EVALUASI SANITASI DAN KEBERADAAN VEKTOR PADA KAPAL BARANG DAN KAPAL PENUMPANG DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL

ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Health Regulation 2005 (IHR), World Health Organization

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dijadikan tempat berkembang penyakit dan vector penular penyakit.

HUBUNGAN SANITASI KAPAL DENGAN KEBERADAAN TIKUS PADA KAPAL YANG BERLABUH DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN KECOA PADA KAPAL MOTOR YANG SANDAR DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI KAPAL DAN KEBERADAAN VEKTOR PEMBAWA PENYAKIT (LARVA NYAMUK,

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

HUBUNGAN SANITASI KAPAL DENGAN KEPADATAN KECOA PADA KAPAL MOTOR YANG SANDAR DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

PENYUSUNAN INDEKS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG)

BAB 1 PENDAHULUAN. Peraturan Kesehatan Internasional/International Health Regulation (IHR) tahun

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN JUNI 2016

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN OKTOBER 2016

Sanitasi Penyedia Makanan

TINJAUAN FASILITAS SANITASI KAPAL MOTOR RATU MARIA JURUSAN MANADO-TALAUD TAHUN 2010

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN APRIL 2017

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN JANUARI 2016

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN FEBRUARI 2016

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HIGIENE DAN SANITASI TERMINAL PELABUHAN RORO KOTA DUMAI TAHUN 2012

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN NOVEMBER 2016

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

ABSTRACT. Keywords : Sanitation, Canteen, Flies Density

3. Pengelolaan air kotor dan kotoran manusia (Sawage and Exreta Disposal) 4. Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation)

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

Alumni Kesehatan Lingkungan FKM Unhas. ( / ) ABSTRACT

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA BUNGUS BULAN APRIL TAHUN 2017

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah, sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA SIKAKAP BULAN JANUARI 2017

NILAI STANDAR SUB UNSUR. Sub Unsur/Klasifikasi Data 1 <

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan suatu populasi sangat ditentukan oleh kondisi tempat- tempat dimana

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Riki Nur Pratama. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

KONSEP DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

LAPORAN KEGIATAN DI WILAYAH KERJA BUNGUS BULAN MARET TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKAT SANITASI KAPAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN

GAMBARAN HIIGIENE DAN SANITASI SARANA FISIK SERTA PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMBALAH BATUNG AMUNTAI TAHUN 2013

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT SANITASI PADA KAPAL YANG SANDAR DI PELABUHAN PANGKALBALAM PANGKALPINANG TAHUN 2005

No Nama Jabatan HK H S I A Ct DL Ket

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

BAB III METODE PENELITIAN

SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST

ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat pengetahuan sanitasi makanan, pemilihan tempat makan.

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH FAKTOR RISIKO TERHADAP KEBERADAAN VEKTOR PENYAKIT DI KAPAL PADA PELABUHAN TEMBILAHAN TESIS OLEH M. HIDAYATSYAH /IKM

GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA SANITASI RUMAH WARGA DENGAN JUMLAH TIKUS DAN KEPADATAN PINJAL DI DESA SELO KECAMATAN SELO BOYOLALI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar

KONDISI SANITASI TERMINAL MABU UN KABUPATEN TABALONG

Transkripsi:

EVALUASI SANITASI DAN KEBERADAAN VEKTOR PADA KAPAL BARANG DAN KAPAL PENUMPANG DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Intan Aulia Putri*, Tri Joko**, Nikie Astorina Y. D.** *) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro **) Dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Kota Semarang 50239, Indonesia *) Email: intanauliaputri25@gmail.com ABSTRACT Ship sanitation is very important because it can prevent and minimize the presence of vector as the cause of disease transmission like Leptospirosis and Cholera. A proper evaluation by the Port Health Office, especially the Environmental Risk Control Section as the technical implementation of of ship sanitation inspection. This study aims to determine the condition of hygiene, sanitation, and the presence of vector on the cargo and passenger ship in Tanjung Emas Port. This research was an observational study with cross sectional approach. The sample of this research was 16 ship consisting of 12 cargo ship and 4 passenger ship that have an inspection schedule on May 31 June 11 2017. The results of this study indicate that there are some variables that unqualified, they are kitchen sanitation (6,25%), kitchen lighting (6,25%), washing facilities in the kitchen (100%), solid waste management (6,25%), and presence of vectors (14,5%). The conclusion of this study are there are ships that have unquilified room sanitation and solid waste management, also be found ships with high risk categories. Keywords : sanitation, ship, vector, tanjung emas port, Semarang PENDAHULUAN Alat transportasi laut masih menjadi pilihan alternatif selain transportasi darat dan udara karena memiliki beberapa kelebihan antara lain daya angkut yang lebih besar dan biaya yang lebih rendah. 1 Semakin berkembangnya teknologi, kapal sebagai alat transportasi laut tidak hanya melayani perjalanan dalam negeri tetapi juga luar negeri. Hal tersebut menyebabkan peningkatan frekuensi dan jumlah perjalanan antar negara yang menyebabkan peningkatan penyebaran penyakit, khususnya penyakit karantina seperti Pes, Yellow fever dan Kolera. 2 Penyebaran penyakit-penyakit tersebut dapat dilakukan dengan menjaga kondisi higiene sanitasi kapal sehingga keberadaan vektor dan binatang penular penyakit dapat dihilangkan. Berdasarkan penelitian di Pelabuhan Makassar tahun 2008 menunjukkan bahwa 677

kawasan Pelabuhan di Indonesia belum bebas dari vektor.hal tersebut disebabkan karenaditemukannya vektor berupa nyamuk, lalat, dan kecoa pada 29 kapal yang diperiksa. 3 Pelabuhan Tanjung Emas Semarang merupakan wilayah kerja dari KKP Semarang yang memiliki wilayah terluas yaitu 11,24 Ha daerah perimeter dan 136,36 Ha daerah buffer. Selain itu, Pelabuhan Tanjung Emas merupakan satusatunya pelabuhan di Semarang sehingga menyebabkan tingginya vektor sehingga kapal perlu mendapatkan tindakan sanitasi desinseksi, desinfeksi, dekontaminasi, dan fumigasi. Keberadaan vektor dan binatang penular penyakit pada kapal dapat meningkatkan penyebaran penyakit pada kapal sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap higiene sanitasi dan keberadaan vektor pada kapal khususnya kapal barang dan kapal penumpang karena merupakan jenis kapal dengan frekuensi keberangkatan dan kedatangan yang tinggi di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada kapal barang dan kapal penumpang yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.Teknik sampling dilakukan dengan membatasi waktu penelitian selama 11 hari yang merupakan waktu terlama suatu kapal PELNI untuk kembalibersandar. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan aktivitas masuk dan keluarnya kapal.dari semua kapal masuk dan keluar Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, masih terdapat beberapa kapal yang memiliki risiko kesehatan yang tinggi saat dilakukan pemeriksaan sanitasikapal. Pada tahun 2016, KKP Semarang telah menerbitkan sebanyak 26 Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) yang menunjukkan bahwa masih ditemukan faktor risiko pada kapal saat dilakukan pemeriksaan sanitasi dan keberadaan observasi atau pemeriksaan sanitasi dan keberadaan vektor pada kapal barang dan kapal penumpang dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar pemeriksaan sanitasi kapal dan keberadaan vektor dari KKP Semarang. Hasil pemeriksaan pada lembar observasi dibandingkan dengan persyaratan pada Handbook for Inspection of Ships and Issuance of Ship Sanitation Certificates untuk menentukan sub variabel memenuhi syarat atau tidak. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS dengan beberapa langka yaitu editing, coding, entry data, dan tabulating.editing dilakukan dengan memperbaiki dan melengkapi informasi pada lembar hasil observasi.coding dilakukan dengan memasukkan kode pada software SPSS yaitu 1 untuk memenuhi syarat dan 2 untuk tidak memenuhi syarat.entry data adalah langkah yang dilakukan dengan memasukkan data-data pada lembar observsi ke dalam softwareagar lebih mudah diolah.tabulating yaitu 678

