SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

BAB I PENDAHULUAN. dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

PERAN KOMISI KEJAKSAAN DALAM PENGAWASAN KINERJA KEJAKSAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 (dilihat juga dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

PELAKSANAAN PENGAWASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara menganut sistem pemerintahan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kekuasaan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. sesuai yang diamanatkan pada Pasal 1 ayat (1) UUD RI 1945.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkedaulatan rakyat yang dalam pelaksanaannya menganut prinsip

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dimana disetiap daerah berdasarkan kewenangan otonomi dibentuk Dewan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. 1

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 merupakan titik balik penting dalam sejarah pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam menjalankan pemerintahan daerah. Dewan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun merupakan landasan pemerintah dalam mengatur kegiatannya dan untuk

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

BAB I PENDAHULUAN. pengambil keputusan dalam pemerintahan di era reformasi ini. Pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

SKRIPSI PELAKSANAAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang besar dan luas dari segi georafis serta terdiri dari beribu-ribu

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui tiga asas yaitu desentralisasi, dekosentrasi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H.

PERAN BIRO HUKUM DALAM HARMONISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH (STUDI DI BIRO HUKUM SETDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH)

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,

SKRIPSI. Pemekaran Nagari Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembangunannya khususnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kototangah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, pada Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

Bab I PENDAHULUAN. menyangkut 3 hal yaitu : legislasi, pengawasan dan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

PERUBAHAN STATUS TANAH HAK MILIK MENJADI HAK GUNA BANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN PT (PERSEROAN TERBATAS) MELALUI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

KEWENANGAN GUBERNUR DALAM URUSAN AGAMA DI DAERAH SKRIPSI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan Daerah Istimewaan yang berbeda dengan Provinsi yang lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 14 TAHUN 2014

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. berwenang untuk membuat Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara cumacuma)

Transkripsi:

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE 2009-2014 TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh : Bima Putera Mokoginta No. Bp. 05940174 Program Kekhususan : Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Reguler Mandiri Universitas Andalas Padang 2012 No. Reg : 117/PK IV/VI/2012

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian... 8 E. Metode Penelitian... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintahan Daerah... 13 B. DPRD... 17 1. Sejarah DPRD... 17 2. Fungsi DPRD... 22 3. Tugas dan Wewenang DPRD... 23 4. Keanggotaan DPRD... 24 5. Hak dan Kewajiban DPRD... 24 6. Alat Kelengkapan DPRD... 27 C. Peraturan Daerah... 27

1. Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan... 27 2. Asas-Asas Peraturan Daerah... 29 D. Pengawasan... 35 1. Pengertian Pengawasan... 35 2. Ruang Lingkup Pengawasan... 37 BAB III PEMBAHASAN PERMASALAHAN A. Pengaturan Tentang Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah... 38 1. Bentuk Fungsi Pengawasan DPRD... 38 2. Pengaturan Pengawasan DPRD Terhadap Peraturan Daerah... 42 B. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Padang Terhadap Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2007... 46 1. Gambaran Umum DPRD Kota Padang Periode 2009-2014... 46 2. Hasil Penelitian Komisi I Terhadap Pengawasan Perda Nomor 4 Tahun 2007... 52 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 62 B. Saran... 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Anggota Fraksi DPRD Kota Padang... 46 Tabel 2 Pimpinan DPRD Kota Padang... 47 Tabel 3 Susunan keanggotaan Komisi I DPRD Kota Padang... 53

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang. Kemudian dalam Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa : pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dilaksanakan dengan asas Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping itu juga melaksanakan Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau kepada instansi vertikal, dan serta melaksanakan tugas pembantuan, yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah terdapat dua macam produk hukum yang dihasilkan oleh suatu daerah, yaitu : 1. Peraturan daerah (perda) yang ditetapkan oleh kepala daerah yang setelah mendapat persetujuan bersama DPRD, dan 2. Peraturan kepala daerah merupakan kewenangan kepala daerah yang dibuat dengan tujuan untuk melaksanakan peraturan daerah.

DPRD yang memegang peranan penting dalam sistem demokrasi yang mana perwakilan tersebut erat kaitannya dengan otonomi daerah. Otonomi daerah menempatkan DPRD sebagai institusi atau lembaga perwakilan rakyat yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi diberbagai daerah. Harapan yang lebih baik terhadap pelaksanaan fungsi DPRD diwujudkan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Undaang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan telah dirubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menempatkan DPRD sebagai bagian dari sistem pemerintahan daerah. Optimalisasi peran DPRD sebagai penyalur aspirasi masyarakat dan fungsi legislasi di daerah diharapkan dapat dilaksanakan lebih baik dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Dan kemudian pelaksanaan fungsi DPRD lebih dipertegas dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Keberadaan dan berfungsinya lembaga perwakilan tersebut, baik di pusat maupun di daerah, dari suatu negara yang menyatakan diri sebagai negara demokrasi konstitusional sering dijadikan oleh para ahli sebagai ukuran dari kadar demokrasi yang dilaksanakan dalam negara tersebut. 1 Pasal 40 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintaha Daerah yang sejalan dengan Pasal 343 ayat (1) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1 Ni matul Huda, 2005, Otonomi Daerah Filosofi Sejarah dan Perkembangan dan Problematika, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Hal 123.

2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyebutkan bahwa DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah dan merupakan salah satu unsur penyelenggara pemerintahan daerah disamping pemerintah daerah. Dengan demikian DPRD memiliki fungsi utama yaitu : a. Fungsi legislasi ; b. Fungsi anggaran ; c. Fungsi pengawasan. Salah satu fungsi dari DPRD yaitu pengawasan, pengawasan terhadap jalannya pemerintahan dan peraturan perundang-undangan yang dilakukan DPRD beberapa tahun ini muncul kepermukaan dan diberitakan media massa, khususnya setelah era reformasi bergulir. Selain itu pengawasan juga berguna untuk melakukan penindakan dan penertiban secara umum yang diperlukan terhadap perbuatan korupsi, penyalahgunaan kewenangan, keborosan dan pemborosan kekayaan negara. 2 Berkaitan dengan pengawasan, dalam Pasal 217 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah diatur pengawasan dilakukan dengan pembinaan. Namun, pengawasan yang dikehendaki lebih ditekankan pada pengawasan efektif dengan tujuan untuk lebih memberikan kebebasan pada daerah otonom dalam mengambil keputusan, serta memberikan peran pada DPRD untuk mewujudkan fungsinya sebagai badan pengawas terhadap kebijakan pelaksanaan otonomi daerah. Sementara itu, pembinaan lebih ditekankan upaya memfasilitasi pemberdayaan daerah otonom berupa pemberian pedoman standar, arahan, pelatihan, dan supervisi. 3 Fungsi pengawasan yang dilakukan DPRD adalah dengan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan daerah (perda) yang 2 Sujatmo, 1987, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta : Ghalia Indonesia, Hal 180. 3 Hari Sabarno, 2007, Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa, Jakarta :Sinar Grafika, Hal 47.

dijalankan oleh eksekutif. Fungsi pengawasan dioperasionalisasikan secara berbeda dengan lembaga pengawas fungsional. DPRD sebagai lembaga politik juga melakukan pengawasan yang bersifat politis. Tugas dan wewenang pengawasan yang dilakukan oleh DPRD berada dalam dimensi politik. Hal ini berarti tugas pengawasan yang dilakukan DPRD lebih menekankan pada segi hubungan antara penggunaan kekuasaan oleh eksekutif dengan kondisi kehidupan rakyat didaerah. Misalnya apakah rakyat benar-benar telah memperoleh pelayanan dan perlindungan sebagaimana mestinya, apakah peraturan daerah yang diberlakukan pemerintah telah sesuai dengan kehendak rakyat, dan sebagainya. Jika ternyata dari hasil pengawasan diperoleh indikasi adanya kecenderungan yang negatif atau merugikan kepentingan rakyat dan negara, DPRD berwenang menanyakan dan menyatakan keberatannya kepada pemerintah daerah. DPRD boleh meminta kepala daerah untuk menunda atau mencabut kebijakannya jika benar-benar merugikan rakyat banyak. Bahkan jika berkategori pelanggaran terhadap hukum, DPRD sewaktuwaktu dapat menindaklanjuti dengan meminta pertanggungjawaban kepala daerah. Sedangkan pengawasan yang dilakukan perangkat pengawas fungsional berada dalam dimensi administrasi. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Padang secara konkrit telah mengeluarkan berbagai macam produk hukum yang sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-undang. Namun dalam pelaksanaanya hingga saat ini sepertinya memiliki kendala dalam mengawasi peraturan daerah. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Padang lebih penulis tekankan kepada penerapan kebijakan pemerintah daerah dalam

pelaksanaan peraturan daerah yang dalam hal ini adalah Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat. Karena bila diperhatikan secara kasat mata sejak peraturan daerah ini diberlakukan masih banyak sekali kesenjangan-kesenjangan atau ketidaksesuaian dalam menerapkan peraturan daerah tersebut yang akhirnya bisa berimbas terhadap penerapan kebijakan pemerintah daerah yang pertamanya bertujuan untuk menciptakan suatu kota yang indah, bersih dan tentram. Malah menjadikan kebijakan itu sebagai kebijakan yang akhirnya merugikan pemerintahan daerah dan juga masyarakat umum. Seperti yang dikutip pada koran padang ekspres pada hari minggu, tanggal 11 Maret 2012, DPRD sebagai penghasil Perda Nomor 4 Tahun 2007, juga tidak melakukan pengawasan secara maksimal, padahal untuk membuat ranperda ini, sebesar Rp.200 juta Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang telah dikeluarkan, artinya jika eksekutif dan legislatif tidak melakukan pengawasan yang maksimal, maka Rp.200 juta uang rakyat akan terbuang percuma. 4 Anggota Komisi III DPRD kota Padang, Irwan Fikri menilai lemahnya penerpan perda ini dilakukan pemko padang, dikarenakan tidak adanya konsistensi yang dilakukan pemerintah. Sehingga pelanggaran demi pelanggaran terus terjadi. Konsistensi itu tidak hanya dibebankan kepada pemerintah semata, namun DPRD sebagai lembaga pembuat perda juga mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap perda tersebur. 5 4 http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=25524, diakses pada tanggal 09-04-2012 jam 21.42. 5 Ibid.

Berikut ini adalah beberapa contoh kesenjangan atau ketidaksesuaian yang dihadapi dalam penerapan Perda Nomor 4 Tahun 2007, antara lain dala Pasal 2 ayat 2 disebutkan dilarang mencuci, memperbaiki kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor secara terus menerus dan memasang reklame dijalan atau trotoar, dalam Pasal 2 ayat 4 disebutkan dilarang memakai jalan dan trotoar untuk kepentingan pribadi atau kelompok yang menghambat kelancaran lalu lintas, contoh selanjutnya Pasal 3 ayat 2 dengan tegas melarang setiap pengemudi, pemilik kendaraan angkutan kota dilarang menambah dan atau memakai peralatan sound system yang mengeluarkan bunyi yang keras, dan kemudian dalam Pasal 4 ayat 3 dimana disebutkan dilarang memasang, menempelkan dan menggantungkan benda-benda apapun pada sarana dan pohon pelindung dijalur taman kota dan tempat umum. Kesenjangan dan ketidaksesuaian perda ini, dapat kita lihat sehari-hari di jalan-jalan kawasan kota padang, seperti pada kawasan Permindo, ruas jalan Khatib Sulaiman, Air Tawaar, A Yani dan kawasan-kawasan yang lainnya di kota Padang. Beberapa contoh diatas menimbulkan berbagai problema bagi masyarakat kota Padang, khususnya bagi masyarakat di kota Padang karena dianggap mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, dan juga APBD yang digunakan untuk membuat perda ini jadi terbuang percuma. Berdasarkan uraian diatas mengingat betapa pentingnya pengawasan yang dilakukan oleh DPRD terhadap ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta mengkaji secara lebih detail yang akan penulis tuangkan dalam suatu karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE 2009-2014 TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT B. Perumusan Masalah Berkaitan dengan judul dan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas maka permasalahan yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimana pengaturan tentang fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah? 2. Bagaimana pelaksanaan pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Padang terhadap Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tentang pengaturan pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Padang terhadap Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Diharapkan hasil penelitian ini secara teoritis bermanfaat bagi pengembangan hukum tata negara umumnya dan ilmu perundang-undangan khususnya. b. Diharapkan hasil peneilitian ini secara teoritis bermanfaat bagi peneliti-peneliti lain yang mungkin mengembangkan hasil penelitian ini. 2. Manfaat Praktis E. Metode Penelitian a. Diharapkan hasil penelitian ini secara praktis bermanfaat bagi pemerintah kota Padang dalam pelaksanaan peraturan daerah terkait dimasa akan datang. b. Diharapkan hasil penelitian ini secara praktis bermanfaat bagi DPRD kota Padang dalam melaksanakan fungsi pengawasan dimasa akan datang. Untuk keberhasilan suatu penelitian yang baik dalam memberi gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian, sebagaimana pendapat Soerjono Soekanto sebagai berikut : 6 Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian yang ditimbulkan didalam gejala yang bersangkutan. 6 Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, Hal 43.

1. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah yuridis sosiologis, yang melihat bekerjanya hukum dilapangan atau masyarakat. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan data tentang suatu keadaan atau gejala-gejala sosial yang berkembang ditengah-tengah masyarakat sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis tentang objek yang akan diteliti. Sebagaimana dikemukakan oleh Hadari Nawawi : 7 Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselediki. 3. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah: a. Data Primer Data diperoleh secara langsung melalui penelitian dilapangan, dalam hal ini penulis mendapat data primer dari responden dan informan pada saat penelitian yang dilakukan dilokasi penelitian. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (Library Research) yang ada berupa bahan hukum, data tersebut terdiri dari: 1) Bahan Hukum Primer 7 H. Hadari Nawawi, 2007, Metode Penilitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, Hal 33.

Bahan hukum yang memiliki ketentuan hukum mengikat yang dalam hal ini berupa peraturan perundang-undangan. a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah; c) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah; d) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; e) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum yang dapat menunjang bahan hukum primer dan dapat membantu penulis dalam menganalisis dan memahami bahan hukum primer seperti : Literatur atau hasil penulisan yang berupa hasil penelitian, Buku-buku, Makalah, Majalah tulisan lepas.

3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum yang memberi petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia. 4. Pengumpulan Data Penelitian lapangan ini dilakukan di Komisi I DPRD kota Padang yang membidangi urusan hukum dan pemerintahan. Dalam penelitian ini, untuk memanfaatkan data yang ada maka dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : a) Studi Dokemen Melakukan infentarisasi terhadap bahan-bahan hukum yang diperlukan, seperti : bahan-bahan hukum primer, bahan-bahan hukum sekunder, dan bahan-bahan hukum tersier. Melakukan pencatatan dan pembuatan daftar ikhtisar yang berisikan berbagai pengertian dan pendapat para ahli tentang penulisan skripsi ini. b) Wawancara Wawancara ini dilakukan dengan cara semi struktur dengan menggunakan teknik dan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan Bapak Idra, SH selaku Pimpinan Komisi I DPRD Kota Padang.

5. Pengolahan Data dan Analisis Data a) Pengolahan Data Pengolahan data disusun secara sistematis melalui proses editing, yaitu penulisan akan merapikan kembali data yang telah diperoleh dengan memilih data yang sesuai dengan keperluan dan tujuan penelitian sehingga didapat suatu kesimpulan akhir secara umum yang nantinya akan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kenyataan yang ada. b) Analisis Data Setelah data primer dan data sekunder diperoleh selanjutnya dilakukan analisis data yang didapat dengan menggunakan kenyataan-kenyataan dalam bentuk kalimat. Terhadap semua data yang telah diperoleh dari hasil penelitian tersebut, penulis menggunakan metode analisis secara kualitatif yaitu dengan menganalisis data yang ditemukan dilapangan dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat.