BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

Oleh : Sadhu Pramudita Adhikara NIM : F

BAB II LANDASAN TEORI. Perdagangan Internasional atau International Business dapat

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA )

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. terutama mengenai peraturan kepabeanan dan dilakukan oleh seorang

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

BAB II LANDASAN TEORI

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS

ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.04/2007 TENTANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 28/BC/2013 TENTANG

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN.

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

BAB III OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya. PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PERANAN FREIGHT FORWARDING DALAM TRANSPORTASI LAUT PADA PT. YICHENGINTERNATIONAL DI JAKARTA. Tugas Akhir

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.04/2012

PROSES PENANGANAN IMPORT MELALUI FREIGHT FORWADER (STUDI KASUS PADA PT.CITRA MANDIRI TRANS)

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

PROSES HANDLING IMPOR DENGAN LCL PADA PT.INDOTRANS ARMADA BUANA DI. Tugas Akhir. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Persyaratan

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

PERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM MENUNJANG AKTIVITAS EKSPOR PADA PT. ARINDO JAYA MANDIRI SEMARANG

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

Menimbang : Mengingat :

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 232/PMK. 04/2009 TENTANG KAWASAN PELAYANAN PABEAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. yang menjadi bahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139/PMK.04/2007 TENTANG PEMERIKSAAN PABEAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

EFEKTIFITAS PROSES PENYELESAIAN BARANG IMPOR MELALUI DOKUMEN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum. 1. Sejarah Perusahaan. PT Puninar Jaya didirikan pada tahun 1969 sebagai perusahaan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

BAB 4 PENUTUP Prosedur Pelaporan Pajak Impor Barang Di PT. Lintas Niaga Jaya. sampai dengan clearance documenct. Seperti B/L, PIB, dll.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah :

BAB II LANDASAN TEORI. peraturan perudang-undangan yang berlaku (Tandjung, 2011: 379).

PROSEDUR IMPOR DRUM SALTED HEAD PIECES PADA PT. SEGARAMAS SENAPUTERA SEMARANG

PROSEDUR EKSPOR DALAM MENDUKUNG KEGIATAN MIGAS. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

KONSOLIDASI LCL EKSPOR PADA PT. INDOTRANS ARMADA BUANA SEMARANG. Tugas Akhir. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-tugas Dan Memenuhi Persyaratan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 30/BC/2010 TENTANG

LAMPIRAN. Hasil Wawancara 1. Jabatan: Manajer Operasional PT. BARUGA CARGOTRANS. 1. PT. BARUGA CARGOTRANS perusahaan yang bergerak di bidang

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PERUSAHAAN. bergerak di bidang jasa Freight Forwarder dan berdiri pada tanggal 26

148/PMK.04/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KE

PERUBAHAN KETENTUAN MANIFES. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE DENGAN KERANGKA KERJA TOGAF (THE OPEN GROUP ARCHITECTURE FRAMEWORK) PADA PT PUMA LOGISTICS INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. negara yang melakukan liberalisasi atau reformasi ekonomi yang. ditunjang pula dengan majunya teknologi komunikasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2014 TENTANG

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website :

PERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI TRANSPORTASI LAUT BAB I PENDAHULUAN

-8- NOTA HASIL PENELITIAN MANIFEST (NHPM) Nomor:.(3). Tanggal:. (4)..

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

PERAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK) DALAM PROSES IMPOR BARANG BESERTA DOKUMEN YANG TERKAIT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Peranan freight forwarder dalam proses pengiriman barang ekspor melalui transportasi laut BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Ekspor. Barang Impor. Pengeluaran.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 56/BC/2012


BAB III GAMBARAN UMUM PENGAWASAN PABEAN DAN PENETAPAN TINGKAT RISIKO DI BIDANG IMPOR A. PENGAWASAN DALAM REGISTRASI IMPORTIR

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENT ANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR EKSPOR FULL CONTAINER LOAD (FCL) PADA PT. INDOTRANS ARMADA BUANA SEMARANG

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-15/BC/1999 TENTANG PETUNJUK UMUM PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 30/BC/2009 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebelum laporan Tugas Akhir yang penulis kerjakan, telah banyak penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan yang sama mengenai ekspor dan impor, hal ini penulis jadikan sebagai bahan acuan dalam mengerjakan laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas adalah 1. Tugas Akhir DIII Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta dengan judul Prosedur Pengangkutan Barang Ekspor Pola FCL Melalui Jasa Ekspedisi Muatan Kapal Laut pada PT Arjuna Cakra Buana Tahun 2010 oleh Sadhu Pramudita Adhikara. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa PT Arjuna Cakra Buana merupakan perusahan jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) yang melakukan pengangkutan barang ekspor tipe FCL dengan prosedur pengangkutan yang sesuai dengan EMKL lain pada umumnya dan menggunakan dokumen yang dibutuhkan serta melibatkan pihak terkait dalam pengangkutan barang ekspor. 2. Tugas Akhir DIII Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta dengan judul Proses Penanganan Import melalui Freight Forwarder (Studi kasus pada PT Citra Mandiri Trans) Tahun 2009 oleh Anggar Septa Altius. Dalam penelitiannya 7

8 dijelaskan bahwa PT Citra Mandiri Trans merupaka perusahaan jasa Freight Forwarder yang telah diberi kuasa oleh importir untuk mengurus dokumen impor dan memiliki tanggung jawab sebagai pihak penting dalam pelaksanaan impor. Dokumen yang diurus oleh PT Citra Mandiri Trans meliputi Bill of Lading master, house BL, Overseas Invoice, Manifest, Notice Arrival serta pengurusan DO. Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan terdapat persamaan dan perbedaan dengan Tugas Akhir yang penulis buat. 1. Persamaannya yaitu, adanya bahasan kasus yang sama mengenai proses penanganan ekspor dan impor, serta persamaan bidang perusahaan yang dijadikan bahan observasi serta praktek dalam penulisan Tugas Akhir, yakni pada perusahaan EMKL 2. Perbedaannya ialah, nama perusahaan penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu di PT Puninar Jaya, sehingga output yang dihasilkan juga akan memiliki perbedaan. Inti penelitian yang penulis tulis dalam Tugas Akhir ini juga memiliki perbedanaan dengan penelitian terdahulu yang ada. B. Landasan Teori 1. Pengertian Ekspor Impor a. Ekspor Menurut Sasono (2013 :12) Ekspor adalah kegiatan menjual produk dari satu Negara ke Negara lain melewati batas terluar wilayah

9 kepabeanan suatu Negara, dengan tujuan mendapatakan devisa yang sangat dibutuhkan Negara, menciptakan lapangan kerja bagi pasar tenga kerja domestic, mendapatkan pemasukan bea keluar dan pajak lainnya, serta menjaga keseimbangan antara arus barang dan arus uang beredar di dalam negeri b. Impor Impor adalah memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukan sebagai barang impor dan terutang bea masuk (Pasal 1 (1) UU No. 10/1995 jo. UU No. 17/2006) Sedangkan menurut Altius (2009 : 9) Impor adalah kegiatan memasukan barang dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan konsekuensi barang tersebut harus melalui daerah pabean suatu negara agar impor tersebut dapat dianggap sebagai impor yang sah sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. 2. Dokumen dalam transaksi Impor Menurut Tobi (2011 : 14) Dokumen yang lazim digunakan dalam transaksi perdagangan luar negeri/ transaksi impor antara lain: a. Bill of Lading Adalah suatu jenis dokumen yang dikeluarkan oleh maskapai pelayaran sebagai bukti bahwa barang telah diterima dan dimuat di atas kapal (on board) untuk dibawa ke tempat tujuan.

10 b. Invoice Adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan / dikeluarkan oleh eksportir/supplier yang mengandung perincian barang-barang yang dikirim yang menyangkut jumlah barang, jenis/nma barang, harga barang, cara penyerahan, dan lain sebagainya. c. Packing List Adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh supplier/eksportir yang menerangkan mengenai jenis dan cara pengepakan barang, apakah dikemas dalam peti kemas,peti kayu, karung dan lain sebagainya. d. Certificate of Origin Adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan/ dibuat oleh Istansi/ pihak tertentu yang berwenang, yang menjelaskan tentang Negara asal barang. Dokumen ini diminta oleh importir/buyer untuk membuktikan bahwa barang yang dibelinya adalah benar buatan Negara yang diinginkan/dimintanya. Untuk Cetificate yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia dikenal dengan General System of Preference (GSP) From A,B,C dan sebagainya. e. Insurance Police Adalah suatu dokumen yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi yang menyatakan kesediaan untuk memberi pengganti karena suatu kerugian atas barang yang diangkut, misalnya karena kerusakan, kapal pengangkutan tenggelam dan lain sebagainya.

