1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga salah satu fenomena dunia, dan menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan bagi manusia dan olahraga pada dasarnya mempunyai peran yang sangat strategis bagi upaya pembentuukan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk pembangunan. Olahraga merupakan kebutuhan manusia yang merupakan unsur pokok dan sangat berpengaruh dalam pembentukan jiwa (rohani) dan jasmani (raga/tubuh) yang kuat. Sebagaimana sesuai dengan semboyan Yunani Kuno yang berbunyi : Orandum est ut sit, mens sana in corpore sano yang dapat diartikan semoga hendaknya, dalam badan/tubuh/raga yang kuat bersemayam jiwa yang sehat. Sehingga setiap manusia yang sering melakukan kegiatan olahraga akan memiliki kesehatan rohani dan jasmani yang lebih baik dibanding manusia yang jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan olahraga. Selain itu seiring dengan perkembangan olahraga, olahraga juga digunakan sebagai sarana untuk mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa maupun daerah. Hal tersebut dapat dicapai melalui prestasi yang membanggakan dibidang olahraga. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportivitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Suatu kenyataan yang bisa diamati dalam dunia olahraga, menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan prestasi 1
2 olahraga yang pesat dari waktu ke waktu baik tingkat daerah, nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari pemecahan-pemecahan rekor yang terus dilakukan pada cabang olahraga tertentu, penampilan teknik yang efektif dan efisien dengan ditinjau oleh kondisi fisik yang baik. Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Kegiatan olahraga mencakup berbagai macam cabang seperti atletik, permainan, olahraga air, olahraga beladiri, dan lainlain. Ilmu keolahragaan merupakan ilmu terapan yang lintas disiplin antar ilmu yang terkait dan relevan, maka dalam pelaksanaan pembinaan olahraga untuk mencapai prestasi yang optimal atau maksimal, perlu ditangani secara komprehensif dan terpadu. Aspek-aspek yang terkait dalam pembinaan olahraga diantaranya adalah: (1) Aspek olahraga; menyangkut permasalahan fisik: pembinaan fisik, pembinaan teknik, pembinaan taktik, kematangan bertanding, pelatih, program latihan dan evaluasi, (2) Aspek medis; menyangkut permasalahan: fungsi organ tubuh (jantung, paru-paru, saraf, otot, indera, dan lainnya), gizi, cedera, dan pemeriksaan, (3) Aspek psikologis; menyangkut permasalahan: ketahanan mental, kepercayaan diri, penguasaan diri, disiplin dan semangat juang, ketekanan, ketekunan, dan kecermatan, dan motivasi. Faktor biologis atau fisik yaitu yang berkaitan dengan struktur, postur dan kemampuan biomotor yang ditentukan secara genetik, merupakan salah satu
3 faktor penentu prestasi yang terdiri dari komponen dasar, yaitu: kekuatan (strength), daya tahan (endurance), daya ledak (explosivepower), kecepatan (speed), fleksibiltas (flexibility), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), dan koordinasi (coordination), masih memungkinkan untuk dibina dikembangkan sesuai dengan batas-batas kemampuan biomotorik yang ada pada atlet muda yang masih tumbuh dan berkembang. Mengingat sangat kompleks masalah pembinaan olahraga prestasi, maka strategi pembinaan olahraga ini perlu ditangani secara profesional, baik dalam manajemen maupun dalam keilmuannya. Setiap cabang olahraga seperti sepakbola, renang, atletik memiliki sistem, strategi dan metode pelatihan fisik yang berbeda untuk mencapai dan meningkatkan prestasi olahraga. Perbedaan pelatihan fisik ini dapat dilihat dari perbedaan gerakan-gerakan pada setiap cabang olahraga tersebut seperti halnya olahraga disabilitas. Olahraga memiliki dimensi yang sangat luas, olahraga mampu menembus semua lapisan masyarakat baik status sosial ekonomi, masyarakat mayoritas maupun masyarakat minoritas atau yang disebut orang dengan kebutuhan khusus. Mereka yang berkubutuhan khhusus ini juga merasakan dampak dari olahraga baik manfaat bagi jasmani mereka maupun manfaat rohaninya. Dengan olahraga kaum disabilitas ini mereka merasa sama dengan orang yang normal bahwa mereka juga mampu melakukannya. Olahraga disabilitas sekarang ini tidak lagi dipandang sebelah mata karena mereka juga dapat berprestasi layaknya orang normal bahkan ada beberapa dari mereka dapat mengambil bagian even olahraga orang yang tidak berkubutuhan khusus.
4 Perang dunia mempengaruhi pandangan penyandang difabel secara umum. Sebelum perang, individu penyandang cacat dianggap sebagai beban pada masyarakat. Setelah perang dunia berakhir banyak veteran perang kembali ke rumah dengan gangguan fisik dan kebutuhan psikologis, program baru harus diletakkan di tempat untuk membantu membuat transisi kembali ke masyarakat. Pemerintah Inggris dikreditkan dengan menjadi yang pertama untuk mengakui kebutuhan ini dengan membuka Cedera Spinal Centre di Stoke Mandeville Hospital di Aylesbury, Inggris, pada 1944 Sir Ludwig Guttmann, direktur pusat rumah sakit tersebut, memperkenalkan olahraga kompetitif sebagai bagian integral dari rehabilitasi veteran cacat. Dengan bimbingan Guttmann ini, pertama Stoke Mandeville Game untuk Lumpuh diadakan pada tahun 1948. Pada 1950-an, olahraga untuk menyebar rehabilitasi di seluruh Eropa dan di seluruh Amerika Serikat. Selama ini kompetisi dan acara olahraga untuk individu di kursi roda muncul di seluruh Eropa. Pada zaman sekarang ini penyandang difabel masih dianggap rendah oleh sebagian orang dan menganggap bahwa atlet difabel tidak mampu mengembangkan kreativitasnya dan prestasinya, padahal atlet difabel mampu berpartisipasi dalam meningkatkan memajukan olahraga, berprestasi dan mampu mengikuti pesta olah raga Paralimpiade (Paralympic). Atlet difabel juga mampu membuktikan kemuliaan, kepercayaan diri, dan implementasi nilai-nilai kemanusiaan dengan mengikuti olahraga Paralimpiade (Paralympic). Sesungguhnya prestasi yang ditorehkan para atlet disabilitas yang berkiprah kian mengagumkan. "Spirit in Motion" yang menjadi moto Gerakan Paralympic kian
5 menginspirasi kalangan penyandang difabel untuk bisa sejajar dalam segenap aktivitas pergaulan global. Olahraga memberikan dampak yang nyata tuk kehidupan mereka bukan sekedar kegembiraan yang mereka dapat melainkan jaga persamaan hal ini sesuai dengan butir ke lima dari panca sila bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Oleh karena itu pemerintah saat ini sudah memberikan kebijakan yang nyata dengan beberapa kebijakan baik nasional maupun daerah utuk menyelenggarakan even-even olahraga disabilitas sehingga orang disabilitas juga dapat berprestasi sehingga dapat mengangkat harkat martabat dari bangsa indonesia maupun membawa nama daerahnya. Di Indonesia banyak terdapat para penyandang difabel yang memiliki potensi luar biasa untuk diajak berpartisipasi dan berprestasi dalam bidang olahraga. Penyandang cacat adalah setiap orang yang memiliki kelainan fisik yang dapat mengganggu kegiatan selayaknya manusia yang normal. Kita akan memahami makna hidup yang sesungguhnya bila kita terus-menerus memaknai apa arti hidup, namun kita akan bisa merasakan makna sesungguhnya ketika kita menyaksikan penampilan para atlet penyandang disabilitasyang berpartisipasi dan berpretasi di dunia olahraga. Pemerintah harus dapat memberikan solusi agar mereka dapat lebih semangat untuk hidup, salah satunya yaitu diajak untuk ikut memajukan bidang olah raga khususnya bagi para penyandang disabilitas. pemerintah wajib membina dan memfasilitasi penyandang disabilitas untuk meningkatkan rasa pecaya diri dan meningkatkan prestasi dalam bidang olah raga.
6 Salah satu kejuaraan olahraga bagi penyandang disabilitas yang dapat dikembangkan adalah wheelchair race atau yang dkenal dengan kursi roda balab. Olah raga ini adalah olahraga atletik pada lintasan yang dimodivikasi untuk disabilitas hanya saja atlet tidak berlari melainkan menggunakan kursi roda yang telah dimodivikasi untuk race, begitu juga untuk nomor nomor yang dipertandingkan tidak jauh beda dengan nomor nomor pada kejuaraan lintasan atletik hanya dibedakan berdasarkan kecacatan atau kelas. Atlet disabilitas sama halnya dengan atlet normal yang ingin menunjukan kemampuan dan dapat berprestasi walaupun dengan keterbatasan. Latihan fisik dalam setiap cabang olahraga merupakan pondasi utama dalam pembinaan teknik, taktik serta mental selanjutnya. Semua komponen biomotor harus dapat dikembangkan untuk menunjang prestasi atlet. Dengan modal fisik yang prima tentunya atlet akan dapat menguasai tahap latihan selanjutnya. Pembinaannya meliputi faktor fisik, teknik, taktik, dan mental.. Unsur kondisi fisik yang diperlukan pada wheelcair race antara lain, power, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi, dan fleksibilitas. Demikian juga pada Pembinaan Prestasi atlet disabilitas wheelcair di Jawa Tengah dalam upaya mencapai prestasi yang maksimal, perlu meningkatkan kemampuan fisiknya. faktor fisik berhubungan dengan struktur morfologis berkaitan erat dengan bentuk tubuh atlet yang ideal, misalnya tinggi badan dan panjang tungkai atlet. Sementara itu, struktur anthropometri berhubungan dengan pengukuran kemampuan atlet dalam melakukan gerakan-gerakan yang berkaitan dengan
7 cabang olahraga yang digelutinya. Fisik yang prima merupakan salah satu aset penting yang harus dipertahankan seorang atlet. Faktor fisik berhubungan dengan postur tubuh yang ideal juga berkaitan dengan daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, agilitas, koordinasi gerak, dan kekuatan seorang atlet, baik dalam latihan maupun dalam menghadapi pertandingan. Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Faktor Anthropometri dan Kemampuan Fisik Dominan Terhadap Prestasi Wheelchair race. B. Rumusan Masalah Rumusan masalahan dalam penelitian ini adalah faktor antropometri (panjang lengan, berat badan), dan faktor kemampuan fisik (power lengan, kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok) yang manakah dominan pada Prestasi Wheelchair race nomor track 100 meter? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor anthropometri dan kemampuan fisik yang dominan terhadap Wheelchair race.
8 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat: 1. Secara teoritis mendukung dan memperkaya ilmu pengetahuan pada variabel anthropometri dan kemampuan fisik terhadap Prestasi Wheelchair race 2. Memberikan acuan dan masukan bagi atlet dengan faktor domain terhadap Prestasi Wheelchair race. 3. Bagi peneliti secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding dan pertimbangan bila para peneliti akan mengadakan penelitian.