BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Waham adalah keyakinan yang salah, menetap, dipegang teguh. dan tidak dapat digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Gejala khas dari skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif,

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RISPERIDONE. (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat. Skizofrenia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkadang disertai dengan gangguan mood (Chien et Yip, 2013). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan skizofrenia sebagai suatu sindrom klinis dengan variasi

Gangguan Waham Menetap (Paranoid)

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang. Ciriciri

BAB III METODE PENELITIAN

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB III METODE PENELITIAN. minum obat dan gejala klinis skizofrenia. Penelitian cross sectional mencakup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

manusia. Bersifat ekstrim, penderita bisa menyiksa dirinya sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Empati, secara harfiah, dalam bahasa Yunani, yaitu empatheia,

Efektivitas Program Pelatihan Rehabilitasi Kognitif Berbasis Komputerisasi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Penderita Skizofrenia

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

Transkripsi:

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan mental emosional dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan suasana perasaan (afek tumpul, datar, atau tidak serasi), gangguan tingkah laku (bizarre, tidak bertujuan, stereotipi atau inaktivitas) serta gangguan pengertian diri dan hubungan dengan dunia luar (kehilangan batas ego, pikiran dereistik dan penarikan autistik). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Skizofrenia secara definisi merupakan suatu gangguan yang harus terjadi sedikitnya 6 bulan atau lebih, termasuk sedikitnya selama 1 bulan mengalami waham, halusinasi, pembicaraan yang kacau, perilaku kacau atau katatonik atau simtom-simtom negatif. Meskipun tidak dikenali secara formal sebagai bagian dari kriteria diagnostik untuk skizofrenia, sejumlah studi mesubkategorikan gejala-gejala penyakit ini kedalam 5 dimensi, yaitu simtom positif, simtom negatif, simtom kognitif, simtom agresif/permusuhan dan sifat depresif/cemas. 10 1 Gangguan pikiran ditunjukkan dengan penyimpangan dalam menilai realitas, kadang-kadang disertai waham dan halusinasi, disertai dengan kumpulan pikiran yang terpisah-pisah yang mengakibatkan gangguan dalam bicara. Gangguan mood meliputi ambivalensi dan inappropriate atau respons afektif yang terbatas. Gangguan perilaku ditandai dengan penarikan diri atau perilaku aneh. Ini semua dikarakteristikkan sebagai gejala-gejala positif dan negatif (defisit). Meskipun bukan merupakan suatu gangguan kognitif, skizofrenia sering menyebabkan kerusakan fungsi kognitif (misalnya berpikir konkrit dan gangguan dalam proses informasi). Skizofrenia adalah masalah kesehatan umum di seluruh dunia yang memerlukan banyak biaya personal dan ekonomi. Skizofrenia menyerang kurang dari 1 persen populasi dunia. Jika gangguan spektrum skizofrenia 11

dimasukkan dalam estimasi prevalensi, maka jumlah orang-orang yang terserang bertambah sekitar 5 persen. 2 Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) gangguan skizofrenik dibagi atas: Skizofrenia paranoid Skizofrenia hebefrenik Skizofrenia katatonik Skizofrenia tak terinci Depresi pasca skizofrenia Skizofrenia residual Skizofrenia simpleks Skizofrenia lainnya Skizofrenia YTT (yang tak tergolongkan). 12 2.2 Positive and Negative Syndrom Scale (PANSS) PANSS dikembangkan khususnya untuk pembatasan psikometrik, oleh karena itu total skor dari 7 butir skala positif, 7 butir skala negatif dan 16 butir skala psikopatologi umum. Tingkat dari PANSS berdasarkan dari keseluruhan informasi yang diperoleh dari waktu tertentu, biasanya diidentifikasi pada minggu sebelumnya. Informasi ada kejadian yang kebetulan yang berdiri sendiri dari skala lain seperti yang lebih sering dipakai, pemahaman yang lebih tinggi didalam pemakaiannya dan standar yang baik. Penilaian PANSS didasarkan pada informasi perilaku ditambah wawancara klinis 35-45 menit. Terdiri dari 7 butir dalam 30 simtom, dimana setiap butir dan tingkat keparahan ditetapkan. Penilaian didapat dari wawancara klinis, laporan dari rumah sakit dengan tingkat pelayanan primer atau dapat dilaporkan anggota keluarga. Laporan anggota keluarga juga memberikan kontribusi untuk mengakses tingkat keparahan dimensi yang lain dari psikopatologi yang dimanifestasikan dalam interaksi sosial yang nyata, sikap umum dan fungsi adaptasi. Instruksi penilaian umum PANSS dimana data dikumpulkan dari prosedur penilaian ini diaplikasikan terhadap penilaian PANSS masing-

masing dari 30 butir bersamaan dengan definisi yang spesifik untuk menjelaskan kriteria dari 7 butir menunjukkan peningkatan butir psikopatologi, seperti: (1 = tidak ada, 2 = minimal, 3 = ringan, 4 = sedang, 5 = sedang berat, 6 = berat, 7 = sangat berat). Dalam penilaian rating yang pertama dipikirkan apa semua gejala masih ada dari setiap butir. Jika gejala tersebut tidak ada dinilai 1 sebaliknya jika terdapat gejala penilaian harus menentukan keparahan dengan menggunakan referensi dan kriteria tertentu sebagai nilai patokan. Nilai terapan tertinggi selalu dicantumkan, meskipun pasien tersebut memenuhi kriteria untuk nilai rendah. Dalam menetukan tingkat keparahan dari gejala, penilai harus menerapkan perspektif secara holistik untuk menentukan nilai patokan yang mana yang paling baik mencerminkan fungsi pasien dan nilai menurutnya. Skor untuk gejala positif, negatif dan psikopatologis umum diperoleh dengan penjumlahan dari tingkat butir dari masing-masing kriteria. Pada gejala positif dan negatif penilaian antara 7 sampai 49, sedangkan penilaian pada psikopatologi umum antara 16-112. 2.3 Aripiprazol Dasar pengobatan skizofrenia adalah medikasi dengan antipsikotik. Secara umum antipsikotik dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu antipsikotik tipikal (antagonis reseptor dopamin) dan antipsikotik atipikal ( antagonis serotonin dopamin). Pemilihan antipsikotik umumnya berdasarkan pada efikasi dan keamanannya. 1 Aripiprazol adalah agen antipsikotik dihydroquinolinone, yang merupakan antipsikotik generasi ketiga. Metabolit aktifnya yang predominan, yaitu dehydro-aripiprazole, menunjukkan 40 % dari dosis yang bersirkulasi. Aripiprazol memiliki aktivitas parsial-agonis pada reseptor dopamin D2 dan reseptor Dopamin D3 dan reseptor 5-HT1A serotonin, dan aktivitas antagonis di reseptor 5-HT2A. 1-2,14 Sebuah studi menggunakan Positron Emisi Tomografi (PET) pada pasien dengan skizofrenia ditemukan bahwa sebesar 10 mg / hari aripiprazol memiliki rata-rata yang tinggi pada tempat reseptor D2 striatal (putamen, 87 %, caudatus, 93 %; ventral striatum (91 %), dan rata-rata lebih rendah pada tempat reseptor 5-HT2A (54 %-60 %), dan 10

pada tempat reseptor 5HT1A (16 %). Sebuah studi yang menganalisis hubungan antara tempat pada reseptor D2 dan respon klinis pada skizofrenia yang menyarankan bahwa sedikitnya 60 % dari reseptor harus dihambat agar gejala psikotik menjadi berkurang. 5 Berdasarkan bukti yang ada, monoterapi aripiprazol tampaknya efektif dan memiliki toleransi yang baik dalam mengobati gejala-gejala positif, negatif, dan kognitif skizofrenia dan gangguan skizoafektif. Ini dihubungkan dengan suatu risiko yang rendah dari efek merugikan yang umum dari terapi antipsikotik, termasuk perubahan metabolisme dan endokrin. Efek samping dari aripiprazol adalah dizziness, insomnia, akathisia, nausea, hipotensi postural, konstipasi, sakit kepala, asthenia, sedasi, tardive dyskinesia. 15 Aripiprazol ini diserap dengan baik setelah pemberian oral. Puncak konsentrasi plasma dicapai dalam waktu 3 sampai 5 jam setelah pemberian. 1-2,15 Bioavaibilitas dari aripiprazol setelah pemberian oral adalah 87 persen. Absorbsi aripiprazol tidak terpengaruh oleh pemberian makanan. 1-3 Aktivitas aripiprazol terutama disebabkan oleh senyawa induknya, meskipun beberapa aktivitas berhubungan dengan metabolik dehydroaripirazole. Eliminasi waktu paruh aripiprazol adalah sekitar 75 jam, dan eliminasi waktu paruh dehydroaripiprazole adalah 96 jam. Waktu yang relatif panjang mendukung dosis sekali sehari untuk aripiprazol dan menunjukkan bahwa pasien harus mencapai konsentrasi plasma steady state dalam waktu 14 hari. Aripiprazol secara ekstensif dimetabolisme di hati dengan dehidrogenasi, hydroxilasi dan N-alkylation. Metabolisme terutama oleh enzim CYP 3A4 dan enzim CYP 2D6. 1-3,15 Aripiprazol tersedia dengan sediaan 5 mg, 10 mg, 15 mg, 20 mg dan 30 mg tablet. Dosis efektif adalah 10 mg hingga 30 mg/ hari. 1-3, Aripiprazol diberikan pada dosis antara 10 mg hingga 30 mg per hari. 1,3,15 Dua studi membandingkan 10 mg aripiprazol dengan plasebo, dalam sebuah studi, aripiprazol lebih efektif daripada plasebo, sedangkan, di sisi lain, itu tidak efektif. Hal ini menunjukkan bahwa 15 mg diberikan sekali sehari adalah dosis yang wajar untuk memulai pengobatan. Tidak ada bukti bahwa dosis yang tinggi berhubungan dengan kemungkinan perbaikan yang lebih besar. Sebagai hasilnya pasien mungkin harus dicobakan dengan 15 mg perhari 5

untuk jumlah waktu yang cukup (misalnya 2 sampai 4 minggu) sebelum 3, 10,15 meningkatkan dosis. 2.4 KERANGKA KONSEPTUAL Pasien Skizofrenik berdasarkan PPDGJ III Pre Test PANSS total Aripiprazol PANSS total Post Test