11 Selain dokumen yang disebutkan di atas, ketika barang impor sampai di Negara tujuan ada beberapa dokumen yang harus dilengkapi untuk mengeluarkan barang dari gudang penumpukan untuk selanjutnya dikirm ke gudang Importir/buyer.Dokumen tersebut antara lain: a. DO (Delivery Order) DO adalah dokumen yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran kepada importir yang berisi bahwa barang impor sudah sampai di pelabuhan. b. PIB (Pemberitahuan Impor Barang) Dokumen ini dibuat berdasarkan berkas dokumen utama seperti BL. Invoice, Packing List dan lainnya untuk dilaporkan ke kantor bea cuka. PIB dibuat rangkap lima dan 11amp dilaporkan ke kantor bea cukai secara manual maupun secara elektronik (EDI) 3. Perusahaan Jasa Pengurusan Proses pengangkutan barang baik dari gudang ke pelabuhan maupun sebaliknya importir dan eksportir menggunakan jasa dari EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) atau Freight Forwarding. Kedua badan jasa ini berhubungan dengan perusahaan pelayaran dalam pengurusan barang impor maupun ekspor. a. EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) Ekspedisi Muatan Kapal Laut adalah usaha pengurusan dokumen dan muatan yang akan diangkut melalui kapal atau pengurusan dokumen dan muatan yang berasal dari kapal (Suyono 2005 : 36).

12 Dalam hal ini EMKL dipercaya oleh eksportir dan importir untuk mengurus segalam macam keperluan baik yang berkaitan dengan pelayaran maupun dengan pihak pabean dan bea cukai. Peranan sebuah EMKL sangat penting dalam hal ini, menyangkut barang yang akan di ekspor dapat muat ke kapal tapat waktu atau tidak, serta 12 amp tidaknya barang impor keluar dari gudang pelabuhan. b. Frieight Forwarding Freight forwarder adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan jasa pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik melalui darat, laut, dan udara ( Suyono, 2005 : 251 ) Bersumber dari pengertian diatas, dalam pengurusan barang impor dan ekspor, perusahaan jasa EMKL dan Freight Forwading memiliki fungsi yang 12amper sama, hanya saja ruang lingkup yang dimilki Freight Forwading lebih luas, sedangkan EMKL hanya terbatas pada muatan kapal laut dan tidak berkomunikasi dengan pihak impor maupun ekspor yang ada diluar Negara. 4. Penggunaan peti kemas / container Peti kemas adalah suatu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk

13 menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada di dalamnya ( Suyono, 2005 : 275 ). Petikemas adalah Suatu peti empat persegi panjang, tahan cuaca, digunakan untuk mengangkut dan menyimpan sejumlah muatan kemasan dan barang-barang curah yang melindungi isinya dari kehilangan dan kerusakan, dapat dipisahkan dari alat transportasi, diperlakukan sebagai satuan muat dan jika pindah kapal tanpa harus dibongkar isinya ( PPEI, 2009 ) a. Ukuran peti kemas Ukuran peti kemas yang telah ditetapkan oleh badan international standard organization( ISO ) adalah sebagai berikut : 1). Container20 Dry freight( 20 feet) Ukuran luar : 20 ( p ) x 8 ( l ) x 8 6 ( t ) atau : 6.058 x 2.438 x 2.591 m Ukuran dalam Kapasitas Pay Load : 5.919 x 2.340 x 2.380 m :Cubic Capacity : 33 Cbm : 22.1 ton Sumber : PT Puninar Jaya (2015) Gambar 2.1 Container 20 Feet

14 2). Container40 Dry freight ( 40 feet) Ukuran luar : 40 x 8 x 8.6 atau : 12.192 x 2.438 x 2.591 m Ukuran dalam : 12.045 x 2.309 x 2.379 m Kapasitas Pay Load :Cubic Capacity : 67,3 Cbm : 27,396 ton Sumber : PT Puninar Jaya (2015) Gambar 2.2 Container 40 Feet Standard 3). Container40 High Cube Dry Ukuran luar : 40 x 8 x 9 6 atau : 12.192 x 2.438 x 2.926 m Ukuran dalam : 12.056 x 2.347 x 2.684 m Kapasitas :Cubic Capacity : 76 Cbm Pay Load : 29,6 ton

