajib menyelesaikan transfer dana US Dollar sebesar nilai yang dimenangkan pada hari kerja berikutnya. v. Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud dalam romawi iv, Peserta Transaksi Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter. b) Setelmen second leg i. Pada tanggal Transaksi Swap jatuh waktu (second leg), Bank Indonesia melakukan transfer dana US Dollar ke rekening Peserta Transaksi Swap di Bank Koresponden sebesar nilai nominal US Dollar pada setelmen first leg. ii. Bank Indonesia mendebet Rekening Giro Peserta Transaksi Swap sebesar nilai nominal US Dollar setelmen first leg dikalikan kurs setelmen second leg. 44

55 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan iii. Kurs setelmen second leg adalah kurs JISDOR saat tanggal transaksi ditambah premi swap yang dimenangkan Peserta Transaksi Swap. iv. Dalam hal pada tanggal setelmen second leg, Peserta Transaksi Swap tidak memiliki dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen, maka Peserta Transaksi Swap wajib menyediakan dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen pada hari kerja berikutnya. v. Pembayaran nominal Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam angka (4) (romawi iv dalam kodifikasi ini) dilakukan melalui pendebetan Rekening Giro Peserta Transaksi Swap di Bank Indonesia. vi. Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud dalam angka (4), Peserta Transaksi Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter. 2) Untuk Lelang Swap Beli Bank Indonesia a) Setelmen first leg i. Bank Indonesia melakukan setelmen first leg pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal Transaksi Swap, dengan mendebet Rekening Giro Peserta Transaksi Swap sebesar nilai setelmen first leg. ii. Nilai setelmen first leg dihitung sebesar nilai nominal US Dollar yang dimenangkan dikalikan dengan kurs JISDOR. iii. Bank Indonesia melakukan transfer dana US Dollar untuk setiap penawaran yang dimenangkan ke rekening Peserta Transaksi Swap di Bank Koresponden. iv. Dalam hal pada tanggal setelmen first leg, Peserta Transaksi Swap tidak memiliki dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen, maka Peserta Transaksi Swap wajib menyediakan dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen pada hari kerja berikutnya. v. Pembayaran nominal Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam angka (4) (romawi iv dalam kodifikasi ini) dilakukan melalui pendebetan Rekening Giro Peserta Transaksi Swap di Bank Indonesia. vi. Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana diatur dalam romawi iv, Peserta Transaksi Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter. 45

56 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/32/ DPM 2013 Romawi VIB.4 b) Setelmen second leg i. Pada tanggal Transaksi Swap jatuh waktu (second leg), Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro Peserta Transaksi Swap sebesar nilai nominal US Dollar yang dimenangkan dikalikan kurs setelmen second leg. ii. Kurs setelmen second leg adalah kurs JISDOR saat tanggal transaksi ditambah premi swap yang dimenangkan Peserta Transaksi Swap. iii. Peserta Transaksi Swap wajib menyelesaikan transfer dana US Dollar sebesar nilai nominal US Dollar pada setelmen first leg ke rekening Bank Indonesia di Bank Koresponden paling lambat pada tanggal setelmen second leg. iv. Dalam hal pada tanggal setelmen second leg, Peserta Transaksi Swap tidak memenuhi kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud dalam angka (3) (romawi iii dalam kodifikasi ini), maka Peserta Transaksi Swap wajib menyelesaikan transfer dana US Dollar pada hari kerja berikutnya. v. Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud dalam angka (4) (romawi iv dalam kodifikasi ini), Peserta Transaksi Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter. 3) Dalam hal setelah terjadinya Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan angka 2), tanggal setelmen first leg atau tanggal setelmen second leg ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya. 2. Dalam hal Bank melakukan Transaksi Swap dengan Bank Indonesia, Transaksi Swap dimaksud dapat dianggap sebagai penerusan (pass on) posisi transaksi derivative Bank dengan pihak terkait Bank. 7 Pasal 7 14/5/PBI/2012 ayat (1) SE 15/38/DPM 2013 Romawi VI.9 (1) Penempatan berjangka (term deposit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d dan Pasal 5 huruf c (Paragraf 5 ayat (4) dan Paragraf 5 ayat (5) dalam kodifikasi ini) dapat dicairkan oleh peserta Operasi Moneter sebelum jatuh waktu (early redemption) dengan memenuhi persyaratan tertentu. 1. Pencairan Sebelum Jatuh Waktu (Early Redemption) transaksi Term Deposit rupiah a. Pengajuan early redemption 1) Peserta OPT dapat mengajukan dari pukul WIB sampai dengan pukul WIB. 2) Nilai nominal setiap pengajuan paling kurang sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah). 46

57 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 3) Pengajuan dilakukan melalui sarana BI-SSSS Terminal (ST). b. Setelmen early redemption Bank Indonesia melakukan setelmen pada tanggal pengajuan early redemption (same day settlement) segera setelah pre cutoff Sistem BI-RTGS. c. Perhitungan nilai early redemption Keterangan : RRT = Rata-Rata Tertimbang SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.9 2. Pencairan Sebelum Jatuh Waktu (Early Redemption) Transaksi Term Deposit Valas a. Pengajuan Early Redemption 1) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan early redemption Term Deposit valas paling cepat 3 (tiga) hari setelah setelmen transaksi Term Deposit valas yang akan dilakukan early redemption. 2) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan early redemption pada setiap hari kerja, kecuali pada hari pelaksanaan lelang Term Deposit valas. 3) Pengajuan early redemption sebagaimana dimaksud pada angka 2) diajukan dari pukul WIB sampai dengan pukul WIB. 4) Pengajuan dilakukan melalui RMDS atau sarana lain yang ditetapkan Bank Indonesia. 5) Pengajuan early redemption dilakukan untuk nominal penuh yang tercantum dalam setiap deal ticket. 6) Peserta Transaksi Term Deposit valas yang melakukan early redemption Term Deposit valas memperoleh bunga secara proporsional dengan perhitungan sebagai berikut : Bunga - Nominal Early Redemption x tingkat bunga x k 360 Keterangan : k = jangka waktu sampai dengan setelmen early redemption Term Deposit valas di Bank Indonesia 7) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dikenakan biaya early redemption Term Deposit valas sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari bunga sebagaimana dimaksud pada angka 6). 47

58 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan b. Setelmen Early Redemption Bank Indonesia melakukan setelmen early redemption pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengajuan early redemption. c. Perhitungan Nilai Early Redemption Nilai tunai early redemption adalah sebesar nilai nominal Term Deposit valas yang dilakukan early redemption ditambah bunga dikurangi biaya early redemption. Nilai tunai = Nilai nominal early redemption + bunga - Biaya early redemption Pasal 7 14/5/PBI/2012 ayat (2) (2) Penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e (Paragraf 5 ayat (5) dalam kodifikasi ini) dapat dialihkan oleh peserta Operasi Moneter menjadi transaksi swap jual valuta asing terhadap rupiah Bank Indonesia. Yang dimaksud transaksi swap jual valuta asing terhadap rupiah Bank Indonesia adalah transaksi beli valuta asing oleh Bank Indonesia melalui pembelian tunai (spot), dengan diikuti transaksi penjualan kembali valuta asing oleh Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.10 Pengalihan Transaksi Term Deposit Valas Menjadi Transaksi Swap Jual USD Terhadap Rupiah Bank Indonesia (FX Swap) a. Pengajuan Pengalihan Transaksi Term Deposit Valas Menjadi Transaksi FX Swap 1) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas membutuhkan likuiditas rupiah, Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap. 2) Pengajuan pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap dilakukan melalui RMDS atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada setiap hari kerja kecuali pada hari pelaksanaan lelang Term Deposit valas. 3) Pengajuan pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap dilakukan untuk nominal penuh yang tercantum dalam setiap deal ticket. 4) Pengajuan pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap sekaligus merupakan pengajuan early redemption atas Term Deposit valas yang akan dialihkan. 5) Early redemption Term Deposit valas sebagaimana dimaksud pada angka 4) mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 9.a.1), butir 9.a.6), dan butir 9.a.7) (Paragraf 7 ayat (1) butir 2.a.1), butir 2.a.6), dan butir 2.a.7) pada kodikasi ini). 6) Transaksi FX Swap yang berasal dari pengalihan Term Deposit valas dilakukan dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, paling singkat 7 (tujuh) hari. 7) Premi FX Swap yang berasal dari pengalihan Term Deposit valas ditetapkan oleh Bank Indonesia. 48

59 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 8) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan pengalihan transaksi Term Deposit valas menjadi transaksi FX Swap dari pukul WIB sampai dengan pukul WIB. 9) Bank Indonesia menyampaikan informasi premi FX Swap kepada Peserta Transaksi Term Deposit Valas pada pukul WIB dan sekaligus meminta Peserta Transaksi Term Deposit Valas untuk memberikan konfirmasi. 10) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas tidak menyepakati premi FX Swap yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, proses transaksi FX Swap tidak dilanjutkan dan Term Deposit valas yang bersangkutan tetap diteruskan (tidak dilakukan early redemption). 11) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas menyepakati premi FX Swap yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, Peserta Transaksi Term Deposit Valas memberikan konfirmasi (deal confirmation) transaksi early redemption Term Deposit valas dan transaksi FX Swap melalui RMDS. 12) Atas transaksi pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap, Bank Indonesia memberikan bunga dan mengenakan biaya kepada Peserta Transaksi Term Deposit Valas sesuai ketentuan early redemption sebagaimana dimaksud pada butir 9.a.6) dan butir 9.a.7) (Paragraf 7 ayat (1) butir 2.a.6), dan butir 2.a.7) pada kodikasi ini). b. Setelmen Pengalihan Transaksi Term Deposit Valas menjadi Transaksi FX Swap 1) Bank Indonesia melakukan setelmen early redemption dalam rangka pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap dengan cara transfer bunga ke rekening Peserta Transaksi Term Deposit Valas pada bank koresponden setelah dikurangi biaya early redemption, pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengajuan pengalihan. 2) Bank Indonesia melakukan setelmen first leg transaksi FX Swap dalam rangka pengalihan Term Deposit valas menjadi transaksi FX Swap pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengajuan pengalihan dengan prosedur sebagai berikut: a) Bank Indonesia melakukan pencatatan pengalihan valas dari early redemption Term Deposit valas menjadi sumber dana untuk setelmen valas transaksi FX Swap. b) Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro peserta transaksi FX Swap sebesar ekuivalen dalam rupiah dari nilai nominal Term Deposit valas yang dialihkan dikalikan kurs spot yang ditetapkan pada tanggal transaksi FX Swap. 3) Pada tanggal setelmen second leg transaksi FX Swap dilakukan ketentuan sebagai berikut : a) Bank Indonesia mendebet Rekening Giro peserta transaksi FX Swap sebesar nilai nominal valas FX Swap dikalikan kurs forward (forward rate) yang ditetapkan pada tanggal transaksi FX Swap. b) Bank Indonesia melakukan transfer valas ke rekening peserta transaksi FX Swap di bank koresponden sebesar nilai nominal valas FX Swap. 49

60 Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan c) Dalam hal pada tanggal setelmen second leg peserta transaksi FX Swap tidak memiliki dana rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen, maka peserta transaksi FX Swap wajib membayar nominal transaksi pada hari kerja berikutnya. d) Pembayaran nominal transaksi FX Swap sebagaimana dimaksud pada huruf c) dilakukan melalui pendebetan Rekening Giro peserta transaksi FX Swap di Bank Indonesia. e) Atas keterlambatan pemenuhan kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud pada huruf c), peserta transaksi FX Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 8 Pasal 7A 14/5/PBI/2012 (1) Penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e (Paragraf 5 ayat (5) dalam kodifikasi ini) dapat menjadi pengurang Posisi Devisa Neto secara keseluruhan yang wajib dipelihara peserta Operasi Moneter pada akhir hari kerja sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai posisi devisa neto bank umum. (2) Nilai penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing yang dapat menjadi pengurang Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling tinggi sebesar nilai yang terendah dari : Contoh perhitungan pengurangan Posisi Devisa Neto peserta Operasi Moneter yang dipengaruhi oleh penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing adalah sebagai berikut: a. Nilai Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja yang bersangkutan sebelum dikurangi dengan penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing; b. Nilai penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing; atau c. 5 % (lima per seratus) dari modal peserta Operasi Moneter. Yang dimaksud dengan modal adalah modal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai posisi devisa neto bank umum. (3) Peserta Operasi Moneter wajib melaporkan secara harian Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja setelah memperhitungkan penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing sebagai pengurang, dengan format sebagaimana contoh 50

No. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Keenam atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal

Lebih terperinci

No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Kelima atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal

Lebih terperinci

No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang

Lebih terperinci

No. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010

Lebih terperinci

No. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) No. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tanggal

Lebih terperinci

No. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Operasi Pasar Terbuka Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia guna

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.84, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Operasi Moneter. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5141) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

No. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Operasi Pasar Terbuka Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010

Lebih terperinci

No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter Sehubungan

Lebih terperinci

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat, Peserta, dan Lembaga Perantara, dalam Operasi

Lebih terperinci

No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/12/PBI/2016

Lebih terperinci

No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara,

Lebih terperinci

No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi

Lebih terperinci

SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Kepada SEMUA BANK UMUM

SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Kepada SEMUA BANK UMUM SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Jakarta, 16 November 2015 Kepada SEMUA BANK UMUM Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara

Lebih terperinci

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/23/DPM tanggal

Lebih terperinci

No. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM No. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/17/DPM tanggal 6 Juli 2010 Perihal Koridor Suku Bunga (Standing

Lebih terperinci

No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan atas Edaran Bank Indonesia Nomor 12/16/DPM tanggal 6 Juli 2010 Perihal Kriteria

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mencapai tujuan Bank Indonesia yakni mencapai

Lebih terperinci

No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pembelian dan Penjualan Surat Berharga

Lebih terperinci

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penerbitan

Lebih terperinci

No. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA No. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Syariah

Lebih terperinci

Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG

Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG No. 10/23/DPM 2008 SURAT EDARAN Jakarta, 14 Juli 2008Juli Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/1/DPM tanggal 3 Januari 2005 perihal Pelaksanaan

Lebih terperinci

No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Reverse Repurchase Agreement Surat

Lebih terperinci

No. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER UMUM Dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank

Lebih terperinci

No. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo)

Lebih terperinci

No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/2/DPM tanggal 31 Januari 2008 perihal Transaksi Repurchase Agreement

Lebih terperinci

No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA

No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA Perihal : Transaksi Reverse Repo Surat Utang Negara Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar

Lebih terperinci

No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN

No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank

Lebih terperinci

No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang Dalam rangka

Lebih terperinci

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April 2013 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/5/ PBI/ 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/5/ PBI/ 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/5/ PBI/ 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA No.8/5/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA Perihal : Transaksi Reverse Repo Surat Utang Negara Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. No.7/ 1 /DPM Jakarta, 3 Januari Kepada BANK UMUM DAN PIALANG

SURAT EDARAN. No.7/ 1 /DPM Jakarta, 3 Januari Kepada BANK UMUM DAN PIALANG No.7/ 1 /DPM Jakarta, 3 Januari 2005 SURAT EDARAN Kepada BANK UMUM DAN PIALANG Perihal : Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Tim Penyusun Ramlan

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) SURAT EDARAN NOMOR 16/23 /DPM TANGGAL 24 DESEMBER 2014 TENTANG OPERASI PASAR TERBUKA (OPT)

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) SURAT EDARAN NOMOR 16/23 /DPM TANGGAL 24 DESEMBER 2014 TENTANG OPERASI PASAR TERBUKA (OPT) FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) SURAT EDARAN NOMOR 16/23 /DPM TANGGAL 24 DESEMBER 2014 TENTANG OPERASI PASAR TERBUKA (OPT) Q : Apa latar belakang penerbitan Surat Edaran ini? A : Surat Edaran ini diterbitkan

Lebih terperinci

No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5919 PERBANKAN. BI. Moneter. Operasi. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 172) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.172, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Moneter. Operasi. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5919) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/17/PADG/2017 TENTANG KRITERIA DAN PERSYARATAN SURAT BERHARGA, PESERTA, DAN LEMBAGA PERANTARA DALAM OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA

Lebih terperinci

No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Repurchase Agreement Dengan Bank Indonesia di Pasar Sekunder. Dalam rangka memperluas jenis surat berharga

Lebih terperinci

No.18/12/DPM Jakarta, 24 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.18/12/DPM Jakarta, 24 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.18/12/DPM Jakarta, 24 Mei 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga dalam Rupiah Bank Umum kepada Bank Indonesia terhadap

Lebih terperinci

No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTION

FREQUENTLY ASKED QUESTION FREQUENTLY ASKED QUESTION STIONS Surat Edaran No. 17/37 37/D /DPM tanggal 16 November 2015 perihal Operasi Pasar Terbuka 1. Q : Apa latar belakang penerbitan Surat Edaran ini? A : Penerbitan Surat Edaran

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum No.12/ 29 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Sehubungan dengan penerbitan Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga Syariah

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Tim Penyusun Ramlan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/12/ PBI/ 2014 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/12/ PBI/ 2014 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/12/ PBI/ 2014 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memenuhi tujuan untuk mencapai

Lebih terperinci

No. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah

Lebih terperinci

Yang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan:

Yang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan: No. 8/4/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA No. 16/13/DPM Jakarta, 24 Juli 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penempatan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi tujuan Bank Indonesia yaitu mencapai

Lebih terperinci

No. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September 2012 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah

Lebih terperinci

No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret 2009 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING No.6/5/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Pelaksanaan dan Penyelesaian Fasilitas Simpanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 12 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT 1 No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT Perihal : Tata Cara Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari

Lebih terperinci

No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Intrahari, Fasilitas

Lebih terperinci

No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Sertifikat Bank Indonesia

Lebih terperinci

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

No. 17/48/DPD Jakarta, 7 Desember SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

No. 17/48/DPD Jakarta, 7 Desember SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA No. 17/48/DPD Jakarta, 7 Desember 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Penerbitan, Tata Cara Lelang, dan Penatausahaan Surat Berharga Bank Indonesia dalam Valuta Asing Sehubungan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana No. 7/30/DPM Jakarta, 25 Juli 2005 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/19/PBI/2005 tanggal 25 Juli

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN No.12/ 31 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

No. 18/31/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada

No. 18/31/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada No. 18/31/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penempatan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana No. 6/10/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/3/PBI/2004 tanggal 16

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

No.14/ 14 /DASP Jakarta, 18 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

No.14/ 14 /DASP Jakarta, 18 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN No.14/ 14 /DASP Jakarta, 18 April 2012 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Penerbitan dan Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Sehubungan

Lebih terperinci

No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN

No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN 1 No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November 2015 2015 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Berharga Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah Sehubungan

Lebih terperinci

No. 15/34/DPSP Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 15/34/DPSP Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM No. 15/34/DPSP Jakarta, 27 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/29/DASP tanggal 10 November 2010 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rup

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/ 9 /PBI/2002 TENTANG OPERASI PASAR TERBUKA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/ 9 /PBI/2002 TENTANG OPERASI PASAR TERBUKA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/ 9 /PBI/2002 TENTANG OPERASI PASAR TERBUKA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia guna mencapai dan memelihara kestabilan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/23/DPM TANGGAL 24 DESEMBER 1014 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA

LAMPIRAN III SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/23/DPM TANGGAL 24 DESEMBER 1014 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA LAMPIRAN III SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/23/DPM TANGGAL 24 DESEMBER 1014 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA LAMPIRAN III... 1 A. SURAT PERNYATAAN KEPEMILIKAN ATAS SURAT BERHARGA DALAM VALUTA ASING

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Operasi Moneter. Syariah. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 178) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA No. 6/21/DPM Jakarta, 26 April 2004 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA Perihal: Tata Cara Pembelian dan atau Penjualan Surat Utang Negara oleh Bank

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik (DSta) Bank Indonesia

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik (DSta) Bank Indonesia M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Suku Bunga 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik (DSta) Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 4 Contact : Divisi Pengelolaan

Lebih terperinci

No. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA

No. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA No. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Ritel

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 5

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 5 - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/5/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER UMUM Kondisi pasar keuangan domestik

Lebih terperinci

No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret 200831 Maret 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Transaksi Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

No. 17/ 9 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N

No. 17/ 9 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N No. 17/ 9 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat

Lebih terperinci

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No.15/ 41 /DKMP Jakarta, 1 Oktober 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Perhitungan Giro Wajib Minimum Sekunder

Lebih terperinci

No. 15/38/DPM Jakarta, 10 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/38/DPM Jakarta, 10 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 15/38/DPM Jakarta, 10 September 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Ketujuh atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal

Lebih terperinci

Pasar Uang Antar Bank

Pasar Uang Antar Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi Wirza

Lebih terperinci

No. 17/ 8 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 17/ 8 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA 1 No. 17/ 8 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/23/DPM tanggal 24 Desember 2014 perihal

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk oleh Pemerintah sebagai agen

Lebih terperinci

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/23/DPM TANGGAL 24 DESEMBER 2014 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA LAMPIRAN IV

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/23/DPM TANGGAL 24 DESEMBER 2014 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA LAMPIRAN IV LAMPIRAN IV SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/23/DPM TANGGAL 24 DESEMBER 2014 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA LAMPIRAN IV TRANSAKSI REVERSE REPO SURAT BERHARGA NEGARA... 2 I. CONTOH TRANSAKSI REVERSE

Lebih terperinci

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank

Lebih terperinci

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 3 Angka 2 Pasal 5 Huruf a Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan penerbitan SBI adalah penjualan S

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 3 Angka 2 Pasal 5 Huruf a Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan penerbitan SBI adalah penjualan S TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5321 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 130) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

No. 10/18/DPM Jakarta, 15 April 2008 SURAT EDARAN

No. 10/18/DPM Jakarta, 15 April 2008 SURAT EDARAN No. 10/18/DPM Jakarta, 15 April 2008 SURAT EDARAN Perihal : Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/4/DPM Tanggal 16 Maret 2007 Perihal Tata Cara Lelang Surat Utang Negara Di Pasar Perdana Dan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 11 /PBI/2008 TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 11 /PBI/2008 TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 11 /PBI/2008 TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi tujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. SBI Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. SBI Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835) No. 50, 2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. SBI Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 11

Lebih terperinci