BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal yang selalu dilakukuan setiap individu dari lahir

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya. hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan

SKRIPSI. Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk memnuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Upaya Meningkatkan Kemandirian Rencana Studi Lanjut Menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Siswa belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

A. Deskripsi Proses Penelitian

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah dasar (SD) pada hakekatnya merupakan lingkungan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, kesulitan tersebut dapat memicu keaktivan siswa untuk selalu bertanya

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai ke perguruan tinggi. Belajar matematika di sekolah dasar tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya. Menurut Thoha (1996) kemandirian adalah kebebasan seseorang dari pengaruh orang lain, yang diartikan kemampuan untuk menemukan sendiri apa yang harus dilakukan, menentukan dan memilih kemungkinankemungkinan dari hasil perbuatannya dan akan memecahkan sendiri masalahmasalah yang dihadapi tanpa harus mengharapkan bantuan orang lain Selanjutnya Thoha (1996) menyatakan bahwa kemandirian belajar adalah aktifitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Siswa dapat memiliki kemandirian belajar jika memiliki ciri-ciri diantaranya mampu berpikir kritis, keatif, dan inovatif, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, tidak merasa rendah diri terus bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya sendiri. 8

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah suatu kebebasan belajar yang seseorang lakukan sesuai dengan kemampuan sendiri tanpa pengaruh dari orang lain. 2. Ciri-ciri Kemandirian Belajar Thoha (1996) mengemukakan ciri-ciri kemandirian belajar sebagai berikut: a. Mampu berpikir kritis Seseorang yang mampu bersikap kritis, kreatif, dan inovatif terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya, mereka tidak segera menerima begitu saja pengaruh dari orang lain tanpa dipikirkan terlebih dahulu segala kemungkinan yang akan timbul, tetapi mampu melahirkan suatu gagasan baru. b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain Seseorang yang dikatakan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain adalah orang yang mampu membuat keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi oleh orang lain dan percaya pada diri sendiri. c. Tidak lari dan menghindari masalah Orang yang mandiri adalah tidak lari atau menghindari masalah di mana secara emosional berani menghadapi masalah tanpa bantuan orang lain. d. Memecahkan masalah dengan berpikir yang mendalam Orang yang mandiri memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara inteligen dan mampu menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran. 9

e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Seseorang dapat dikatakan mandiri adalah apabila menjumpai masalah dan berusaha memecahkan masalah oleh dirinya sendiri. f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain Ada perasaan aman dan percaya diri dalam mengajukan pendapat yang berbeda dengan orang lain. g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan Mampu bekerja keras dan sungguh-sungguh serta berupaya memperoleh hasil. h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri Dalam melakukan segala tindakan seseorang yang mandiri akan selalu bertanggung jawab atau siap menghadapi segala resiko atau konsekuensi dari tindakannya 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa menurut Thoha (1996) dapat dibedakan menjadi dua arah, yakni: a. Faktor dari dalam Faktor dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Anak semakin tua usianya cenderung semakin mandiri. Di samping itu intelegensi seseorang juga berpengaruh terhadap kemandirian seseorang. 10

b. Faktor dari luar Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang ialah: 1. Faktor kebudayaan Kemandirian dipengaruhi oleh kebudayaan. Masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong tumbuhnya kemandirian dibanding dengan masyarakat yang sederhana. 2. Faktor keluarga terhadap anak Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga. Kecenderungan cara mendidik anak, cara memberi penilaian pada anak bahkan sampai pada acara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemadirian anak. Menurut Basri (2000) kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen). a. Faktor endogen (internal) Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya. 11

b. Faktor eksogen (eksternal) Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal kemandiriannya. B. Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan merupakan suatu komponen, satu usaha, satu tugas yang tak bisa dipisahkan atau dilepaskan dari pendidikan untuk membantu peserta didik mencapai perkembangan optimal (Loekmono, 1993). Menurut Santoso (1986) Bimbingan kelompok adalah suatu proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada sekelompok peserta bimbingan agar mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri, dapat menyesuaikan diri dan dapat mencapai hidup bahagia. Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada individu dalam situasi kelompok untuk mencegah timbulnya masalah dan mengembangkan potensi siswa (Romlah, 2001). Shertzer dan Stone (dalam Romlah, 2001) mendefinisikan bimbingan kelompok adalah kegiatan layanan dari guru pembimbing untuk membantu siswa agar dapat 12

mengambil keputusan yang tepat berkenaan dengan permasalahan tertentu, serta mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien dengan melalui kegiatan pemberian informasi yang berisi perkembangan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain sehingga mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri dan dapat menyesuaikan diri. Bimbingan kelompok dalah salah satu jenis layanan bimbingan yang dilakukan untuk membantu konseli agar mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, dan nilai-nilai yang dianutnya yang dilaksanakan dalam situasi kelompok (Romlah, 2001). Sedangkan Gazda (1990) dalam Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Secara sederhana bimbingan kelompok diartikan sebagai bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah yang sama. Pada pengertian secara mendalam bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan kepada sejumlah individu dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan layanan bimbingan. Agar dinamika kelompok yang berlangsung di dalam kelompok tersebut dapat secara efektif bermanfaat bagi para anggota kelompok, maka jumlah anggota kelompok tidak boleh terlalu besar yaitu sekitar 10 sampai dengan 15 orang yaitu kelompok kecil (small 13

group aproach). Pada umumnya pendekatan kelompok kecil ini dipakai dalam rangka bimbingan prevetif yaitu diberikan dalam rangka mencegah masalah yang telah berhasil dipecahkan tidak terjadi lagi. Layanan bimbingan kelompok merupakan strategi dari layanan bimbingan bagi siswa untuk dapat diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting serta mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani persoalan yang dibahas didalam kelompok. Dengan demikian selain dapat membuahkan saling hubungan baik di antara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan dalam kelompok. 2. Jenis-Jenis Bimbingan Kelompok. Menurut Amti (1992) bahwa dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok ada dua jenis, yaitu bimbingan kelompok bebas dan bimbingan kelompok tugas, di mana: a. Bimbingan kelompok bebas Kegiatan bimbingan kelompok bebas ini para anggota kelompok bebas mengemukakan segala pikiran, perasaan dalam kelompok, selanjutnya apa yang disampaikan pada anggota kelompok. 14

b. Bimbingan kelompok tugas Bimbingan kelompok tugas adalah salah satu bentuk penyelenggaraan bimbingan kelompok di mana arah dan isi kegiatan kelompok tidak ditentukan oleh anggota kelompoknya melainkan oleh pemimpin kelompok untuk dibahas bersama-sama dalam kelompok. 3. Tujuan Bimbingan Kelompok. Menurut Amti (1992) tujuan bimbingan dan kelompok ada dua yaitu: a. Tujuan umum. Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga bertujuan untuk mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. b. Tujuan khusus. Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk; 1. Melatih siswa untuk berani menemukan pendapat di hadapan temanteman. 2. Melatih siswa dapat bersikap terbuka didalam kelompok. 3. Melatih siswauntuk dapat membina keakraban bersama teman-teman dalam kelompok khususnya dan dan teman di luar kelompok pada umumnya. 4. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok. 15

5. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain. 6. Melatih siswa memperoleh ketrampilan sosial. 7. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang lain. 4. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok. Menurut Amti (1992) kegiatan bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahapan, yaitu : a. Tahap Pembentukan Tahap pembentukan ini merupakan tahap pengenalan dan pelibatan diri anggota ke dalam kelompok, dengan tujuan agar anggota kelompok memahami maksud dan tujuan bimbingan kelompok. Pada tahap ini pula bertujuan untuk menumbuhkan suasana saling mengenal, percaya, menerima dan membantu rekan-rekan yang ada dalam kelompok. b. Tahap Peralihan. Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap ke kegiatan. Dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh anggota kelompok, anggota kelompok dapat memilih kegiatan bimbingan kelompok bebas atau tugas. Setelah jelas kegiatan apa yang akan dilaksanakan, sehingga tidak akan muncul keraguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan dan memanfaatkan yanga akan diperoleh setiap anggota kelompok. 16

c. Tahap Kegiatan. Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan kelompok, dengan suasana yang ingin dicapai yaitu terbahasnya secara tuntas permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya suasana untuk mengembangkan diri anggota kelompok, baik yang menyangkut perkembangan kemampuan berkomunikasi, mengajukan pendapat, menanggapi pendapat, terbuka, sabar, dan tenggang rasa, maupun yang menyangkut dengan pemecahan masalah yangt dikemukakan dalam kelompok. Pada tahap ini pula kegiatan bimbingan kelompok akan tampak jelas, apakah kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan bimbingan kelompok bebas atau tugas, sehingga rangkaian kegiatan di sesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelommpok yang bersangkutan apakah bimbingan kelompok bebas atau kelompok tugas. d. Tahap Pengakhiran. Tahap ini merupakan tahap penutup dalam seluruh rangkaian pertemuan kegiatan bimbingan kelompok, dengan sasaran telah tercapainya suatu pemecahan masalah oleh kelompok tersebut Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: 1. penyampaian pengakhiran kegiatan 2. pengemukaan kesan-kesan 3. penyampaian tanggapan-tanggapan 4. pembahasan kegiatan lanjutan 5. penutup 17

5. Teknik Problem Solving Bimbingan Kelompok. Problem solving merupakan suatu proses yang kreatif di mana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai-nilai hidupnya (Romlah, 1989). Problem solving mengajarkan pada individu cara memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Identifikasi dan merumuskan masalah. Individu yang bersangkutan hendaknya menyadari bahwa dirinya mempunyai masalah, dan mempunyai kebutuhan untuk memecahkannya. Setelah masalah diketahui kemudian dirumuskan. Makin tepat masalah dirumuskan makin mudah untuk dicari proses pemecahannya. Rumusan masalah harus memuat kesulitan yang dihadapi sekarang, dan perubahan atau pemecahan yang diinginkan. Dalam kelompok, rumusan masalah dapat dimulai dengan meminta masing masing anggota kelompok untuk mengemukakan pikirannya bebas lebih dahulu (brainstorming). Dari berbagai macam pendapat kemudian dibuat rumusan masalah. b. Menentukan sebab-sebab masalah Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sebab-sebab masalah. Untuk ini perlu dikumpulkan data dan informasi yang relevan. Data yang 18

terkumpul kemudian dipilah, mana yang berupa pendorong dan penghambat pemecahan masalah. c. Mencari alternatif pemecahan masalah. Setelah sumber dan sebab masalah sudah ditemukan serta data yang dapat mendorong pemecahan masalah telah terkumpul, langkah selanjutnya adalah pemecahan masalah. Masing-masing anggota diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Buat dua atau tiga alternatif pemecahan masalah. d. Menguji masing-masing alternatif Masing-masing alternatif diuji keuntungan dan kelemahannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menguji alternatif pemecahan masalah adalah sumber apa yang tersedia baik, yang berupa biaya, orang yang ahli maupun waktu. e. Memilih alternatif pemecahan yang tepat dan melaksanakannya Tahap pertama dalam langkah ini adalah mengambil keputusan dari alternatif-alternatif yang diplih kelompok. Pemilihan alternatif dibuat dengan cara menguji keuntungan-keuntungan dan kelemahan-kelemahan masingmasing alternatif. Alternatif yang tepat adalah alternatif yang paling sedikit mempunyai kelemahan. Pilihan itu kemudian dilaksanakan. f. Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai Setelah alternatif dilaksanakan, diadakan penilaian terhadap hasilnya. Penilaian dilakukan dengan melihat ada tidaknya kesenjangan antara masalah yang dirumuskan dengan pelaksanaan pemecahannya. 19

Latihan problem solving dengan memakai langkah-langkah sistematis akan mengajarkan individu untuk mengalami proses berpikir analitis sintetis, yaitu mengumpulkan data yang relevan, menghubung-hubungkan data dan menarik kesimpulan. Selain itu individu belajar mencari informasi dari sumber-sumber lain yang dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan metode problem solving adalah sebagai berikut : a. Masalahnya belum dipahami dengan benar. b. Individu yang bersangkutan tidak dapat menarik hubungan antara situasi yang satu dengan yang lain, antara data yang satu dengan data yang lain, dan tidak dapat menghubungkan antara pengalaman dan apa yang sudah dipelajari dengan masalah yang dihadapi. c. Tidak mengikuti langkah pemecahan masalah tahap demi tahap, tetapi lebih mengikuti intuisi dan emosi. d. Kurang percaya diri, tidak mempertimbangkan keputusan secara mendalam, dan mempunyai prasangka pribadi. 6. Keuntungan-keuntungan bimbingan kelompok a. Bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efisien. b. Bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seorang atau beberapa orang individu terhadap anggota lain. c. Dalam kegiatan kelompok dapat terjadi pertukaran pengalaman di antara para anggoatnya. 20

d. Bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari penyuluhan individual e. Bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik penyuluhan individual. f. Bimbingan kelompok dapat digunakan sebagai substitusi yaitu dilaksanakan karena tidak dapat diberikan dengan teknik lain. g. Bimbingan kelompok merupakan kesempatan untuk menyegarkan watak para anggotanya. C. Penelitian yang Relevan Penelitian Aristiani (2005) mengenai Keefektifan Bimbingan kelompok dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar siswa kelas X SMA N 15 Semarang tahun ajaran 2005/2006 mengemukakan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemandirian siswa yang ditunjukkan dengan nilai hitung Z = 4,296 > nilai tabel Z = 1,96. Purwanto (2007) meneliti tentang Keefektifan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa X SMA N 1 Tuntang menunjukkan bahwa ada perbedaan kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terlihat dari thitung = 5,656 dengan p = 0,020 < 0,050. 21

D. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving secara signifikan dapat meningkatkan Kemandirian Belajar pada siswa kelas XI IPA SMA Muhamadiyah Plus Salatiga tahun pelajaran 2011/2012. 22