BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

PENGUKURAN TANDA VITAL Oleh: Akhmadi, SKp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

B.Pemeriksaan Tanda Vital Keperawatan

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlengkapan yang khusus dengan tujuan untuk terapi pasien - pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

256/TU.K/79/VI/2012. No. Dokumen Unit: ANS.ICU.SPO.001. Tanggal Terbit : 3 Juli 2012

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB III ELABORASI TEMA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

1. PEMERIKSAAN VITAL SIGN

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

Nursing Early Warning Scoring System (NEWSS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

PROSEDUR PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

KUESIONER PENELITIAN

PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR)

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kariadi adalah salah satu dari bagian ruang rawat intensif lain yaitu ICU pediatrik,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB I PENDAHULUAN. ringan (TD diastole ), sedang (TD diastole ), dan berat (Td

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB III RESUME KEPERAWATAN

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

MONITORING HEMODINAMIK

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit (ICU)/ Pediatric Care Unit (PICU) 2.1.1 Definisi ICU/PICU Berdasarkan American Thoracic Society tahun 2014, Intensive Care Unit (ICU) adalah tempat di rumah sakit dimana pasien dengan sakit yang parah dirawat oleh staf terlatih khusus.staf yang terdiri dari dokter, perawat, terapis pernafasan, ahli gizi, terapis fisik, apotekar, pekerja kasus dan pendeta. Mereka bekerjasama sebagai sebuah tim untuk memberikan perawatan yang manusiawi terbaik. Dua hal yang membedakan perawatan di ICU dengan rumah sakit biasa adalah dukungan keperawatan dan jenis khusus dari peralatan yang digunakan. ICU merupakan suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau penyulitpenyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan saranan,prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.pada ICU, perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerjasama dalam tim.pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien. Menurut California Children s Service Manual Of Procedures, PICU adalah unit yang telah disetujui CCS Tertiary atau Pediatric Masyarakat yang memiliki kemampuan menyediakan perawatan definitif untuk berbagai kompleks, progresif, gangguan medis, bedah dan trauma, membuuhkan pendekatan multidisiplin untuk merawat pasien antara 37 minggu kehamilan dan / atau dua kilogram (kg) dan mereka yang dbawah usia 21 tahun.

2.1.2 Deskripsi tentang ICU Unit ini adalah unit yang khusus dimana usaha terkonsentrasi pada satu lokasi di rumah sakit dan dimana perawatan pasien yang dianggap untuk dipulihkan tetapi yang memerlukan pengawasan dan perlu atau mungkin perlu teknik khusus oleh tenaga terampil.pemanfaatan unit ini dalam pengelolaan pasien pasien yang sakit kritis meningkatkan hasil dengan penurunan angka kematian diperkirakan hingga 60%. Unit ini memiliki karakteristik utama sebagai berikut: 1) Ruang, peralatan, dan staf yang bekerja 2) Pelayanan yang berkesinambungan dan perawatan semua sekitar 24 jam termasuk semua hal berikut: pemantauan sesaat parameter kardiovaskular, fungsi pernafasan. Fungsi ginjal, dan status sistem saraf Kategori pasien yang bisa mendapatkan rawatan dari unit ini adalah: 1) Pasien infark miokard yang biasanya membutuhkan pemantauan kardivaskular terus menerus. 2) Pasien yang membutuhkan ventilasi buatan, dukungan kardiovaskular, dan dukungan ginjal. 3) Pasien dengan gangguan metabolik utama seperti pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol atau pasien setelah operasi perut besar. 4) Pasien dengan trauma besar seperti pasien dengan cedera kepala, cedera dada, dan beberapa luka-luka lainnya. 5) Korban bencana obat yang terpengaruh oleh beberapa luka-luka.

Gambar 2.1: merupakan contoh-contoh ICU yang tersedia dengan alat-alat bantuan kecemasan.(harian kompas,2014) Gambar 2.2 menunjukkan ilustrasi ruang ICU diambil dari (Harian Kompas,2014)

2.1.3 Prioritas pasien di ICU Menurut Singer dan Webb tahun 2005, ukuran sebuah unit ICU bergantung pada aktivitas rumah sakit tersebut.selain itu, jumlah tempat tidur perawatan intensif tergantung pada aktivitas rumah sakit dan tempat tidur yang dibutuhkan untuk spesialisasi regional seperti operasi kardiotoraks atau bedah saraf. Unit dikatakan sangat kecil (<6 tempat tidur) atau sangat besar (> 14 tempat tidur) memang lebih sulit dalam pengelolahan tapi bisa lebih banyak menerima pasien baru. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, Kepala ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik,pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk melakasanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara terperinci (Menkes,2010). 1) Kriteria masuk : ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU : a. Pasien prioritas 1 (satu) Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa. Institusi setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidk mempunyai batas. b. Pasien prioritas 2 (dua) Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

c. Pasien prioritas 3 (tiga) Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung. d. Pengecualian Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala ICU, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain: 1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi perawatan yang aman saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah DNR (Do Not Resuscitate). Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di UPI untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya. 1. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen. 2. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor organ. 2. Kriteria keluar Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala ICU dan tim yang merawat pasien. 3. Pengkajian ulang kerja

Setiap ICU hendaknya membuat peraturan dan prosedur-prosedur masuk dan keluar, standar perawatan pasien, dan kriteria outcome yang spesifik. Kelengkapan-kelengkapan ini hendaknya dibuat oleh tim ICU di bawah supervisi komite medik, dan hendaknya dikaji ulang dan diperbaiki seperlunya berdasarkan keluaran pasien (outcome) dan pengukuran kinerja yang lain. Kepatuhan terhadap ketentuan masuk dan keluar harus dipantau oleh komite medik. 2.2 Faktor yang mempengaruhi pasien di ICU Terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penyembuhan dan kematian di ICU.Kebanyakan penyakit pada pasien bergantung pada faktor-faktor tertentu: a) Keluarga b) Pekerjaan c) Social ekonomi d) Suku Selain faktor-faktor diatas ini,faktor usia dan jenis kelamin juga memainkan peranan penting dalam menentukan suatu penyakit menjadi parah atau sembuh pada pasien.(farmer,2004) 2.2.1 Definisi Usia Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaansuatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umurmanusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itudihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehinggatarikh semasa(masa kini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itubermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini).(depkes,2009) Jenis perhitungan umur/usia Usia kronologis Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. Usia mental Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahunakan tetapi masih merangkak dan

belum dapat berbicara dengan kalimat lengkapdan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun. Usia biologis Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang. Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009): Masa balita = 0-5 tahun, Masa kanak-kanak = 5-11 tahun. Masa remaja Awal =12-1 6 tahun. Masa remaja Akhir =17-25 tahun. Masa dewasa Awal =26-35 tahun. Masa dewasa Akhir =36-45 tahun. Masa Lansia Awal = 46-55 tahun. Masa Lansia Akhir = 56-65 tahun. Masa Manula = 65 - sampai atas Setiap penyakit bervariasi mengikut frekuensi dan tingkat keparahan dengan usia.secara umum,anak-anak lebih rentan terhadap penyakit infeksi,dewasa muda lebih rawan kecelakaan dan orang dewasa yang lebih tua cenderung menderita hasil paparan panjang dalam pekerjaan. Bagi bayi yang tidak cukup bulan dan mengalami kecacatan lebih rentan terhadap suatu penyakit.kejadian penyakit yang paling bervariasi dengan usia dapat menyulitkan perbandingan antara morbiditas dan mortalitas antara populasi dengan struktur usia yang berbeda.sebagai contoh, menurut suatu penelitian perawatan krisis tentang penyakit sepsis menunjukkan pasien yang berumur lebih dari 65 tahun lebih rentan menderita penyakit sepsis berbanding remaja muda.hal ini karena, orang tua lebih cepat menderita infeksi gram-negatif.insidensi sepsis meningkat dengan proposional pada pasien lebih tua dan usia merupakan prediksi utama kematian. (Martin, 2006)

Gambar 2.3 diatas menunjukkan distribusi usia dan kematian yang terkait.(sumber dari: National Vital Statistics System Mortality) 2.2.2 Definisi jenis kelamin Menurut Hungu tahun 2007, jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksi sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi. Terdapat bukti bahawa laki-laki scara intrinsik lebih rentan terhadap penyakit dan kematian daripada perempuan. Tetapi terdapat beberapa penyakit dimana perempuan mempunyai insidensi yang tinggi berbanding laki-laki. Di sebagian besar masyarakat, laki-laki lebih terpapar dengan pelbagai jenis bahaya berbanding perempuan karena berbeda dari segi waktu luang dan jenis pekerjaannya.walaupun laki-laki dan perempuan terpapar dengan jenis penyakit yang sama

untuk tempoh waktu yang sama tetapi perempuan hidup lebih lama berbanding lakilaki.(farmer,2014) Gambar 2.4 : menunjukkan harapan hidup mengikut ras dan jenis kelamin. Sumber dari:(sumber dari: National Vital Statistics System Mortality)

2.3 Penyembuhan Pasien Berdasarkan kamus Kesehatan dan Kedokteran sembuh bermaksud pulih dari suatu penyakit.membaik pulih tanda-tanda atau gejala penyakit selama kita melakukan observasi.penyembuhan adalah memulihkan suatu kesehatan. Penyembuhan pasien di ICU dimana semua hasil laboratorium tanda- tanda vital pasien harus mencapai batas normal dan pasien tidak harus lagi memerukan bantuan ventilator dan lainlain.evaluvasi dan monitoring pasien di ICU amat penting dalam mewujudkan pelayanan ICU yang aman, bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan pelayanan ICU yang aman, bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindak lanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.indikator pelayanan ICU yang digunakan adalah sistim skoring prognosis dan keluaran dari ICU. Sistem skoring prognosis dibuat dalam 24 jam pasien masukke ICU. Contoh sistim skoring prognosis yang dapat digunakan adalah APACHE II,SAPS II, dan MODS. Rerata nilai skoring prognosis dalam periode tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan adalah angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka mortalitas terhadap reratanilai skoring prognosis. Penguuran tanda vital mereflesikan indicator fungsi tubuh untuk mempertahankan mekanisme homeostasis dalam rentang yang normal.adanya perubahan dari pola yang normal mengindikasikan adanya perubahan dalam status kesehatan,waktu pengukuran tanda-tanda vital: a) saat baru masuk RS b) Jadwal rutin RS biasanya 6-8jam/hari c) Sebelum dan sesudah tindakan operasi d) Sebelum dan sesudah dilakukan prosedur invas

2.3.1 Tanda-tanda vital Normal 1. Tekanan Darah (TD) normalnya 100-120/60-80 mmhg Tekanan darah memiliki 2 komponen yaitu sistolik dan diastolik. Pada waktu ventrikel berkonstraksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh. Keadaaan ini disebut sistolik, dan tekanan aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah sistolik.pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks disebut tekanan darah diastolik. Kategori tekanan darah pada dewasa (Keperawatan Klinis, 2011) Kategori TD Sistolik (mmhg) TD Diastolik (mmhg) Normal <120 <80 Prahipertensi 120-139 80-89 Hipertensi (derajat 1) 140-159 90-99 Hipertensi (derajat 2) >160 >100 2. Nadi Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya 60-100 x/menit Takikardi jika > 100 x/menit dan Bradikardi jika < 60 x/menit Lokasi pemeriksaan denyut nadi diantaranya : a. Arteri radialis b. Arteri ulnaris c. Arteri brachialis d. Arteri karotis e. Arteri temporalis superfisial f. Arteri maksiliaris eksterna g. Arteri femoralis h. Arteri dorsalis pedis i. Arteri tibialis posterior

Skala ukuran kekuatan/kualitas nadi (Keperawatan Klinis, 2011) Level Nadi 0 Tidak ada 1+ Nadi menghilang, hampir tidak teraba, mudah menghilang 2+ Mudah teraba, nadi normal 3+ Nadi penuh, meningkat 4+ Nadi mendentum keras, tidak dapat hilang 3. Respiration Rate (RR) Yang dinilai pada pemeriksaan pernafasan adalah : tipe pernafasan, frekuensi, kedalaman dan suara nafas. Respirasi normal disebut eupnea (laki-laki : 12 20 x/menit), perempuan : 16-20 x/menit) RR > 24 x/menit : Takipnea RR < 10 x/menit : Bradipnea

4. Nadi, RR, dan tekanan darah (TD) berdasarkan usia (Keperawatan Klinis, 2011) Usia Nadi RR TD sistolik (kali/menit) (kali/menit) (mmhg) Dewasa (>18 tahun) 60-100 12-20 100-140 Remaja (12-18 60-100 12-16 90-110 tahun) Anak-anak (5-12 tahun) Pra sekolah (4-5 tahun) Bawah 3 tahun/toddler (1-3 tahun) 70-120 18-30 80-110 80-140 22-34 80-100 90-150 24-40 80-100 Bayi (1 bulan 1 tahun) Baru lahir/infant (0-1 bulan) 100-160 30-60 70-95 120-160 40-60 50-70 5. Suhu Lokasi pemeriksaan suhu tubuh : mulut (oral) tidak boleh dilakukan pada anak/bayi, anus (rectal) tidak boleh dilakukan pada klien dengan diare, ketiak (aksila), telinga (timpani/aural/otic) dan dahi (arteri temporalis). - Hipotermia (<35 C) - Normal (35-37 C) - Pireksia/febris (37-41,1 C) - Hipertermia (>41,1 C )

LOKASI PENGUKURAN SUHU PERBEDAAN TEMPERATUR HASIL Suhu Aksila Lebih rendah 10 C dari suhu oral Suhu rektal Suhu aural/timpani Lebih tinggi 0,4-0,50 C dari suhu oral Lebih tinggi 0,80 C dari suhu oral