menyajikan data yang sudah diolah dalam bentuk tabel. Data dianalis menggunakan analisis univariat yang dilakukan dengan menyajikan sata menggunakan tabel distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Kapal Distribusi karakteristik kapal yang dilakukan pemeriksaan disajikan pada tabel 1: Tabel1.Distribusi Karakter istik Kapal yang diperiksa pada tanggal 31 Mei-10 Juni2017 Karakteristik Kapal f % Jenis Kapal Kapal Barang 12 75 Kapal Penumpang 4 25 Bendera Kapal Dalam Negeri 13 81,25 Luar Negeri 3 18,75 Kelengkapan Ruangan Kapal Ruangan Lengkap 10 62,5 Ruangan TidakLengkap 6 37,5 Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik kapal yang diperiksa terdiri dari 12 kapal barang (75%) dan 4 kapal penumpang (25%) yang sebagian besar merupakan kapal dari dalam negeri dan memiliki ruangan yang lengkap. Berdasarkan PerMenkes Nomor 40 tahun 2015, kapal dikatakan lengkap jika memiliki ruang dapur, ruang rakit makanan, gudang, kargo, ruang tidur, dan ruangmesin. 4 Kapal dalam negeri yang dilakukan pemeriksaan sanitasi merupakan kapal yang akan melakukan perpanjangan sertifikat sanitasi kapal. Sedangkan pemeriksaan pada kapal luar negeri merupakan pemeriksaan rutin yang harus dilakukan pada setiap kapal luar negeri yang bersandar.hal tersebut disebabkan karena kapal dari luar negeri dianggap sebagai kapal yang berasal dari daerah karantina. Sanitasi Ruangan Pemeriksaan sanitasi ruangan meliputi sanitasi dapur, sanitasi ruang rakit makanan, sanitasi gudang, sanitasi kargo, sanitasi ruang tidur, sanitasi ruang mesin, 679

dan fasilitas medis. Pada dapur pengap. Temperatur udara yang pemeriksaan sanitasi ruanganruangan tersebut, terdapat 27 baik pada ruangan berkisar antara 24- beberapa sub variabel yang tidak C atau 75-80 F sehingga ruangan memenuhi syarat pada ruang menjadi sejuk dan kelembaban dapur. Distribusi pemeriksaan ruangan terjaga. 5 Pencahayaan dapur sanitasi dapur disajikan pada tidak memenuhi syarat karena cahaya tabel 2: yang masuk ke dapur kurang sehingga Tabel 2. Distribusi Hasil tidak dapat digunakan untuk membaca Observasi koran dengan nyaman. Hal tersebut SanitasiDapur disebabkan karena jendela di dapur Subvariabel f % sebagai sumber cahaya berukuran Kebersihan kecil sehingga cahaya yang masuk Memenuhi Syarat 15 93,75 terbatas. Sarana pencucian pada Tidak Memenuhi 1 6,25 seluruh kapal yang diperiksa belum memenuhi syarat karena hanya Syarat Pertukaran Udara menggunakan saluran pencucian Memenuhi Syarat 15 93,75 dengan air biasa dan tidak dilengkapi dengan saluran pencucian air panas. Tidak Memenuhi 1 6,25 Berdasarkan persyaratan pada Syarat Handbook for Inspection and Issuance Pencahayaan of Ship Sanitation Certificate, dapur Memenuhi Syarat 15 93,75 yang bersih adalah tidak tampak Tidak Memenuhi 1 6,25 Syarat Pencucian Memenuhi Syarat 0 0 Tidak Memenuhi 16 100 Syarat Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pemeriksaan sanitasi dapur, sub variabel belum memenuhi syarat pada seluruh kapal yaitu kebersihan (6,25%), pertukaran udara (6,25%), pencahayaan (6,25%), dan sarana pencucian(100%). Kebersihan dapur belum memenuhi syarat karena ditemukan sisa-sisa sayuran di lantai dapur. Hal itu disebabkan karena kurangnya kesadaran awak kapal untuk membersihkan dapur setelah melakukan kegiatan memasak. Pertukaran udara di dapur tidak memenuhi syarat karena ukuran jendela di dapur kecil sehingga sirkulasi udara di kotoran, tertata rapi, dan sampah dibuang pada tempatnya. Pertukaran udara dapur yang baik adalah asap dapur dibuang melalui cerobong asap, exhauster, atau ventilasi biasa. Sedangkan pada sub variabel pencahayaan dikategorikan baik jika dapat digunakan untuk membaca koran dengan nyaman. Sarana pencucian di dapur yang baik adalah dilengkapi dengan saluran air panas dan bahan pembersih khusus. 6 Sedangkan menurut PerMenKes Nomor 1069 tahun 2011, fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan salah satunya adalah membersihkan setiap perlatan dengan larutan kaporit 50 ppm atau dengan menggunakan air panas 80 C. 7 Agar hasil pemeriksaan sanitasi dapur dapat memenuhi syarat, awak kapal harus rutin membersihkan ruangan kapal khususnya dapur setelah melakukan kegiatan memasak.perbaikan kondisi pertukaran udara dan pencahayaan di 680

dapur dapat dilakukan dengan memperbesar ukuran jendela di dapur yang berguna sebagai tempat pertukaran udara dan sumber cahaya.sedangkan sarana pencucian di dapur sebaiknya dilengkapi dengan saluran air panas dan bahan pembersih khusus. Fasilitas Medis Pemeriksaan sanitasi ruangan selain memeriksa setiap ruangan di kapal juga termasuk di dalamnya melakukan pemeriksaan terhadap fasilitas medis di kapal. Distribusi hasil pemeriksaan fasilitas medis disajikan pada tabel 3. 681

