BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU No 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa). Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa utuk dikatakan sehat, seseorang harus menyadari dengan kondisi secara fisik, mental, spiritual dan sosial tidak mengalami gangguan, seperti bebas dari penyakit dan mampu mengatasi tekanan pada hidup individu tersebut sehingga dapat berhubungan sosial secara nyaman dan mampu mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia (Keliat, 2013). 1

2 Gangguan jiwa merupakan respon maladaptif terhadap stressor dari dalam luar lingkungan, yang berhubungan dengan perasaan dan perilaku yang tidak sejalan dengan budaya/kebiasaan/normal setempat dan mempengaruhi interaksi sosial individu, kegiatan dan atau fungsi tubuh (Townsend, 2003). Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit bisa dapat terjadi kapan saja. Gangguan kesehatan jiwa meliputi sulit memulai pembicaraan, efek tumpul atau datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya antesi, pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008). Berdasarkan data yang diperoleh seorang peneliti melalui penelitian dirumah sakit jiwa yang ada di provinsi Jawa Tengah bahwa jumlah klien dengan gangguan jiwa pada tahun 2008 tercatat sebanyak 1.814 klien rawat inap yang keluar masuk rumah sakit dan 23.532 klien rawat jalan. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 1.929 klien rawat inap yang keluar masuk rumah sakit dan 12.377 klien rawat jalan dirumah sakit tersebut. Sedangkan untuk klien rawat inap yang menderita Scizoftenia Paroid sebayak 1.581 yang keluar masuk rumah sakit dan 9.532 klien rawat jalan (Depkes, 2009). Menurut dara rekam medik RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang tahun 2013. Presentase penderita gangguan jiwa selama tahun 2012 yaitu, klien rawat inap laki-laki sebanyak 65,3% dan 34,7% perempuan. Sedangkan pada bulan januari sampai agustus 2013 sebanyak 2294 orang diantaranya halusinasi 1162 orang (50,65%), menarik diri 462 orang (20,13%), harga diri rendah 374 orang (16,30%),

3 waham 130 orang (5,66%), perilaku kekerasan 128 orang (5,58%), defisit perawatan diri 21 orang (0,91%), kerusakan komulikasi verbal 16 orang (0,70%), percobaan bunuh diri 1 orang (0,04%). Klien dengan harga diri rendah menempati urutan ketiga dari masalah keperawatan yang muncul dan masalah utama harga diri rendah dalam kasus keperawatan jiwa mempunyai tingkatan rentang yang berbeda (Rekam Medik RSJD dr Amino Gondohutomo Semarang, 2013). Berdasarkan data rekam medik RSJD dr Amino Gondohutomo Semarang pada tahun 2014 jumlah klien dengan gangguan jiwa tercatat sebanyak 8.177 klien rawat inap dan keluar masuk rumah sakit diantaranya, klien dengan resiko perilaku kekerasan 3.629 orang (44,70%), halusinasi 3.316 orang (40,55%), isolasi sosial 665 orang (8,19%), resiko bunuh diri 247 orang (8,19), harga diri rendah 133 orang (1,63%), waham 103 orang (1,26%), kerusakan komunikasi verbal 9 orang (0,11%), dan menarik diri 4 orang (0,04%). (Rekam Medik RSJD dr Amino Gondohutomo Semarang, 2014). Pada tahun 2013 dan tahun 2014 klien harga diri rendah menempati urutan kelima dari masalah keperawatan yang muncul. Berdasarkan gejala negatif pada klien gangguan jiwa perawat menegakkan diagnosis keperawatan, termasuk diagnosis keperawatan klien dengan harga diri rendah. Harga diri rendah merupakan bagian psikososial yang dapat dijumpai ditengah-tengah masyarakat. Harga diri rendah adalah inividu yang cenderung menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang

4 lain (Depkes RI, 2000, dalam Direja, 2011). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012). Hal ini termasuk persepsi individu yang buruk dalam berinteraksi dengan orang lain, sosial dan lingkungannya sangat rentan terganggu. Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan pada perasaan individu yang kurang percaya diri dalam kemampuannya, dan perasaan yang negatif pada diri sendiri. Setiap individu yang mempunyai perasaan tersebut akan berakibat menarik diri dari lingkungan sosialnya. Upaya yang dilakukan untuk menangani klien harga diri rendah adalah dengan memberikan tindakan keperawatan generalis yang dilakukan oleh perawat dan semua jenjang pendidikan (Keliat & Akemat, 2010). Namun untuk mengoptimalkan tindakan keperawatan dilakukan tindakan keperawatan lanjutan. Adapun tindakan terapi untuk klien dengan harga diri rendah menurut Kaplan & Saddock, 2010 mengatakan, tindakan keperawatan yang dibutuhkan pada klien dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga. Tindakan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah bisa secara individu, terapi keluarga, kelompok dan penanganan dikomunikasi baik generalis keperawatan lanjutan. Berdasarkan hasil penelitian terapi untuk klien dengan harga diri rendah yang efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan

5 lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi kognitif pada klien dengan harga diri rendah. Hasil penelitian Titik Suerni (2013) yang berjudul penerapan terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga pada klien dengan harga diri rendah diruang yudistira rumah sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa tanda dan gejala klien harga diri rendah setelah diberikan tindakan keperawatan lanjutan terapi kognitif, pada respon kognitif dari 100% klien yang berfikir tidak berguna turun menjadi 20%, pada respon afektif dari 100% klien merasa sedih dan malu turun menjadi 20%, pada repon perilaku dari 100% klien mengkritik diri menjadi 20%. Kemampuan klien harga diri rendah setelah diberikan tindakan keperawatan lanjutan terapi kognitif dari 100% klien yang tidak mampu mengidentifikasi pikiran otomatis negatif naik menjadi 80% yang mampu, dari 100% klien yang tidak mampu menggunakan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif naik menjadi 80% klien yang mampu, dari 100% klien yang tidak mampu mengidentifikasi manfaat penggunaan tanggapan rasional naik menjadi 86,67% klien yang mampu, dari 100% klien yang tidak mempu menggunakan support system naik menjadi 80% klien yang mampu. Terapi kognitif adalah psikoterapi individu yang penatalaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih

6 produktif (Townsend, 2005). Peran perawat dalam pemberian terapi kognitif adalah untuk membuat pikiran klien yang terselubung menjadi lebih terbuka dan ini sangat penting untuk mengatasi kognitif yang bersifat otomatis (Gladding, 2009). Melalui terapi kognitif ini mengajarkan klien dengan harga diri rendah untuk bisa mengontrol fikiran-fikiran negatif tentang kemampuan dirinya. Berdasarkan beberapa penelitian diatas dapat menggambarkan manfaat-manfaat penerapan terapi kognitif pada klien dengan harga diri rendah. Harga diri rendah dapat menyebabkan perubahan perilaku, perasaan negatif dengan kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul Penerapan Terapi Kognitif pada asuhan keperawatan Sdr. A dengan Harga Diri Rendah di ruang IV (Dewa Ruci) RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang. B. TUJUAN PENULISAN Dalam tujuan Karya Tulis Ilmiah ini penulis merumuskan tujuan dalam pelaksanan tindakan masalah keperawatan diantaranya : 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah penulis dapat mengelola pasien dan menerapkan terapi Kognitif pada pasien dengan Harga diri rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

7 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam karya tulis ilmiah ini : a. Penulis mampu melakukan pengkajian dan menganalisa riwayat kesehatan dan data-data pada pasien Harga diri rendah b. Penulis mampu merumuskan diagnosa masalah keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah. c. Penulis mampu melakuakan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pasien dengan gangguan harga diri rendah melalui penerapan terapi kognitif. d. Penulis mampu melakukan implementasi rencana keperawatan yang telah direncanakan dengan terapi kognitif. e. Penulis mampu melakukan evaluasi implementasi pada pasien dengan harga diri rendah dengan penerapan terapi kognitif. C. MANFAAT PENULISAN Manfaat hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan : 1. Bagi Penulis a. Dapat memahami serta menerapkan teori Kognitif pada klien dengan Harga diri rendah. b. Mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang penerapan Terapi Kognitif pada klien dengan harga diri rendah.

8 c. Meningkatkan ketrampilan pada asuhan keperawatan jiwa terutama tentang penerapan Terapi Kognitif pada klien dengan Harga diri rendah. 2. Bagi Institusi Rumah sakit a. Dapat memberikan manfaat praktik dalam asuhan keperawatan yaitu sebagai pemandu perawat dalam mengelola kasus terutama dengan menerapkan Terapi kognitif pada klien dengan harga diri rendah. b. Dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan optimal dan mengurangi masalah yang kemungkinan akan timbul pada klien Harga diri rendah. 3. Bagi Institusi pendidikan a. Sebagai bahan bacaan dan refrensi untuk menambah wawasan pada asuhan keperawatan jiwa, khususnya tentang Penerapan Terapi kognitif pada klien dengan Harga diri rendah. 4. Bagi Pasien dan keluarga a. Sebagai bahan masukan untuk mencegah maupun menangani masalah yang dihadapi oleh klien. b. Diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang perawatan pada anggota keluarga yang mnegalami masalah dengan harga diri rendah.