15 Sumber : PT Puninar Jaya (2015) Gambar 2.3 Container 40 Feet High Cube 5. Status Peti kemas Dalam pengangkutan peti kemas dari suatu negara ke negara lainnya terdapat dua status pengiriman peti kemas yaitu : ( Suyono, 2005 : 284 ) a. Full container load( FCL ) Muatan dari satu shipper dikonsolidasikan oleh Freight Forwarder dalam petikemas FCL dan dikapalkan ke negara tujuan sebagai muatan peti kemas FCL yang ditujukan kepada agen konsolidator. Oleh agen konsolidator petikemas tersebut statusnya tetap petikemas LCL dan kemudian muatan diserahkan kepada satu consingnee. Status ini mempunya ciri-ciri sebagai berikut : a. Petikemas berisi barang atau muatan dari satu shipper ke satu consignee. b. Petikemas diisi (stuffing) oleh shipper atau dapat melalui perantara forwader dan petikemas yang sudah diisi

16 langsung diserahkan di container yard (CY) di pelabuhan muat. c. Di pelabuhan bongkar petikemas diambil oleh consignee di container yard (CY) dan di-unstuffing oleh consignee. d. Perusahaan pelayaran tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan barang yang ada dalam petikemas Shipper e. FCL CY Moda Angkuta FCL CY Consigne Sumber : Suyono (2005:284) Gambar 2.4 Pola FCL-FCL b. Less than container load ( LCL ) Pola pengangkutan LCL dapat diartikan bahwa pola pengangkutan LCL adalah pengangkutan satu container penuh yang berasal dari beberapa shipper (eksportir) dan ditujukan kepada satu consignee (importir) Ciri ciri dari less than container load adalah : a. Peti kemas berisi muatan dari beberapa Shipper dan ditujukan untuk beberapa consignee. b. Muatan diterima dalam keadaan breakbulk dan diisi ( stuffing ) di container freight station( CFS ) oleh perusahaan pelayaran.

17 c. Di pelabuhan bongkar, peti kemas di bongkar ( un-stuffing) di CFS oleh perusahaan pelayaran dan diserahkan kepada beberapa consignee dalam keadaan breakbulk. d. Perusahaan pelayaran bertanggung jawab atas barang yang diangkut dalam peti kemas Shipper Shipper Shipper FCL CY Moda Angkuta FCL CY Consigne Consigne Consigne Sumber : Suyono (200:284) Gambar 2.5 Pola LCL-LCL 6. Pengeluaran Barang Impor Menurut Suyono (2005,) Untuk menyelesaikan pengurusan barang yang diimpor, yang secara mutlak melibatkan peran Bea dan Cukai, pihak importir pada umumnya menghubungi PPJK yang berupa perusahaan EMKL memberikan Bill of Lading ke perusahaan pelayaran yang mengangkut barang impor tersebut untuk ditukar dengan Delivery Order (DO). Setelah membayar sewa gudang dengan DO ini barang impor dapat dikeluarkan dari Gudang/ container yard pelayaran. Barang hanya dapat dikeluarkan dari pelabuhan/ kawasan pabean setelah mendaptkan SPPB. Seperti pada Gambar 2.6

18 Sumber : Suyono (2005: 445) Gambar 2.6 Proses Penyelesaian Barang Impor Dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : P-08/BC/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor: P-42/BC/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor untuk Dipakai, ada beberapa aturan yang harus dipenuhi antara lain a. Pertukaran Data Elektronik yang selanjutnya disingkat dengan PDE menggunakan standar yang disepakati bersama

19 b. Dokumen pelengkap Pabean meliputi Invoice, Packing List, Bill of Lading, dan dokumen lain yang dipersayaratkan c. TPS merupakan Tempat Penimbunan Sementara dimana digunakan untuk menimbun barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluaran barang. C. Kerangka Pemikiran Dalam pengurusan pengeluaran barang impor tentunya diperlukan ketelitian serta ketepatan dalam memeriksa dan mengurus dokumen. Beberapa proses harus dilakukan secara benar dan berurutan, sehingga barang yang telah sampai di pelabuhan bisa segera dikeluarkan dan dikirim ke gudang importir. PROSEDUR PENGELUARAN BARANG IMPOR MENGGUNAKAN DOKUMEN LENGKAP DAN DILAKUKAN SECARA BENAR BARANG IMPOR DITERIMA IMPORTIR TEPAT WAKTU SERTA EFISIENSI BIAYA Sumber : Di olah oleh Penulis (2015) Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran