BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam terjadinya berbagai penyakit gigi. Kebersihan gigi dan mulut di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

PEND. ANAK LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa jenis antara lain; tunanetra, tunarungu/tunawicara, tunagrahita,

BAB I PENDAHULUAN. nasional karies aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga kesehatan gigi mempunyai manfaat yang besar dalam menunjang. kesehatan dan penampilan, namun masih banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara -3

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mencapai jiwa (0,7%) dari jumlah penduduk sebesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB 1 PENDAHULUAN. keseluruhan (Lossu dkk.,2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat,

STATUS KEPARAHAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR DI DAERAH TERTINGGAL DAN DAERAH PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya (Depkes, 2009). Salah satu upaya kesehatan yang harus di lakukan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal adalah usaha kesehatan gigi dan mulut (Rosihan, 2012). Anak usia sekolah dasar sangat rentan terhadap kesehatan gigi dan mulut karena pada usia 6 12 tahun terjadi peralihan atau pergantian gigi, yaitu dari gigi susu atau sulung ke gigi permanen atau tetap (Setyaningsih, 2007). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi karies dan penyakit periodontal, karena kondisi ini hampir di alami masyarakat di dunia. Cara menilai karies gigi di dalam status kesehatan gigi dan mulut menggunakan indeks DMF-T dan def-t (Notoharjo, 2013). Kesehatan gigi dan mulut anak di Indonesia masih sangat memprihatinkan, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius dari tenaga kesehatan. Karies pada gigi sulung adalah suatu penyakit kronis pada anak yang paling umum menggambarkan

masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi anak-anak prasekolah di seluruh dunia (Asrianti, 2012). Karies gigi terdapat di seluruh dunia, tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Menurut penelitian, di Negara-negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak di bawah umur 18 tahun terserang karies gigi (Riyanti, 2005). Di Indonesia, sebagai salah satu negara SEARO (South East Asia Regional Offices), indeks karies saat ini adalah 2.2 untuk kelompok usia 12 tahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 (Kemenkes), menunjukkan prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 46,5% dan yang mempunyai pengalaman karies sebesar 72,1%. Prevalensi karies aktif kelompok umur 12 tahun sebesar 29,8% sedangkan pengalaman karies 36,1%. Besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan pada usia 12 tahun sebesar 62,3% sedangkan persentasi dari jumlah gigi tetap yang sudah di tumpat pada usia ini baru mencapai 0,7% dan 26,2% telah terlanjur dicabut (Kemenkes, 2012). Angka DMFT berdasarkan Riskesdas tahun 2013 sebesar 4,6 hanya mengalami sedikit penurunan dari tahun 2007. Terdapat 15 provinsi yang DMFT nya berada di atas rata- rata nasional yaitu Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DIY Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan barat, Kalimantan Tengah, kalimanatan Selatan, Kalimantan timur, Sulawesi Utara, Sulawesi tengah, Sulawesi selatan, dan Sulawesi barat. Tingginya angka karies pada masyarakat di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena prevalensi karies dan penyakit periodontal mencapai 80% dari jumlah penduduk. Keadaan ini disebabkan oleh sikap dan perilaku

masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi yang masih rendah (Budiharto, 2000). Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk menyikat gigi (Riyanti dan Saptarini, 2011). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 139 tentang kesehatan menyebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial, ekonomi dan bermartabat (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik, dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layaknya. Penyandang cacat terdiri dari penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental (UU No.4 tahun 1997). World Health Organization (WHO, 2008) memperkirakan bahwa prevalensi tunagrahita di dunia sebesar 3% dan akan cenderung mengalami peningkatan sepanjang tahunnya. Jika populasi penduduk di dunia sekitar 6,5 milyar, maka dapat diperkirakan sebesar 195 juta jiwa menyandang tunagrahita, dan dari perkiraan WHO ini dapat dianalogikan bahwa semakin besar populasi penduduk suatu negara, maka semakin besar pula jumlah penyandang tunagrahita di negara tersebut. Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia sebanyak

6.008.661 orang. Dari jumlah tersebut sekitar 1.780.200 orang adalah penyandang disabilitas netra, 472.855 orang penyandang disabilitas rungu wicara, 402.817 orang penyandang disabilitas grahita/intelektual, 616.387 orang penyandang disabilitas tubuh, 170.120 orang penyandang disabilitas yang sulit mengurus diri sendiri, dan sekitar 2.401.592 orang mengalami disabilitas ganda. Menurut hasil pendataan tahun 2013 yang dilaksanakan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang mengenai penyandang disabilitas, jumlah penyandang disabilitas di Kota Padang sebanyak 1.856 orang. Dari jumlah tersebut sekitar 1.090 orang tuna grahita, 383 orang tuna daksa, 277 orang tuna rungu, 58 orang tuna netra dan 48 orang tuna ganda. Sedangkan untuk rentangan umur 6-12 tahun, jumlah penyandang tuna grahita di kota padang adalah 287 orang. Dalam ilmu kedokteran gigi, perawatan penderita cacat disadari masih dalam tahap awal, dan perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan kesehatan gigi dan mulutnya. Sebagian besar individu penderita cacat mempunyai kebersihan mulut yang lebih buruk dibandingkan dengan individu normal, yang disebabkan diet makanan yang buruk dan kurangnya pemeliharaan di rumah, sehingga banyak gigi yang rusak dan berlubang (Maulani, 2005). Tidak hanya anak normal yang membutuhkan perhatian terhadap kebersihan gigi untuk mencegah terjadinya karies, tapi anak penyandang cacat mental pun perlu diberikan perhatian lebih untuk pencegahan (Rao dan Amita, 2005). Anak retardasi mental atau tuna grahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2007). Anak retardasi

mental, harus diberikan perhatian yang lebih daripada anak normal, karena rusaknya syaraf bagian motorik, seperti spasme, kaku, malformasi dari gigi dan rahang, dan tidak dapat mengontrol gerakan motoris, sehingga tidak terorganisasinya alat gerak yang menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas, seperti menyikat gigi, oleh karenanya anak retardasi mental mempunyai kebersihan mulut yang buruk (Cornelia, 2009). Derajat IQ pada anak retardasi mental merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan mulut (Bayoumi dan Hadidi, 2012). Tingginya angka kerusakan gigi dan tingginya prevalensi karies mempunyai keeratan yang signifikan dengan konsumsi makanan manis dan tidak mempunyai kebiasaan baik untuk menyikat gigi setelah makan (Liu, dkk, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Ratna dan Eriska tahun 2009 dengan subjek pada siswa SD UKGS dan non UKGS usia 12 tahun menunjukkan indeks DMF-T siswa SD UKGS adalah 2,54 dan SD Non UKGS adalah 4,51. Sedangkan indeks def-t pada siswa SD UKGS adalah 2,01 dan SD Non UKGS adalah 4,05. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sely Septi Nugrahani tahun 2013 menunjukkan indeks DMF-T dan def-t anak retardasi mental di SLB Bangun Putra Bantul adalah 7,6 dan 2,3. Sedangkan indeks DMF-T dan def-t pada anak normal SD Negeri Kasihan Bantul adalah 1,1 dan 1,4. Berdasarkan latar belakang dan pengamatan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian mengenai perbedaan indeks karies pada anak retardasi mental dan anak normal, sehingga penulis merasa tertarik melakukan suatu penelitian untuk mengetahui perbedaan indeks karies antara anak retardasi mental dengan anak normal.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan suatu masalah yaitu Apakah terdapat perbedaan indeks karies antara anak retardasi mental dengan anak normal? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui perbedaan indeks karies antara anak retardasi mental dengan anak normal. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi komponen D, M, F untuk indeks DMF-T dan d, e, f untuk indeks def-t pada anak retardasi mental. 2. Mengetahui distribusi frekuensi komponen D, M, F untuk indeks DMF- T dan d, e, f, untuk indeks def-t pada anak normal. 3. Mengetahui perbedaan indeks DMF-T dan indeks def-t antara anak retardasi mental dengan anak normal. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Memberi masukan kepada dinas kesehatan mengenai gambaran status pengalaman karies siswa sekolah dasar dan sekolah dasar luar biasa. 1.4.2 Bagi Puskesmas Memberi masukan kepada petugas kesehatan di puskesmas untuk program penanggulangan karies pada anak normal dan anak pengidap disabilitas.

1.4.3 Bagi Institusi Sekolah Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai gambaran status kesehatan gigi siswa sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangannya. 1.4.4 Bagi Peneliti 1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai pemeliharaan status kesehatan gigi dan mulut. 2. Membantu peneliti dalam meningkatkan keterampilan melakukan penelitian dan dalam menulis suatu karya ilmiah yang merupakan bagian dari tahapan persiapan dalam pengabdian kepada masyarakat kelak. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah mengetahui perbedaan indeks karies pada anak retardsi mental dan anak normal di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang pada Bulan Februari 2017.