BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki tatanan tektonik yang kompleks, hal ini karena wilayah Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling bertumbukan, yaitu Lempeng Benua Eurasia yang bergerak relatif ke arah tenggara, Lempeng Samudera Indo-Australia yang bergerak relatif ke arah utara, dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke relatif arah barat (Hall, 1996). Gambar 1.1 Tatanan tektonik wilayah Asia Tenggara meliputi negara Indonesia (Hall, 1996) 1
Pertemuan lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia menghasilkan zona subduksi di sepanjang barat pulau Sumatera, selatan pulau Jawa, hingga bagian selatan Nusa Tenggara, sedangkan Lempeng Pasifik bergerak mendesak lempeng Eurasia yang membentuk jalur subduksi di bagian Utara Sulawesi dan Kepulauan Maluku. Akibatnya, pada jalur jalur tersebut akan sering terjadi gempa tektonik akibat pergerakan lempeng yang menunjam sehingga dari kondisi tektonik yang kompleks tersebut Indonesia termasuk kedalam negara dengan aktivitas seismik yang tinggi (Hamzah et al, 2000). Tsunami sangat erat asosiasinya dengan gempa karena tsunami dapat terjadi akibat adanya deformasi kerak atau pergerakan blok yang besar pada dasar laut, longsoran laut, dan erupsi gunungapi dasar laut (Levin & Nosov, 2009). Seluruh fenomena pemicu tsunami tersebut juga akan menimbulkan gempa. Berdasarkan hasil penelitian Hamzah et al. (2000) Indonesia pada masa periode 1600 1999, telah mengalami tsunami sebanyak 105 kali dan 90% disebabkan oleh gempa bumi dangkal pada area subduksi dan batas lempeng. Gelombang tsunami akan membawa material sedimen dari laut yang kemudian akan diendapkan di darat. Endapan yang telah terpreservasi akan menjadi bukti geologi yang dapat merekonstruksi kejadian tsunami di masa lampau. Daerah penelitian berlokasi di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dan merupakan wilayah pesisir pantai selatan pulau Jawa yang berdekatan dengan zona subduksi yaitu penunjaman Lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. 2
Gambar 1.2 Lokasi daerah penelitian (citra LANDSAT Google Earth) Lingkungan lokasi penelitian berupa swale diantara ridges, diharapkan swale ini dapat berperan sebagai lingkungan dengan tingkat preservasi endapan sedimen yang baik. Sehingga apabila pernah terjadi tsunami, jejak endapannya dapat terpreservasi pada lingkungan swale tersebut. Fokus dari penelitian ini berupa upaya identifikasi produk kejadian tsunami di masa lampau pada lingkungan pesisir. I.2. Rumusan Masalah Gelombang tsunami akan meninggalkan jejak berupa endapan yang akan memiliki karakteristik tersendiri yaitu berupa produk energi tinggi. Lokasi penelitian 3
berada di pesisir pantai dengan asosiasi lingkungan ridges (punggungan pantai) dan swale (rawa-rawa). Swale merupakan lingkungan berenergi rendah sehingga produk dari lingkungan berenergi rendah dicirikan oleh ukuran butir yang lebih halus. Swale ini diharapkan dapat menjadi lingkungan yang baik di dalam preservasi endapan sedimen, sehingga kehadiran endapan tsunami dapat dilihat dari adanya kontras perubahan karakteristik berupa produk energi tinggi diantara produk energi rendah. Dari uraian tersebut, masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain; 1. Apakah di dalam suksesi lapisan pada sampel lokasi penelitian memiliki bagian yang dapat diidentifikasi sebagai kandidat endapan tsunami purba? 2. Bagaimanakah karakteristik dari endapan kandidat pada daerah penelitian? Apakah karakteristik tersebut mencirikan produk tsunami atau merupakan produk perkembangan lingkungan pesisir? I.3. Maksud & Tujuan Maksud dari penelitian Tugas Akhir ini yaitu untuk mengidentifikasi karakteristik endapan pesisir di pesisir pantai Lebak, Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan pendekatan melalui studi sedimentologi, dan studi paleontologi. Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini yaitu untuk mengetahui karakteristik ukuran butir (grain size), kurva perbandingan kandungan karbon serta material 4
organik melalui analisis Loss on Ignition, serta mengetahui kandungan fosil penciri yang menjadi dasar penentu umur serta lingkungan asal. I.4. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel dilakukan oleh tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung pada bulan Februari 2015 hingga Maret 2015. Tabel 1.1 Waktu penelitian 2015 2016 2017 No. Kegiatan 07 08 09 10 s/d 12 01 s/d 12 01 s/d 04 1 Persiapan penelitian 2 Pengambilan data 3 Pengolahan data 4 Pembuatan laporan 5
Lokasi penelitian secara administratif berada di Kecamatan Binuangeun, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Lokasi penelitian berada di wilayah pesisir pantai pada swale diantara 2 punggungan (ridges). Titik pengambilan sampel berada pada koordinat S 6 0 48 18,54 dan E 105 0 58 42.24 (Gambar 1.2) Analisis sampel kemudian dilakukan di laboratorium Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung. Proses penelitian diawali pada bulan Juli 2015. Titik pengambilan sampel Gambar 1.2 Lokasi titik pengambilan sampel (Citra DEM) I.5. Batasan Masalah Batasan penelitian Tugas Akhir ini yaitu dari sampel bor tangan yang bernomor seri 270215 04 dengan total ketebalan 77 cm. Sampel ini akan dianalisis 6
dengan pada aspek sedimentologi dan paleontologi dengan tingkat ketelitian dilakukan analisis pada interval tiap 1 cm. Analisis sedimentologi meliputi analisis ukuran butir (granulometri) dan analisa Loss of Ignition. Tujuan dilakukannya analisa granulometri yaitu untuk mengetahui persebaran dari ukuran butir meliputi nilai mean (rerata), sortasi, kurtosis, skewness. Analisa Loss on Ignition bertujuan untuk mengetahui persentase kandungan karbon serta material organik. Analisis paleontologi yang dilakukan berupa analisis kandungan mikrofosil yaitu pengamatan cangkang organisme laut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis fosil yang terangkut oleh gelombang tsunami, dari jenis fosil yang telah teramati dapat diinterpretasikan kondisi lingkungan asal dari organisme laut seperti kedalaman. I.6. Peneliti Pendahulu Terdapat beberapa penelitian mengenai tsunami dan karakteristik endapan tsunami purba dengan berbagai wilayah studi kasus antara lain yaitu, Hamzah et al. (2000) melakukan penelitian mengenai pembagian zona zona kejadian tsunami yang dipengaruhi oleh gempabumi, aktivitas gunungapi, dan longsoran. Dalam penelitian tersebut mereka menyatakan bahwa interval rata rata kejadian tsunami bervariasi pada masing masing zona, hal tersebut didasarkan pada hubungan antara tsunami dengan karakteristik seismo-tektonik yang berkembang di wilayah atau zona tertentu. 7
Boer et al. (2003) melakukan penelitian mengenai endapan tsunami shallow marine hasil erupsi Krakatau 1883 di Teluk Banten. Data yang digunakan yaitu data tekstur sedimen, komposisi sedimen, serta menggunakan analisis Pb dating. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan pada endapan tersebut memiliki kandungan tefra yang menjadi bukti produk erupsi Gunung Krakatau tahun 1883. Yudhita (2009) melakukan penelitian mengenai studi sedimentologi endapan tsunami purba di daerah Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat. Metode yang digunakan meliputi analisis granulometri, bentuk butir, mineral berat, dan mikrofauna. Yudhicara et al. (2013) melakukan penelitian mengenai karakteristik sedimen tsunami purba pada studi kasus di Cilacap dan wilayah pesisir Pangandaran, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode analisis ukuran butir, identifikasi fosil, dan dating karbon. 8