Tabel3.Distribusi Hasil Pemeriksa seperti Singapore sehingga masih dalam kondisi segar. Penyimpanan an makanan sudah dipisahkan antara FasilitasMedis makanan kering yang diletakkan di SubVariabel f % rak dan bahan makanan basah P3K yang disimpan dalam lemari es. Penyiapan makanan makanan dilakukan secara higienes dengan Obat-obatan memperhatikan kebersihan mahan Memenuhi Syarat 15 93,25 makanan, tempat, dan orang yang Tidak MemenuhiSyarat 1 6,25 mengolah makanan. Pelayanan Tabel 3. Menunjukkan pada hasil pemeriksaan fasilitas medis di kapal terdapat sub variabel yang tidak memenuhi syarat yaitu ketersediaan obatobatan sebesar 6,25%. Hal tersebut disebabkan karena jumlah obat-obatan tidak sesuai dengan jumlah awak kapal. Menurut Handbook for Inspection and Issuance of Ship Sanitation Certificate, fasilitas medis pada kapal memenuhi syarat jika ketersediaan P3K dan obat- obatan sesuai dengan ukuran kapal, jumlah penumpang, dan polapelayaran. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman Higiene Sanitasi Makanan Distribusi hasil pemeriksaan higiene sanitasi makanan disajikan pada tabel 3: Tabel4.Distribusi Hasil Observasi Higiene SanitasiMakanan SubVariabel f % Bahan Makanan Penyimpanan Makanan Penyiapan Makanan Memenuhi Syarat 14 87,5 Tidak Memenuhi Syarat 2 12,5 Pelayanan Makanan Tidak MemenuhiSyarat 0 0 682 makanan sudah dilakukan oleh koki yang sudah bersertifikat. 6 Higiene Sanitasi Minuman Distribusi hasil pemeriksaan higiene sanitasi minuman disajikan pada tabel 4: Tabel5. Distribusi Hasil Observasi Higiene Sanitasi AirMinum SubVariabel f % Ketersediaan Air Minum Siap Saji Kualitas Air Minum Memenuhi Syarat 15 93,25 Tidak Memenuhi Syarat 1 6,25 Ketersediaan Sumber Air Sarana Penyimpanan Air Sarana Penyaluran Air Tidak MemenuhiSyarat 0 0

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada pemeriksaan higiene sanitasi makanan, terdapat satu sub variabel yang tidak memenuhi syarat yaitu penyiapan makanan. Kondisi tersebut disebabkan karena penyiapan makanan tidak dilakukan secara higienis yaitu dilakukan di dapur yang ditemukan vektor pada saat pemeriksaan. Bahan makanan pada kapal yang diperiksa sebagian besar berasal dari Indonesia dan negara tetangga Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat satu sub variabel yang tidak memenuhi syarat pada hasil pemeriksaan higiene sanitasi air minum yaitu kualitas air minum sebesar 6,25%. Hal tersebut disebabkan karena hasil pengukuran kualitas sisa klor air minum yang menunjukkan angka 0 ppm. Berdasarkan persyaratan pada Handbook for Inspection and Issuance of Ship Sanitation Certificate, air minum yang baik adalah memiliki kondisi fisik yang jernih, nilai ph 6,5-8; dan kansungan sisa klor sebesar 0,2 0,4 ppm. Berdasarkan KepMenKes Nomor 431 tahun 2007, kadar sisa klor yang kurang dari 0,2 ppmmenunjukkan 683

bahwa proses chlorinasi yang dilakukan belum sempurna. 8 kegiatan memasak salah satunya dengan membuang sisa bahan makanan pada tempat sampah yang sudah tersedia di dapur. Pengelolaan Limbah Pengelolaan limbah pada kapal terdiri dari pengelolaan limbah padat / sampah, limbah Keberadaan Vektor Keberadaan vektor pada kapal cair, air tergenang / permukaan, dapat meningkatkan risiko penularan dan air ballast. Variabel- penyakit seperti pes, yellow fever, variabel pemeriksaan dan kolera. Pes sebagai salah satu pengelolaan limbah telah penyakit karantina merupakan salah memenuhi syarat pada seluruh kapal kecuali variabel satu vector borne disease yang pengelolaan limbahpadat ditularkan melalui tikus sebagai / sampah. Distribusi hasil reservoir dan pinjal sebagai vektor. 9 pemeriksaan pengelolaan Distribusi hasil pemeriksaan limbah padat / sampah keberadaan vektor dan binatang disajikan pada tabel 5. penular penyakit disajikan pada Tabel6.Distribusi Hasil Observasi Pengelolaan Limbah Padat / Sampah SubVariabel f % Keberadaan Sampah Memenuhi Syarat 15 93,25 Tidak Memenuhi Syarat 1 6,25 Pengumpulan Limbah Pengolahan Limbah Pembuangan Limbah Tidak MemenuhiSyarat 0 0 Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat satu sub variabel yang tidak memenuhi syarat pada pemeriksaan pengelolaan limbah / sampah yaitu keberadaan sampah sebesar 6,25%. Pada pemeriksaan pengelolaan limbah ditemukan sampah (sisa sayuran) di lantai dapur salah satu dapur kapal barang.hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran dari awak kapal untuk membersihkan tabel6: Tabel 7. Distribusi Hasil Observasi Keberadaan Vektor dan Binatang Penular Penyakit Keberadaan Vektor dan f % BPP Tidak Tampak Tanda-tanda 14 87,5 Tampak Tanda-tanda 12 12,5 Total 16 100 kapal khususnya ruangan dapur setelah melakukan kegiatan memasak. Berdasarkan persyaratan pada Handbook for Inspection and Issuance of Ship Sanitation Certificate, sebuah kapal diharuskan bersih yaitu tidak tampak adanya limbah padat / sampah yang berserakan. 6 Pengelolaan limbah padat di kapal dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran awak kapal untuk membersihkan ruangan kapal khususnya dapur setelah melakukan 684

Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 12,5% kapal yang ditemukan vektor pada saat dilakukan pemeriksaan. Vektor yang ditemukan berupa kecoa berjenis americana pada satu kapal barang dan satu kapal penumpang. Pada kapal barang ditemukan kecoa pada lantai dapur, sedangkan pada kapal penumpang ditemukan kecoa pada beberapa ruangan seperti dapur, kamar mandi, dan geladak.berdasarkan Handbook for Inspection and Issuance of Ship Sanitation Certificate, tidak boleh ditemukan vektor dan binatang penular penyakit padakapal. Keberadaan vektor pada kapal dapat dihilangkan dengan memperbaiki kondisi higiene sanitasi kapal seperti sanitasi ruangan, higiene sanitasi makanan minuman, dan pengelolaan limbah. Pengelolaan sampah yang tidak baik dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat menyebabkan 685

perkembangbiakan vektor seperti tikus, kecoa, dan lalat. 10 Risiko Gangguan Kesehatan pada Kapal Pemeriksaan sanitasi dan keberadaan vektor pada kapal bertujuan untuk mengetahui risiko gangguan kesehatan pada kapal. Risiko gangguan kesehatan pada kapal dikatakan rendah apabila memenuhi persyaratan pemeriksaan sanitasi kapal dan tidak ditemukan tanda-tanda atau keberadaan vektor. Distribusi status risiko gangguan kesehatan pada kapal disajikan pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Skoring Penilaian Higiene Sanitasi dan Keberadaan Vektor Nomor Kapal Variabel yang Memenuhi Syarat Keberadaan Vektor Risiko Gangguan Kesehatan Kapal 1 39 Ada Risiko Tinggi Kapal 2 40 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 3 40 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 4 40 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 5 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 6 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 7 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 8 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 9 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 10 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 11 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 12 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 13 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 14 43 Tidak Ada Risiko Rendah Kapal 15 36 Ada Risiko Tinggi Kapal 16 42 Tidak Ada Risiko Rendah Hasil penilaian pada pemeriksaan kondisi sanitasi kapal menunjukkan bahwa seluruh kapal yang diperiksa memiliki kondisi sanitasi yang baik karena jumlah sub variabel yang memenuhi syarat 30, sedangkan pada pemeriksaan keberadaan vektor terdapat dua kapal yang ditemukan vektor. Berdasarkan tabel 8, terdapat dua kapal yang memiliki risiko gangguan kesehatan tinggi yang disebabkan karena ditemukannya vektor pada saatpemeriksaan. KESIMPULAN 1. Pada pemeriksaan sanitasi ruangan, terdapat beberapa sub variabel yang tidak memenuhi syarat antara lain kebersihan, pencahayaan, pertukaran udara, pencucian di dapur, dan ketersediaan obatobatan. Hasil 686

pemeriksaan kebersihan, pertukaran udara, pencahayaan, dan ketersediaan obat-obatan yang dilakukan pada 16 kapal menunjukkan bahwa terdapat 1 kapal barang (6,25%) yang belum memenuhi syarat. Sedangkan hasil pemeriksaan terhadap sub variabel pencucian di dapur menunjukkan bahwa 16 kapal yang diperiksa (100%) tidak memenuhisyarat. 2. Pemeriksaan kondisi higiene sanitasi makanan dan minuman menunjukkan bahwa seluruh kapal yang diperiksa telah memenuhi syarat pada seluruh sub variabel menurut Handbook for Inspection of Ships and Issuance of Ship SanitationCertificates. 3. Pemeriksaan pengelolaan limbah di kapal terdiri dari pengelolaan limbah padat, limbah cair, dan genangan air. Hasil pemeriksaan pengelolaan limbah cair dan genangan air pada kapal 687

menunjukkan bahwa seluruh kapal yang diperiksa telah memenuhi syarat. Sedangkan pada pengelolaan limbah padat menunjukkan bahwa 6,25% kapal yang diperiksa tidak memenuhi syarat karena ditemukan sisa-sisa sayuran yang tidak dibuang pada tempat sampah di ruang dapurkapal. 4. Hasil pemeriksaan keberadaan vektor menunjukkan bahwa 14,5% kapal yang diperiksa tidak memenuhi syarat karena pada saat pemeriksaan ditemukan vektor berupa kecoa berjenis americana pada satu kapal barang dan satu kapal penumpang. Pada kapal barang, kecoa ditemukan di ruangan dapur sedangkan pada kapal penumpang ditemukan pada dapur, kamar mandi, dan ruang geladak / deck. 5. Pada pemeriksaan santasi dan keberadaan vektor pada 16 kapal, 14 (87,5%) kapal dikategorikan sebagai kapal dengan risiko rendah dan 2 (14,5%) kapal dikategorikan sebagai kapal risiko tinggi. Pada kapal barang, selain ditemukan keberadaan vektor juga ditemukan beberapa sub variabel pada penilaian sanitasi ruangan yang tidak memenuhi syarat yaitu kebersihan, pencahayaan, pertukaran udara dapur, dan keberadaan sampah. Sedangkan pada kapal penumpang, seluruh sub variabel penilaian sanitasi ruangan, higiene sanitasi makanan, dan pengelolaan limbah telah memenuhisyarat. DAFTAR PUSTAKA 1. Khusyairi A. Analisis Kinerja Pelayanan Operasional Peti Kemas di Pelabuhan Pangkalbalam Kota Pangkalpinang. Fropil. 2016;4 (2):74-86. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 425/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Karantina Kesehatan di Kantor KesehatanPelabuhan. 3. Nirwan, Arsin AA, Ishak H. Faktor yang Berhubungan Dengan Keberadaan Vektor Aedesaegypti di Kapal Dalam Wilayah Pelabuhan Makassar. 2010;6(3):129-135. 4. Peraturan Menteri KesehatanNo 40 Tahun 2015 tentang Sertifikat Sanitasi Kapal. 5. Baharuddin, Klara S, Hendro. Analisis Efektivitas Sistem Pengkondisian Udara pada Ruang Penumpang Kapal Ferry New Camelia. Group Teknik Perkapalan. 2011;5:1-12. 6. World Health Organization. Buku Panduan Untuk Pemeriksaan Kapal Dan Penerbitan Sertifikat Sanitasi Kapal: Handbook for Inspection of Ships and Issuance of Ship Sanitation Certif Cates.;2005. 7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 / MENKES / PER / VI / 2011 tentang Higiene SanitasiJasaboga. 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 431/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan dipelabuhan. 9. Rahmawaty E. Partisipasi Ibu 688

dalam Pemasangan Live Trap terhadap Jumlah Tangkapan Tikus dan Pinjal. J Kesehat Masy. 2013;8(2):113-120. doi:issn 1858-1196. 10. Mandagie HY. Tinjauan Fasilitas Sanitasi Kapal Motor Ratu Maria Jurusan Manado-Talaud. 2011; 1(1):28-38. 689