BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu kejadian luar biasa dalam

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

I. IDENTITAS RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 1, Januari 2017 ISSN (p) -- ISSN (e)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

SUMMARY HASNI YUNUS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program kelanjutan dari

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

Langkah-langkah Anti Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan penyakit DBD tahun 2013 di Indonesia yaitu 41,25 per 100.000 penduduk. Laju kematian dari tahun ke tahun sangat tinggi mulai dari 41,4% pada tahun 1968 terus menurun sampai menjadi 0,7% tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013). Dalam Sosialisasi Pencegahan DBD, penyuluhan tentang pencegahan DBD harus sering dilakukan agar masyarakat termotivasi untuk ikut berperan serta dalam upaya-upaya tersebut. Untuk daerah Sumatera Utara angka kejadian DBD mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2013, jumlah kasus DBD tercatat 4.732 dengan (IR) sebesar 35 per 100.000 penduduk, dibanding tahun 2012 angka ini mengalami kenaikan yaitu 4.367 kasus dengan IR sebesar 33 per 100.000 penduduk. Hal ini masih sangat jauh dari indikator keberhasilan program sebesar 5 per 100.000 penduduk (Dinkes Pemprovsu, 2013). Pada tahun 2002 sudah ditemukan penderita DBD sebanyak 3 kasus setelah Kota Padangsidimpuan berpisah dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Angka kejadian DBD terjadi penurunan dan kenaikan dari tahun 2008 sampai 2013 yaitu sebanyak 17 kasus tahun 2008, 20 kasus tahun 2009, 16 kasus tahun 2010, 18 kasus tahun 1

2 2011, 66 kasus tahun 2012 dan terdapat 2 orang yang meninggal, dan 43 kasus tahun 2013. Kota Padangsidimpuan merupakan kota yang sporadis terhadap kasus DBD karena kasus yang ada tidak selalu menetap di setiap daerah (kecamatan). Kecamatan Padangsidimpuan Selatan merupakan kecamatan yang lebih banyak kasus DBD yaitu 13 kasus di Puskesmas Padangmatinggi dan 6 kasus di Puskesmas Sidangkal. Kemudian yang kedua paling banyak adalah Kecamatan Padangsidimpuan Utara yaitu 12 kasus di Puskesmas Sadabuan.Kecamatan Padangsidimpuan Selatan memiliki 28 sekolah dasar berjumlah 6.174 orang yang terdiri 3.168 laki-laki dan 3.006 perempuan. Ada 2 sekolah yang memiliki jumlah kasus DBD yaitu SDN 200208 tahun 2013 ditemukan 2 kasus dan SDN 200220 ada 1 kasus, dimana dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kejadian DBD perlu diwaspadai mengingat DBD merupakan penyakit menular dan merupakan penyakit endemik yang cepat menimbulkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat (Dinkes Kota Padangsidimpuan, 2013). Mengingat tempat hidup (habitat) nyamuk Aedes aegypti adalah tempattempat yang terdapat pada air bersih antara lain bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum burung, tempat penampungan air di dispenser, dan tempat pembuangan air dibawah kulkas. Beberapa faktor etiologi yang ditemukan berhubungan dengan penyakit DBD adalah faktor host (umur, jenis kelamin, mobilitas), faktor lingkungan (kepadatan rumah, adanya tempat perindukan nyamuk, tempat peristirahatan nyamuk, kepadatan nyamuk, angka bebas jentik, curah hujan), dan faktor perilaku (pola tidur dan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk) (Wahyono dkk, 2010). Curah hujan

3 yang tinggi saat musim penghujan misalnya, dapat menimbulkan banjir dan genangan air di suatu wadah/media yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, seperti cekungan di pagar bambu, pepohonan, kaleng bekas, ban bekas, atap atau tulang rumah) (Kemenkes RI, 2013). Upaya pemberantasan vektor dilakukan melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular demam berdarah dengue di tempat-tempat perkembang biakannya. Cara pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan melakukan menguras, menutup, mengubur (3M) plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain populasi nyamuk Aedes aegypty dapat dikendalikan sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Nuryanti, 2013). Efektifitas PSN diukur dengan melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB). Kegiatan PJB menghasilkan indikator Angka bebas Jentik (ABJ) yang menggambarkan kepadatan jentik. Pelaporan data ABJ belum mencakup seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan upaya harus dilakukan secara komprehensif berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Menurut Notoatmodjo (2010) promosi kesehatan untuk masalah kesehatan ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perilaku dan non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya). Untuk faktor perilaku upaya yang dilakukan dapat melalui dua pendekatan, yakni: pendidikan (education) dan paksaan atau tekanan (coersion). Pendekatan paksaan (coersion) yang dilakukan kepada masyarakat agar melakukan tindakan-tindakan untuk terpelihara dan meningkatnya kesehatan masyarakat

4 tersebut, hasilnya akan cepat tetapi tidak akan langgeng karena tidak didasari oleh pemahaman dan kesadaran untuk berperilaku seperti yang diperintahkan. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat dikarenakan pendidikan merupakan upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberi kesadaran dan sebagainya. Tentunya dengan cara ini perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu yang lama, dibandingkan dengan cara koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan. Dengan demikian pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat sangat penting untuk terus dilakukan karena mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Salah satu metode pendidikan kesehatan adalah melalui pendidikan teman sebaya, yang merupakan suatu bentuk pendidikan yang dilakukan oleh pendidikan sebaya. Pendidik sebaya dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah orang yang menjadi narasumber (trainer) bagi kelompok anak sekolah sebayanya yang telah mengikuti pelatihan pendidikan sebaya PSN. Pendidikan sebaya sebaiknya adalah anak sekolah yang aktif dalam kegiatan belajar di dalam kelas, misalnya anak sekolah yang berprestasi. Pendidik sebaya dapat membawa perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku pada kelompok sebayanya. Pendidik sebaya menjadi metode pilihan dalam menyapaikan informasi karena

5 pendidik sebaya menggunakan bahasa kurang lebih sama, sehingga informasi yang disampaikan mudah dipahami oleh kelompok sebayanya (Simamora, 2009). Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap melalui pendidikan kesehatan khususnya pendidikan sebaya. berdasarkan hasil penelitian Dalimunthe (2013), bahwa pendidikan sebaya dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap pencegahan narkoba, ini dikarenakan intervensi yang dilakukan tidak hanya satu arah tetapi juga dilakukan partisipatif dan tingkatan pengetahuan siswa tidak hanya sekedar tahu tetapi sampai pada tahap analisis. Pada dasarnya pendidikan sebaya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan perilaku melalui pendidikan. Agar kegiatan pendidikan sebaya dapat mencapai hasil yang maksimal, maka metode dan media pelatihan perlu mendapat perhatian yang besar dan harus disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan kombinasi berbagai media akan sangat membantu dalam proses pendidikan kesehatan. Metode pendidikan kesehatan dengan penyuluhan dapat dibagi berdasarkan jumlah sasaran (perorangan, kelompok, massa). Pada penelitian Aisah tahun 2010 menyatakan bahwa perbedaan rata-rata pengetahuan, sikap, dan keterampilan terjadi karena pengaruh intervensi edukasi kelompok sebaya yang dilakukan dalam penelitian tersebut setelah dikontrol dengan variabel umur dan pendidikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa intervensi edukasi kelompok sebaya benar- benar bermakna dalam perubahan perilaku. Pendidikan sebaya tentang PSN berkaitan erat dengan peran serta anak sekolah dasar dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk (yang dapat dilakukan seperti kegiatan PSN. Seharusnya memahami bahwa program PSN adalah cara yang

6 paling utama, efektif dan sederhana, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Kegiatan PSN dengan cara 3M plus ini harus didukung oleh peran serta anak sekolah dasar secara terus menerus dan berkesinambungan mengingat nyamuk ini telah tersebar luas di seluruh tempat baik di rumah-rumah, sekolah dan tempat-tempat umum. Komunikasi dalam pendidikan sebaya melalui metode dan media (alat peraga) penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan harus disesuaikan dengan sasaran. hasil penelitian Rumondang (2008) memperlihatkan bahwa pelatihan pendidikan kesehatan berpengaruh positif terhadap perilaku aktif anak sekolah dasar terhadap pencegahan DBD. Penyuluhan DBD berkaitan erat dengan peran serta anak sekolah dasar dalam upaya pencegahan penanggulangan DBD. Anak sekolah dasar seharusnya memahami bahwa PSN adalah cara yang paling utama, efektif dan sederhana. Hal ini merupakan potensi yang besar jika dapat diberdayakan dalam melaksanakan pemberantasan penyebaran DBD di lingkungan sekolah, rumahnya masing-masing. Apabila seluruh siswa mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap yang baik dapat melaksanakan kegiatan PSN di rumah masing-masing maka diharapkan akan terjadi peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang dihubungkan dengan penurunan kasus DBD di Kecamatan Padang Sidempuan selatan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Lagiono (2000) yang mengemukakan bahwa ada keterpaduan anak sekolah dasar dan ibu rumah tangga dalam kebiasaan menguras, menutup dan mengubur secara periodik seminggu sekali di rumah.

7 Media pendidikan sebaya merupakan alat untuk menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan fungsinya media dibedakan menjadi media cetak, media elektronik, dan media papan (Yulianti, 2013). Media alat peraga dimaksudkan mengerahkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman (Maulana, 2009). Menurut penelitian para ahli, indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah indera pandang. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), media yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan, meliputi media visual, audio, dan audio visual. Audiovisual sebagai media yang menggabungkan dua indera sekaligus merupakan alat bantu yang tepat (Arsyad, 2011). Media audio visual juga memiliki kelebihan. Kelebihan audio visual, antara lain : tidak membosankan penerima pesan, perpaduan antara suara dan visualisasi sehingga tidak monoton, pesan yang disampaikan dapat mudah dimengerti dan dipahami, karena melibatkan dua indra secara bersamaan (Barata, 2003). Salah satu media audio visual adalah pemutaran film atau video. Cara ini mempunyai pengaruh visual yang kuat. Film atau video dapat menyajikan suatu kesan kehidupan diluar kelas yang mungkin sulit atau tidak mungkin dibawa kedalam kelas. Misalnya yang menggambarkan tempat perindukan nyamuk vektor DBD, penderita DBD, proses penularan DBD, tindakan pengendalian vektor dan lain sebagainya. Program film atau video yang dibuat secara profesional (Wibawa, 2007).

8 Hasil penelitian yang dilakukan Rahmatullah (2011) menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan media pembelajaran film animasi. Kawuriansari (2010) menyatakan leaflet sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan. hasil penelitian Yulianti 2013 disimpulkan bahwa media leaflet dapat meningkatkan skor pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah dengue (DBD) di desa Plumbungan Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Survei awal yang dilakukan peneliti di bulan Januari 2015 di SDN 200208 menunjukkan bahwa sekolah ini terdapat di daerah sekitar rumah penduduk, masingmasing kelas mempunyai pot bunga, adanya ban bekas sebagai hiasan di taman sekolah dan ditemukannya jentik nyamuk di bak mandi, ini dikarenakan kurangnya perhatian siswa untuk mau membersihkan lingkungan sekolahnya. Pada SDN 200220 terdapat di sekitar rumah penduduk dan dekat sungai, sekolah ini juga ditemukan jentik nyamuk di bak mandi dan banyak kaleng bekas di tempat pembuangan sampah yang ada di samping sekolah, hal ini juga dikarenakan tidak ada kesadaran siswa untuk membersihkan dan menjaga lingkungan sekolahnya. Hasil wawancara pada 10 anak SD kelas V ditemukan 3 orang (30%) yang mengetahui program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah 3 M, sedangkan 7 orang (70%) tidak mengetahui program pemberantasan sarang Nyamuk (PSN). Sampai saat ini pendidikan sebaya menggunakan media film dan leaflet belum pernah dilaksanakan pada anak sekolah dasar, khususnya pada sekolah tsb. Keberhasilan dari suatu pendidikan sebaya khususnya dengan menggunakan media

9 film dan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar secara berkelanjutan dan terus menerus agar nantinya tempat bersarangnya jentik nyamuk tidak ditemukan lagi di sekolah, bahkan diharapkan hal tsb dapat diaplikasikan dirumah mereka masing masing. Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pendidikan sebaya dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan media film dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar di SDN 200208 dan SDN 200220 Kecamatan Padangsidimpuan Selatan tahun 2015. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh pendidikan sebaya dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan media film dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar di SDN 200208 dan SDN 200220 Kecamatan Padangsidimpuan Selatan tahun 2015. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan sebaya dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan media film dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar di SDN 200208 dan SDN 200220 Kecamatan Padangsidimpuan Selatan tahun 2015.

10 1.4. Hipotesis Ada pengaruh pendidikan sebaya dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan media film dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar di SDN 200208 dan SDN 200220 Kecamatan Padangsidimpuan Selatan tahun 2015. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Dinas Kesehatan Daerah Kota Padangsidimpuan agar dapat sebagai bahan acuan (model) melalui media film dan leaflet dengan memberdayakan anak sekolah dasar dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN). 2. Bagi Dinas Pendidikan Daerah Kota Padangsidimpuan agar dapat memberdayakan siswa sekolah dasar sebagai potensi yang besar untuk ikut berperan dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN).