BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan guru dalam meningkatkan motivasi belajar PAI di. membuat RPP (perencanaan pelaksanaan pembelajaran).

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Mata Pelajaran Fiqh siswa MTs Darul Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Kesulitan Belajar yang Dihadapi Oleh Siswa pada Mata Pelajaran Al-

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: PT. Fajar Interpratama, 2011). Hal Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Menurut Usman

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasar hasil pembahasan analisis data melalui pembuktian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB II KERANGKA TEORITIS

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cet. 1,hlm 6. (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), hlm ), hlm. 48.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Disiplin Belajar terhadap

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TERAS, BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA KELAS I SDN 7 KUTE PANANG. Zaki Al Fuad 1 dan Zuraini 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari meningkatnya

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI EDUKATIF GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SD NEGERI 18 BANDA ACEH. Rizawati, Sulaiman, Alfiati Syafrina

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari sesuatu, kita akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. Ciputat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. rangka membangun masa depan. Karena itu, pendidikan berperan. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

BAB V PEMBAHASAN. melakukan pembiasaan dalam pendidikan karakter. Pada masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Gambut berlokasi di Jalan Ahmad Yani Km.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB 1 PENDAHULUAN. penyaluran dan penempatan siswa pada program peminatan. Program peminatan

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTs NURUL HUDA BANYUPUTIH BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

KORELASI SIKAP PERCAYA DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR. Sukarman Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram.

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Posisi strategis ini dapat tercapai apabila pendidikan. yang dilaksanakan mempunyai kualitas.

Oleh: Parliyah SDN 3 Watuagung, Watulimo, Trenggalek

BAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian

PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. tentang: a). deskripsi data, b). temuan penelitian, c). analisis data. di paparkan temuan penelitian sebagai berikut :

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. 1. sangat penting artinya dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Sultan Agung Jabalsari Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Oleh karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu pelajarannya kepada siswa, tetapi guru juga sebagai motivator bagi siswa agar memiliki orientasi dalam belajar. Guru harus mampu menumbuhkan dan merangsang semua potensi yang terdapat pada siswanya serta mengarahkan agar mereka dapat memanfaatkan potensinya tersebut secara tepat sehingga siswa dapat belajar dengan tekun untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Motivasi belajar sangat berperan penting dalam menentukan hasil belajar siswa. Dengan adanya motivasi, siswa akan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran dan mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru selalu memperhatikan masalah motivasi yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Sebagai seorang siswa rasa lelah, jenuh dan beberapa alasan lain bisa muncul setiap saat. Seperti yang ada di MTs Sultan Agung Jabalsari ini, motivasi siswa selalu mengalami penurunan akibat jenuh dalam pembelajaran berlangsung dan juga dari siswa-siswa yang belum bisa membaca Al-Qur an mereka mengabaikannya. 121

122 Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengungkapkan bahwa: Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada tingkat tererampilan berikutnya. Selain itu, kejenuhan dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan (boring) dan keletihan. 143 Sehingga ketika guru melihat siswanya tidak bergairah dalam mengikuti pembelajaran, disinilah guru sangat berperan penting dalam memberikan motivasi, dorongan, dan memberikan respon positif guna membangkitkan kembali semangat siswa yang mulai menurun. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rustiyah sebagaimana yang dikutip Muntahibun Nafis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengungkapkan bahwa Seorang guru menjadi motivator yakni memberikan dorongan dan semangat agar siswa mau giat belajar. 144 Selain pernyataan tersebut, Sardiman dalam bukunya Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar mengungkapkan bahwa: Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. 145 Dari pernyataan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi siswa selalu mengalami pasang surut sehingga apabila motivasi turun maka 143 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet. XI, hal. 165 144 Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan, hal. 94 145 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi, hal. 145

123 akan berakibat siswa jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan selain mentransfer ilmu, guru juga bertanggung jawab untuk meningkatkan minat anak untuk belajar. Tidak dapat kita menyangkal bahwa motivasi belajar siswa satu dengan yang lainnya sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru untuk terus memotivasi kepada siswa supaya selalu memiliki semangat belajar dan menjadi siswa berprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal. Apalagi siswa yang belum bisa membaca Al-Qur an, guru harus mampu menumbuhkan dan merangsang motivasi siswa dalam hal kecintaan siswa terhadap Al-Qur an. Sehingga dengan begitu, semangat belajar siswa dan keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran khususnya belajar membaca Al-Qur an sedikit demi sedikit ada perubahan dan peningkatan. B. Strategi Guru Al-Qur an Hadits dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Sultan Agung Jabalsari a. Melalui pengarahan Dalam proses pembelajaran, guru harus memberikan arahan agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Memberikan arahan tersebut dalam diri anak akan tumbuh ketertarikan dan minat dalam belajar membaca Al-Qur an. Dengan demikian, maka motivasi bukan hanya dapat menggerakkan siswa untuk beraktivitas saja,

124 tetapi melalui motivasi belajar siswa akan mengarahkan aktivitasnya secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nana Syaodih dalam bukunya Landasan Psikologi Proses Pendidikan bahwa pemberian pengarahan yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang bagus. 146 Selain pernyataan tersebut, Sardiman dalam bukunya Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar mengungkapkan bahwa jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. 147 Dari pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa melalui arahan yang cukup siswa akan menggerakkan dirinya untuk beraktivitas secara sungguh-sungguh dengan adanya motivasi yang bagus, sehingga pada diri anak tumbuh ketertarikan dan minat untuk belajar membaca Al- Qur an sesuai dengan tujuan yang diharapkan. b. Melalui pembiasaan Dalam menumbuhkan motivasi belajar membaca Al-Qur an yaitu melalui pembiasaan, siswa disuruh untuk membaca Al-Qur an setiap pagi sebelum pelajaran dimulai. Jadi 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai siswa harus sudak masuk di dalam kelas untuk membaca Al-Qur an. Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Indah Komsiyah 146 Nana Syaodih, Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2009), hal. 68 147 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi, hal. 145

125 dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran bahwa salah satu cara untuk memberikan pendidikan adalah dengan cara memberikan kebiasaan yang baik dalam kehidupan mereka. 148 Pembiasaan dinilai sangat efektif, jika pembiasaan ini dilakukan secara terus-menerus sehingga anak akan terbiasa melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa melalui pembiasaan membaca Al-Qur an diharapkan akan memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat terbiasa dan terlatih untuk membaca Al-Qur an dalam kehidupan sehari-hari. c. Memberikan nilai Dalam memberikan angka atau nilai, hal ini dilakukan karena kebanyakan dari siswa belajar hanya untuk mecapai nilai yang baik. Umumnya hasil belajar siswa itu ditunjukkan melalui angka atau nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan serangkaian proses evaluasi hasil belajar. Sehingga nilai yang diberikan akan mempengaruhi motivasi belajar mereka. Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sardiman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, mengungkapkan bahwa: Angka atau nilai adalah sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Sehingga biasanya yang di kejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai yang baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. 149 148 Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), cet. I, hal. 50 149 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi, hal. 92

126 Selain pernyataan tersebut, Syaiful Bahri dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengungkapkan bahwa: Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada anak didik biasanya bervariasi sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka. 150 Dari pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa memberikan nilai kepada siswa merupakan salah satu alat untuk memotivasi belajar siswa. Namun guru harus berhati-hati dalam memberikan nilai, karena hasil yang dicapai siswa itu atas usahanya sendiri atau bukan. Oleh karena itu, kearifan guru dituntut agar memberikan penilaian tidak sembarangan sehingga tidak merugikan siswa yang betul-betul belajar. d. Memberikan hukuman Dalam memberikan hukuman guru harus berhati-hati usahakan hukuman yang diberikan adalah hukuman yang mendidik, karena kalau tidak bisa-bisa motivasi belajar siswa menjadi menurun. Hal semacam ini banyak terjadi di lapangan, dimana guru memberikan hukuman secara berlebihan yang mengakibatkan siswa menjadi benci terhadap guru dan motivasi belajar menurun drastis. Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengungkapkan bahwa: 150 Syaiful Bahri dan Azwan Zain, Strategi Belajar, hal. 149

127 Hukuman adalah reinforcement yang negatif, tetapi diperlukan dalam pendidikan. Hukuman dimaksudkan disini tidak seperti hukuman penjara atau hukuman potong tangan. Tetapi adalah hukuman yang bersifat mendidik. 151 Selain pernyataan tersebut, Sardiman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, mengungkapkan bahwa: Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. 152 Dari pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa hukuman yang diberikan guru kepada siswa harus yang bersifat mendidik seperti pengasingan, teguran ataupun sindiran terhadap siswa. Hukuman yang guru berikan bertujuan untuk menunjukkan kesalahan siswa. Siswa yang mendapat hukuman dapat mengetahui kekeliruan dan memperbaiki diri dalam pengalaman belajar selanjutnya. Dalam pembelajaran guru dapat memberikan hukuman yang mendidik siswa supaya selain memberikan efek jera juga siswa mendapat manfaat positif dari hukuman tersebut, sehingga dapat lebih menigkatkan motivasi belajar dan hasil belajar yang maksimal. e. Mengadakan kompetisi Dengan mengadakan kompetisi maka akan menimbulkan motivasi siswa untuk semangat belajar. Dengan cara demikian banyak siswa termotivasi dan tentu menjadi dorongan untuk terus belajar dan belajar. Di MTs Sultan Agung Jabalsari biasanya guru Al-Qur an Hadits 151 Ibid., hal. 156 152 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi, hal. 94

128 mengadakan kompetisi diakhir pembelajaran dan hal ini untuk mengetahui penyerapan siswa terhadap materi yang baru saja disampaikan. Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sardiman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, mengungkapkan bahwa Kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 153 Dari pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya kompetisi yang diberikan guru maka siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga kompetisi sangat baik digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. f. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya. Sehingga agar suasana belajar tidak membosankan, guru harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat. Karena jika suasana belajar membosankan motivasi anak mudah turun akhirnya belajar tidak maksimal. Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Miftahul A la dalam bukunya Quantum Teaching bahwa: Karena perilaku yang baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairahkan. Oleh karena 153 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, hal. 93

129 itu, selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan ucapan salam dengan wajah yang cerah, kemudian berdo a bersama tentu anak-anak akan senang. Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah memantulkan energi positif yang dapat mempengaruhi semangat para siswa. 154 Dari pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sangat penting dilakukan oleh guru karena apabila suasana belajar yang menjenuhkan maka akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa. g. Memberikan pujian Pujian adalah kata-kata yang mampu mendorong siswa untuk lebih semangat belajar. Siswa sangat semangat sekali untuk belajar apabila didorong untuk mendapatkan pujian yang baik dari gurunya maupun teman-temannya, sehingga siswa akan merasa bangga. Oleh karena itu, pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, maka akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar sekaligus akan membangkitkan harga dirinya. Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengungkapkan bahwa: Pujian adalah alat motivasi yang positif. Setiap orang senang dipuji tak peduli tua atau muda, bahkan anak-anak pun senang dipuji atas sesuatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakannya dengan baik. Orang yang dipuji merasa bangga karena hasil kerjanya mendapat pujian dari orang lain. 155 Selain pernyataan tersebut, Sardiman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, mengungkapkan bahwa: 154 Miftahul A la, Quantum Teaching, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), hal. 61 155 Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, hal. 151

130 Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupaka motivasi yang baik. 156 Dalam kegiatan belajar mengajar, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Guru dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan siswa. Siswa senang mendapat perhatian dari guru, karena siswa merasa diawasi dan dia tidak akan dapat berbuat menurut kehendak hatinya. Pujian dapat berfungsi untuk mengarahkan kegiatan siswa pada hal-hal yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Memberikan pujian harus betul-betul sesuai dengan hasil kerja siswa dan juga jangan memuji secara berlebihan. Pujian secara berlebihan akan terkesan sebaliknya yaitu pujian yang dibuat-buat. Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seorang guru secara wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar. Dengan adanya berbagai bentuk upaya yang dilakukan diatas, dimaksudkan untuk memberikan semangat kepada siswa. Agar dapat menyentuh ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Berdasarkan pernyataan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan upaya yang dilakukan tersebut untuk menambah semangat siswa untuk lebih giat lagi belajarnya. Tetapi guru juga harus mengetahui karakteristik psikologi siswa dan mengetahui latar belakang yang 156 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, hal. 94

131 menyebabkan mereka malas maupun jenuh dalam belajar dan kurang termotivasi. Dengan adanya upaya dari guru untuk menumbuhkan morivasi belajar siswa ini, maka secara tidak langsung akan meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya belajar membaca Al- Qur an. C. Upaya Guru Al-Qur an Hadits dalam Menanamkan Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Sultan Agung Jabalsari Dalam meningkatkan motivasi belajar yang lebih baik lagi, tentu memerlukan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti yang telah dilakukan di MTs Sultan Agung Jabalsari yaitu mengadakan kerjasama lembaga dengan orang tua, kerjasama lembaga dengan madrasah diniyah dan juga mengadakan ekstrakurikuler. Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kusnadi sebagaimana yang telah diikuti oleh Pupuh dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, bahwa kerjasama sebagaimana dua orang atau lebih untuk melakukan aktifitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan pada suatu target atau tujuan. 157 Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Qur an pada siswa adalah dengan mengadakan kerjasama dengan orang 157 Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar, hal. 147

132 tua dan madarah diniyah. Hal ini sangat membantu dengan kegiatan siswa khususnya dalam hal belajar membaca Al-Qur an. Sedangkan menurut Muhaimin dalam bukunya Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah, bahwa: Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau kependidikan yang berkemampuan dan berkewajiban di sekolah atau madrasah. 158 Kegiatan ekstrakurikuler ini ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Adapun ekstrakurikuler dalam upaya meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Qur an siswa ini adalah kegiatan tartil Qur an. Oleh karena itu, agar siswa dalam meningkatkan motivasi belajarnya maksimal, kegiatan ini harus dikelola secara profesional. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan masing-masing dalam membaca Al-Qur an, sehingga siswa akan dibimbing sesuai dengan kemampuannya. 158 Muhaimin, dkk, Pngembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 74-75