Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya Berbasis Isu Sirkulasi

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-66

Redesain Pelabuhan Balohan Sebagai Landmark Baru Kota Wisata Pulau Weh

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

BAB VI HASIL RANCANGAN

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

Perancangan Environmental Graphic Design Kebun Binatang Surabaya dengan Konsep Uniquely Playful

Perancangan Destination Spa Mandalika sebagai Objek Wisata yang Paling Diminati

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

Fasilitas Wisata Edukasi Anjing Kintamani di Kintamani, Bali

Redevelopment Pasar Bunga, Burung, dan Ikan Hias di Malang sebagai Penyeimbang antara Kegiatan Ekonomi dan Lingkungan

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. Tema desain kawasan menggunakan Tema Green Architecture dengan

Analogi Memori dalam Perancangan Terminal Penumpang Bandar Udara Juanda Surabaya

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

FASILITAS PECINTA SEPEDA DI SURABAYA

Hunian Vertikal Sewa dengan Konsep Eko-modular Arsitektur

Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Merancang Kampung Binaan bagi Pemulung TPA Njawar Benowo dengan Tema Bangkit

Desain Hunian Terapung di Jakarta Utara

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

Metafora Akselerasi dalam Objek Rancang Sirkuit Balap Drag Nasional

International Fash on Institute di Jakarta

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) 1

YOGYAKARTA BUTTERLY PARK AND CONSERVATION BAB 1 PENDAHULUAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

BAB V KONSEP RANCANGAN

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL.

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

DAFTAR ISI PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PERANCANGAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Citywalk Kalimas di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB VI HASIL RANCANGAN

Penerapan Tema Terhubung (kembali) dengan Alam sebagai Penyelesaian Desain pada Perancangan Islamic Center Pakem

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V. RANCANGAN dan PENGUJIAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

Pengkaj ian Teori 8

GALERI TANAMAN HIAS DI MAKASSAR PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

Peningkatan Aktivitas Fisik dan Kesehatan dengan Penerapan Active Design Guidelines

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

KONSEP TUGAS AKHIR TEHNIK ARSITEKTUR MUSEUM ZOOLOGY DI SURABAYA

Meningkatkan Eksistensi Kampung melalui Arsitektur sebagai Tantangan Modernisasi Kota Surabaya

dipengaruhi oleh faktor-faktor peninggalan sejarah. Dari Peninggalan sejarah yang berbentuk fisik tampak adanya pengaruh kuat yang dominan pada

Fasilitas Wisata Kuliner di Pantai Losari Makassar

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 227 Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya Berbasis Isu Sirkulasi Irviandy Setyanto dan Bambang Soemardiono Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: bamsoem03@yahoo.com Abstrak Kebun Binatang Surabaya [Gambar 1] merupakan kebun binatang kebanggaan masyarakat kota Surabaya. Beberapa tahun terakhir, Kebun Binatang Surabaya mendapat sorotan media publik dalam negeri maupun luar negeri akibat banyaknya hewan yang mati akibat kondisi kebun binatang yang memprihatinkan. Kondisi kandang yang tidak terawat [Gambar 2], banyaknya hewan dalam satu kandang, dan sistem sirkulasi perawatan yang tidak teratur yang menjadikan faktor penyebab kematian hewan. Kota Surabaya yang merupakan daerah pesisir pantai mempunyai potensi untuk memaksimalkan aspek wisata yang mengangkat dalam bidang akuatik. Dalam proses merancang, menggunakan metode Architectural Programming milik Donna P. Duerk. Metode ini merupakan metode pemprograman arsitektur berbasis isu. Dengan isu yang diambil yaitu isu sirkulasi Kebun Binatang Surabaya. Perlu adanya penyegaran kembali Kebun Binatang Surabaya dengan melakukan desain ulang (redesain) berdasarkan isu dan permasalahan yang ada. Dari isu dan permasalahan yang ada menghasilkan sebuah rancangan arsitektur yang juga diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan dan menghidupkan kembali geliat Kebun Binatang Surabaya sehingga menarik pengunjung agar datang kembali untuk menikmati pesona Kebun Binatang Surabaya yang mulai pudar beberapa tahun belakang. Kata Kunci akuarium, akuatik, kebun binatang, redesain, sirkulasi. Gambar 1. Kebun Binatang Surabaya Gambar 2. Potret Kondisi Kandang dan Hewan di KBS K I. PENDAHULUAN EBUN Binatang Surabaya (KBS) terletak di Jalan Setail No. 1 Surabaya. Kebun binatang ini terkenal dan menjadi salah satu tujuan rekreasi yang sangat membanggakan karena menjadi kebun binatang terbesar di Asia Tenggara. Lokasi kebun binatang ini cukup terkenal karena terletak di depan patung "Suroboyo", yang merupakan ikon dari Hiu dan Buaya yang melambangkan kota Surabaya. Selain itu, KBS juga mudah dijangkau karena dekat dengan terminal Joyoboyo. Ada lebih dari 351 spesies dan lebih dari 2000 hewan hidup di kebun binatang ini. Salah satu diantaranya adalah termasuk spesies asli Indonesia dan yang terancam punah di dunia, baik Mamalia, Aves, Reptilia, dan Pisces. [1] Menurut RDTRK Kota Surabaya, kawasan ini dikategorikan sebagai kawasan Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau adalah suatu lahan atau kawasan yang ditetapkan sebagai ruang terbuka untuk tempat tumbuhnya tanaman/vegetasi. [2] Gambar 3. Site Plan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 228 Kebun Binatang Surabaya merupakan ruang terbuka yang terletak di tengah kawasan perkotaan. Ruang terbuka perkotaan didefinisikan sebagai ruang terbuka kota yang berbasis vegetasi sebagai elemen utamanya. Bentuk ruang terbuka kota bisa berupa plasa, pemandangan air, atau taman kota. Taman kota diciptakan untuk meningkatkan kualitas ruang kota. [3] Surabaya merupakan salah kota di Indonesia yang terletak di pesisir pantai. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Selat Madura di sebelah utara dan timur. Surabaya mempunyai potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang air atau akuatik. Surabaya membutuhkan suatu tempat wisata yang diharapkan juga dapat mengangkat aspek akuatik Kota Surabaya. Isu dan permasalahan yang diangkat yaitu isu sirkulasi. Sirkulasi merupakan elemen yang sangat kuat dalam membentuk struktur lingkungan. [4] Dalam proses melakukan redesain atau desain kembali Kawasan Akuatik, maka diperlukan beberapa aspek dari eksisting yang tetap dipertahankan dan tidak. Beberapa yang tetap dipertahankan yaitu sebagian jalur pengunjung, kolam burung, dan juga pohon-pohon eksisting yang berada di Kebun Binatang Surabaya. Perancangan Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya ini bertujuan untuk melakukan penyegaran kembali terhadap suasana lingkungan Kebun Binatang sehingga membuat suasana baru bagi pengunjung yang mengunjungi Kebun Binatang Surabaya. [Gambar 3] Gambar 4. Perspektif Bird Eye View Gambar 5. Perspektif Mata Burung II. METODE PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam merancang kembali Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya ini adalah metode Donna P. Duerk. Metode perancangan ini berbasis dari isu apa yang akan diangkat lalu dikembangkan menjadi sebuah konsep rancangan [5]. Isu yang diangkat dalam perancangan ini yaitu isu sirkulasi. Selain metode di atas, dalam perancangan ini juga digunakan metode Site Planning milik Kevin Lynch. Metode yang dikembangkan Kevin bertajuk pemprograman berdasarkan permasalahan dan analisa site. Penggunaan metode ini bertujuan mempermudah dalam mendesain program dan skematik desain berdasarkan isu dan permasalahan. [6] Gambar 6. Perspektif Mata Normal III. HASIL DAN EKSPLORASI Kawasan yang dirancang merupakan bagian dari Kebun Binatang Surabaya. Kawasan tersebut digolongkan menurut ekosistemnya, yaitu ekosistem akuatik. Ekosistem akuatik (perairan) adalah tipe ekosistem yang sebagian lingkungan fisiknya didominasi oleh air. Gambar 7. Tampak Site

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 229 A. Konsep Sirkulasi Seperti yang telah disebutkan pada bab metode perancangan, bahwa hasil dari perancangan Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya ini berawal dari isu yang diangkat yaitu isu sirkulasi. Sirkulasi merupakan elemen yang sangat kuat dalam membentuk struktur lingkungan. Sirkulasi digunakan sebagai unsur pembentuk dari zona-zona pada Kebun Binatang. Konsep sirkulasi yang diterapkan pada perancangan Kawasan Akuatik ini yaitu menggunakan bentuk kurva linear. Bentukan tersebut karena sirkulasi akan tampak dan terasa lebih natural, alami dan tidak terkesan kaku. Sirkulasi utama dirancang sebagai sirkulasi pengarah yang berfungsi untuk mengarahkan pengunjung menuju ke satu tempat. Tempat tersebut terletak di depan bangunan utama yaitu tepat di depan bangunan akuarium. Hal ini dilakukan agar pengunjung diarahkan untuk mengunjungi bangunan akuarium tersebut. Konsep pada sirkulasi selanjutnya yaitu merancang sebuah jalur dengan menaikan ketinggian jalur tersebut. Jalur tersebut disebut jalur skywalk. Jalur skywalk dirancang untuk menampung jika terjadi kepadatan pengunjung karena ruang yang dihasilkan dari sebuah skywalk akan lebih banyak. Pengunjung dapat menggunakan jalur skywalk melalui atas [Gambar 8] maupun dari bawah skywalk. [gambar 9] Fungsi lain dari skywalk juga memberikan pengunjung Kebun Binatang Surabaya sebuah pengalaman yang berbeda dengan melihat kandang-kandang hewan dari ketinggian skywalk. Hal ini memberikan pengunjung sudut pandang yang lebih luas. B. Konsep Arsitektur 1) Konsep Bangunan Arsitektur yang dihadirkan dalam objek rancang Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya yaitu bangunan akuarium. Akuarium Kebun Binatang Surabaya merupakan bagian utama dari perancangan Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya karena akuarium merupakan tempat hewan-hewan air yaitu ikan-ikan air laut dan air tawar berada. Akuarium ini diletakan diposisi tengah dengan alasan agar mendapatkan point of view yang mudah untuk dilihat dari banyak sisi. Bentukan dari akuarium mengambil bentukan geometri lingkaran karena bentuk lingkaran merupakan bentukan-bentukan yang natural dan cenderung tidak kaku, seperti lingkungan kebun binatang yang natural, alami, dan mempunyai kesan santai. [Gambar 10] Dari bentuk lingkaran tersebut, dibagi simetris menjadi dua bagian, bagian tempat untuk peletakan ikan-ikan air laut dan bagian tempat ntuk peletakan ikan-ikan air tawar. Kedua bagian tersebut dihubungkan dengan sebuah ruang yang berada di tengah. Ruang tersebut sebagai perantara yang berfungsi sebagai area transisi antara kedua bagian ruangan. Ruang perantara yang berada di tengah tersebut dijadikan sebagai lobby yang selain sebagai area transisi kedua bagian, juga sebagai ruang penerima pengunjung. [Gambar 11] Gambar 8. Jalur Atas Skywalk Gambar 9. Jalur Bawah Skywalk Gambar 10. Tampak Akuarium Gambar 11. Denah Akuarium

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 230 Di dalam ruang tengah tersebut terdapat akuarium utama yang mempunyai diameter 3 meter dan ketinggian 5 meter. Akuarium tersebut sengaja diletakan pada ruang tengah agar pengunjung yang berpindah dari bagian satu ke bagian lain tetap dapat melihat ikan-ikan yang berada di dalam sebuah akuarium. Akuarium tersebut juga sebagai unsur penyambut bagi pengunjung yang masuk ke bangunan akuarium. Ikan yang berada di dalam akuarium utama tersebut adalah ikan Arapaima Gigas. [Gambar 12] D. Konsep Ruang Luar Ruang pada dasarnya terjadi karena adanya hubungan antara sebuah obyek dan manusia yang melihatnya. Ruang luar juga berarti lingkungan luar buatan manusia, sebagai ruang yang mempunyai arti sepenuhnya dengan maksud tertentu, dan sebagai bagian dari alam. Dalam melakukan perancangan ruang luar, dilakukan halhal sebagai berikut: 1. Melakukan analisis terhadap batas wilayah dan unsur eksisting yang dipertahankan. 2. Menentukan batas-batas wilayah sebagai batasan ruang untuk merancang ruang luar. 3. Menentukan vocal point massa bangunan Gambar 12. Potongan Akuarium 2) Sistem Filter Akuarium Sistem filter yang digunakan dalam sistem filtrasi air pada aquarium menggunakan sistem sump filter. Sump filter merupakan sebuah fitur filter tambahan dengan sekat dimana air akan melewati semua media filter di setiap sekat yang ada. Sump filter diletakan di dalam ruang penyimpanan yang terletak di bawah masing-masing akuarium. [7][Gambar 13] Gambar 14. Sistem AC Gambar 13. Sistem Filter Sump 3) Sistem Sirkulasi Udara Sistem sirkulasi udara pada ruangan akuarium menggunakan sistem pengudaraan buatan. Dimana sistem yang digunakan yaitu AC multi split system. Sistem ini terdiri dari dua bagian unit, outdoor unit dan indoor unit. Satu outdoor unit dapat dihubungkan dengan 2-3 indoor unit. AC ini dimaksudkan untuk dapat menjaga suhu dan temperatur di dalam ruangan akuarium agar tetap stabil. Gambar 15. Zonifikasi C. Konsep Zonifikasi Dalam pengaturan zoning kawasan hewan akuatik. Dibagi berdasarkan jenis dan golongan. Untuk zoning pada kawasan hewan dibagi berdasarkan golongannya, yaitu: buaya, komodo, kura-kura, dan ular digolongkan ke dalam kategori reptil pelikan, flamingo, bangau, dan burung air lainnya digolongkan ke dalam kategori aves katak dan salamander digolongkan ke dalam kategori amfibi meerkat dan capybara digolongkan ke dalam mamalia ikan air laut dan air tawar digolongkan ke dalam pisces atau zona akuarium.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 231 4. Menentukan jalur sirkulasi utama sebagai bagian yang penting dalam ruang luar yang mengarahkan menuju vocal point. 5. Ketika sirkulasi utama telah terbentuk, maka muncul ruang-ruang di sekitar sirkulasi yang menjadi ruang untuk diolah. Ruang luar pada rancangan kebun binatang ini di dominasi Gambar 18. Plasa Depan Akuarium Gambar 16. Proses Rancang Ruang Luar oleh berbagai macam jenis vegetasi yang tumbuh. Pohonpohon di Kebun Binatang Surabaya tetap dipertahankan karena kebun binatang ini merupakan kawasan ruang terbuka hijau. Berbagai macam pohon-pohon seperti pohon mahoni, angsana, kapuk, bringin, trembesi dan lain-lain. Lansekap pada ruang-ruang terbuka hijau didesain berdasarkan estetika penyusunan warna, pola, bentuk dan jenis tanaman. Terdapat unsur-unsur air dalam lansekap. Peletakan air mancur pada titik-titik penting pada kebun binatang seperti pada gerbang pintu masuk, kolam burung [gambar 17] dan plasa di depan akuarium [gambar 18] untuk mempermudah penggambaran visual pengunjung terhadap kesan akuatik pada kebun binatang ini. Konsep dari kandang-kandang hewan pada rancangan kali ini yaitu dengan lebih memaksimalkan interaksi antara pengunjung dan hewan. Beberapa hewan-hewan seperti jenisjenis burung sengaja dilepaskan agar hewan-hewan tersebut tidak merasakan sebuah batas-batas dan merasakan seperti layaknya habitat aslinya. Namun, dalam desain ini tetap mempertahankan kondisi keamanan baik untuk pengunjung maupun hewan itu sendiri dengan memberikan sebuah batas tidak masif. Gambar 19. Perspektif Ruang Luar IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil rancangan, sirkulasi digunakan sebagai jalur pengarah dan juga pembentuk lingkungan sebagai ruang yang dapat mewadahi pengunjung. Dalam merancang Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya ini telah mengutamakan kemudahan dalam mengakses segala ruang bagi pengunjung melalui jalur sirkulasi. Obyek dirancang menggunakan metode architectural programming yang berbasis terhadap isu sirkulasi. Dengan melakukan perancangan dan penataan ulang jalur sirkulasi dan tatanan massa, dapat menjawab isu dan permasalahan yang ada. Gambar 17. Perspektif Kolam Burung DAFTAR PUSTAKA [1] http://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/surabaya-zoo.html. Diakses tanggal 21 Juli 2017. Pukul 21.35 WIB. [2] http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2007/surabaya3-2007.pdf. Diakses tanggal 21 Juli 2017. Pukul 21.50 WIB. [3] Soemardiono, Bambang. Defry Agatha. City Park as Sustainable Urban Open Space by Considering Community Based Analysis.Jurnal Arsitektur. 2016 [4] Gunadi, Sugeng (1983). Merancang Ruang Luar. Dian Surya. Surabaya [5] Duerk, Donna P. (1973). Architectural Programming. [6] Lynch, Kevin (1960). Site Planning and Design Process [7] Taufik Widjaya, Bsc.2007. Aquascape Pesona Taman Dalam Akuarium. Agromedia Group.