6 BAB II Tinjauan Pustaka A. Keyakinan Keyakinan merupakan suatu bentuk kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya. Goldin (2002) mengungkapkan bahwa keyakinan matematika seseorang terbentuk dari sikap (attitude) terhadap matematika yang dimilikinya dan selanjutnya keyakinan tersebut akan membentuk nilai matematika pada diri orang tersebut. Belief (keyakinan) siswa mempengaruhi bagaimana siswa menyambut pembelajaran di kelas khususnya pembelajaran matematika. Keyakinan yang salah, seperti menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit, sangat abstrak, penuh rumus, dan hanya bisa dikuasai oleh anak-anak jenius, yang kemudian menjadikan siswa cemas dalam menghadapai pelajaran ataupun ulangan matematika. Pada kegiatan pembelajaran khusunya pembelajaran matematika setiap siswa harus mempunyai keyakinan yang kuat dalam dirinya tentang kemampuan matematika yang dimilikinya agar dalam proses pembelajaran siswa bisa menyelesaikan suatu masalah yang diberikan oleh guru dan bisa mengkomunikasikannya dalam bentuk pengerjaan soal. B. Matematis Menurut Hamzah (2009) Matematis adalah kemampuan berfikir, berkomunikasi, kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan yang 6
7 unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi. Menurut Gardner salah satu kecerdasan manusia adalah kecerdasan matematis. Kemampuan berfikir matematis menuntut seseorang untuk bisa berfikir secara logis, linier, teratur. Dapat dikatakan matematis merupakan keingintahuan, kesadaran yang kuat yang ada dalam diri seseorang untuk belajar matematika dan bisa memecahkan berbagai macam permasalahan yang ada di dalam matematika. C. Keyakinan Matematis Keyakinan merupakan suatu bentuk kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan masing-masing dalam memecahkan berbagai macam masalah. Keyakinan bisa berupa cara berfikir, motivasi diri, dan keinginan untuk bisa memecahkan beragam permasalahan. Matematis merupakan kemampuan berfikir, berkomunikasi, kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi. Menurut Pehkonen (1995), keyakinan matematis ( Belief of mathematics ) dibagi menjadi empat bidang, antara lain : a. Keyakinan tentang matematika b. Keyakinan tentang diri c. Keyakinan tentang mengajar matematika d. Keyakinan tentang konteks sosial Selain itu Keyakinan matematis dibagi menjadi beberapa indikator antara lain :
8 a. Keyakinan untuk dapat memecahkan beragam masalah b. Keyakinan untuk dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan orang lain c. Keyakinan untuk menyelesaikan masalah dengan solusi yang benar Berdasarkan dengan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keyakinan matematis adalah suatu sikap yang dimiliki seseorang yang berkenaan dengan pandangannya terhadap matematika. D. Komunikasi Menurut Soekamto (1993), komunikasi adalah suatu proses, bukan hal yang statis. Implikasi dari hal ini adalah bahwa komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, yang melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok. Ada beberapa macam jenis komunikasi namun pada penelitian ini dibatasi hanya pada komunikasi tertulisnya saja. Menurut Wiryawan & Noorhadi (1990), komunikasi dapat didefinisikan dengan berbagai cara, antara lain : a. Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi. b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. c. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Menurut Sumarmo komunikasi tertulis mencakup beberapa indikator yang diantaranya adalah, 1) Mereflesikan benda-benda nyata, gambar, dan
9 ide-ide matematika, 2) Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode tertulis, konkret, grafik, 3) Menggunakan keahlian membaca menulis dan menelaah untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol-simbol, istilah serta informasi matematika, 4) Merespon terhadap suatu pernyataan atau persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan. E. Matematis Menurut Hamzah (2009) Matematis adalah kemampuan berfikir, berkomunikasi, kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi. Menurut Gardner salah satu kecerdasan manusia adalah kecerdasan matematis. Kemampuan berfikir matematis menuntut seseorang untuk bisa berfikir secara logis, linier, teratur. F. Komunikasi Matematis Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala yang kita kerjakan. Komunikasi bisa digunakan untuk mengungkapkan ide, perasaan dan proses penyampaian informasi. Melalui proses komunikasi ide atau gagasan yang ada dalam diri seseorang bisa tersampaikan,. Matematis merupakan kemampuan berfikir, berkomunikasi, kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi. Dilihat dari beberapa pengertian komunikasi dan matematis dapat disimpulkan bahawa komunikasi matematis adalah suatu proses penyampaian informasi yang digunakan
10 untuk memecahkan berbagai persoalan yang unsur-unsurnya berupa logika dan analisis G. Pembelajaran Pemecahan Masalah ( Problem Solving ) Pembelajaran pemecahan masalah ( Problem Solving ) adalah suatu kegiatan dimana guru memberikan tantangan kepada siswa melalui penugasan agar siswa merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan kemudian membimbing siswa-siswanya untuk sampai pada pemecahan masalah. Menurut Sanjaya (2006), pembelajaran pemecahan masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dalam pembelajaran pemecahan masalah, masalah yang diberikan bersifat terbuka, artinya jawaban dari setiap masalah tersebut belum pasti sehingga siswa ataupun guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Pembelajaran pemecahan masalah mempunyai 3 ciri utama, antara lain: a. Pembelajaran pemecahan masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran Artinya, dalam pembelajaran pemecahan masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Selain itu pembelajaran pemecahan masalah dapat diterapkan oleh guru di dalam kelas dalam keadaan sebagai berikut :
11 a. Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh b. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berpikir rasional siswa c. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa d. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya e. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya. Menurut Polya, ada beberapa langkah pembelajaran pemecahan masalah antara lain : a. Understanding the problem b. Devising a plan c. Carrying out the plan d. Looking back
12 Sementara itu langkah-langkah dan peran guru siswa pada pembelajaran pemecahan masalah dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.1. Langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah ( Problem Solving ) Tahap Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkam penjelasan dan pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan Ibrahim,dkk. ( 2000:10)) Pada pembelajaran pemecahan masalah banyak sekali menumbuhkan aktifitas belajar, baik secara individual maupun kelompok. Hampir setiap langkah menuntut keaktifan belajar siswa, sedangkan peranan guru lebih banyak sebagai fasilitator saja.
13 Berdasarkan kajian di atas, maka peneliti merumuskan langkahlangkah pembelajaran pemecahan masalah ( Problem Solving ) sebagai berikut : a. Menyadari masalah b. Merumuskan masalah c. Merumuskan hipotesis d. Mengumpulkan data e. Menguji hipotesis f. Menentukan pilihan penyelesaian H. Pokok Bahasan Kubus dan Balok Pada mata pelajaran matematika SMP / MTS kelas VIII semester 2 pokok bahasan Kubus dan Balok, meliputi : a. Menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok, serta diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal b. Membuat jaring jaring kubus dan balok. c. Menghitung luas permukaan kubus d. Menghitung luas permukaan balok e. Menghitung volume kubus f. Menghitung volume balok
14 I. Kerangka Berfikir Sebagian besar siswa kelas VIII C dalam mengerjakan soal atau suatu permasalahan belum yakin dengan jawabannya sendiri, kebanyakan lebih memilih melihat jawaban teman dan tidak mau mengkomunikasikannya di depan kelas Berdasarkan hasil observasi di atas, diduga keyakinan matematis siswa masih kurang Komunikasi matematika, khususnya komunikasi secara tulisan diduga masih kurang Langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah : 1. Merumuskan masalah 2. Menganalisis masalah 3. Merumuskan hipotesis 4. Mengumpulkan data 5. Pengujian hipotesis 6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah Berdasarkan dari setiap langkah-langkah di atas siswa dalam memecahkan suatu masalah akan lebih meningkatkan keyakinan matematis yang mereka miliki, dan dari setiap langkah-langkah tersebut siswa akan lebih mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya sehingga akan terjadi proses komunikasi Dengan adanya pembelajaran pemecahan masalah diharapkan keyakinan matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat ditingkatkan
15 Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMP N 4 Mrebet, khususnya dalam kelas VIIIC, sebagian siswanya dalam mengerjakan suatu soal atau permasalahan yang diberikan oleh guru khususnya pelajaran matematika masih kurang yakin dengan jawabannya sendiri dan kebanyakan mereka lebih memilih untuk melihat jawaban teman daripada mengerjakan soal tersebut secara mandiri, ini dikarenakan di dalam diri para siswa belum tertanam adanya keyakinan matematis. Selain masih kurangnya ketidakyakinan yang mereka miliki sebagian besar para siswa juga tidak mau mengkomunikasikannya di dalam suatu soal. Berdasarkan permasalahan di atas diduga bahwa keyakinan matematis dan kemampuan komunikasi khususnya komunikasi tertulis yang mereka miliki masih kurang. Untuk mengatasi permasalaham tersebut peneliti berencana akan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah yang memiliki langkah-langkah antara lain 1) merumuskan masalah, 2) menganalisis masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) pengujian hipotesis, 6) merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Dari langkah-langkah tersebut dalam memecahkan suatu permasalahan, siswa akan lebih meningkatkan keyakinan matematis yang mereka miliki, dan dari setiap langkah-langkah tersebut siswa akan lebih mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliknya sehingga akan terjadi proses komunikasi Dengan adanya pembelajaran pemecahan masalah diharapkan keyakinan matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat ditingkatkan.
16 J. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dijabarkan di atas maka dirumuskan hipotesis tindakan yaitu sebagai berikut : 1. Pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan keyakinan matematis siswa kelas VIIIC SMP N 4 Mrebet. 2. Pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa kelas VIIIC SMP N 4 Mrebet