BAB I PENDAHULUAN. tersebut tinggi. Undang-Undang No.14 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2010 (Infodatin,

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Di tingkat dunia, penyakit tidak menular (PTM) menjadi persoalan serius

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELOMPOK LANJUT USIA DALAM PEMILIHAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DI BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

BAB I PENDAHULUAN. hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas dari itu yaitu

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

KERANGKA ACUAN PELATIHAN KADER POSBINDU PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di 14 posyandu lansia Tamantirto Kasihan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian ini menggunakan disain penelitian Quasy

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan ibu, bayi balita dan pasangan usia subur. Kegiatan di posyandu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak


BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. waktu beberapa dekade (Notoatmodjo, 2007) terdapat sebanyak 130 juta lansia (4% dari total populasi), pada tahun 2000

BAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

Oleh : Tarjuman, SKp.,MNS. Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIBBA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini banyak terjadi pada balita terutama di negara-negara. makanan yang tidak cukup (Nelson, 1996). Rata-rata berat badannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan Paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasie

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. 70,84 (BPS, 2016). DIY memiliki indeks angka UHH tertinggi dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

Pengaruh Self Help Group terhadap Pengetahuan tentang Hipertensi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat bergantung pada angka harapan hidup manusia, semakin tinggi angka harapan hidup maka kesejahteraan di suatu wilayah tersebut tinggi. Undang-Undang No.14 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menjelaskan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Proses penuaan merupakan fisiologi tubuh manusia, selain itu proses penuaan berbanding lurus dengan penurunan daya tahan sehingga mudah terserang penyakit bahkan kematian (Ma rifatul, 2011). Jumlah penduduk lansia di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Tahun 2005 jumlah penduduk lansia adalah 18,2 juta orang atau 8,2%. Tahun 2007 penduduk lansia Indonesia berjumlah 18,7 juta (8,42%), tahun 2010 meningkat 9,77% dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlahnya akan meningkat dua kali lipat yaitu berjumlah 28,8 juta (11,34%) (Kemenkes, 2013). Presentase penduduk lansia di tingkat provinsi paling tinggi terdapat di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) (13,04%), Jawa Timur (10,40%), dan Jawa Tengah (10,35%) (Susenas, 2012). Jumlah lansia merupakan cerminan dari angka harapan hidup penduduk Indonesia, semakin banyak populasi lansia berarti semakin semakin tinggi angka harapan hidup (AHH). 1

2 Tingginya angka harapan hidup merupakan suatu indikator kesejahteraan dalam bidang kesehatan. Tahun 2004 sampai 2015 di Indonesia terjadi peningkatan angka harapan hidup lansia dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun (Infodatin, 2016). Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki tingkat populasi lansia tertinggi di Indonesia, dengan angka harapan hidup mengalami peningkatan pada tahun 2014 dari 74,45 tahun menjadi 74,50 tahun (Badan Pusat Statistik DIY, 2014). Angka harapan hidup (AHH) di Kabupaten Bantul pada tahun 2015 mencapai 73,24 tahun (BPS Kabupaten Bantul, 2015). Lansia telah mengalami penurunan daya tahan tubuh dan hal tersebut merupakan fisiologis dari manusia. Penyakit yang sering muncul pada lansia adalah penyakit-penyakit tidak menular. Hasil survey Kemenkes (2013), penyakit yang paling banyak terjadi pada lansia adalah penyakit tidak menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Masalah penuaan juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga para lansia rentan juga terkena infeksi penyakit menular. Badan Pusat Statistik Yogyakarta (2015) menunjukkan peningkatan populasi lansia dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan. Masalah umum yang paling sering terjadi pada lansia adalah pada aspek medis, psikologis, ekonomi, dan sosial. Masalah ekonomi yang sering dialami lansia adalah sering di anggap beban karena tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

3 Pemerintah telah membuat suatu kebijakan untuk memperhatikan kesehatan lansia. Salah satunya melalui kementrian kesehatan yang membuat peraturan menteri kesehatan Nomor 67 tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lansia di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Puskesmas melakukan pendidikan dan pelatihan mengenai pelayanan kesehatan dasar untuk para kader kesehatan sebagai bekal melaksanakan kegiatan posyandu lansia. Tujuan pendidikan dan pelatihan adalah menjadikan posyandu lansia tersebut bermutu pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas, maka kader posyandu harus memiliki beberapa pengetahuan kader tentang pelayanan kader posyandu lansia yaitu para kader posyandu lansia harus mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat, mempunyai pendidikan kesehatan yang baik dan mendapat pelatihan kesehatan. Kegiatan seperti posyandu lansia sangat membutuhkan kader. Posyandu lansia merupakan organisasi yang membutuhkan unsur manusia didalamnya oleh sebab itu kader posyandu lansia merupakan unsur yang penting dalam posyandu lansia. Kader posyandu lansia wajib memberikan pelayanan yang optimal sehingga efeknya lansia mendapatkan kenyamanan dan kepuasan didalam posyandu lansia (Siagian, 2004 dalam Anggraeni, 2014). Kinerja dari kader posyandu lansia dapat mempengaruhi kepuasan lansia seperti pada penelitian yang dilakukan di posyandu lansia di Ciputat Jakarta Timur, disebutkan bahwa terdapat pengaruh antara kinerja kader posyandu lansia terhadap tingkat kepuasan lansia di posyandu lansia (Anggraeni, 2014). Hasil

4 penelitian tersebut menyatakan bahwa kinerja kader posyandu lansia berpengaruh terhadap tingkat kepuasan lansia meskipun nilai signifikansinya rendah. Tahun 2015 jumlah posyandu lansia di Indonesia sudah tersebar di 23 provinsi. Posyandu lansia terbanyak ada di provinsi Jawa Timur yaitu berjumlah 54.522 posyandu lansia sedangkan di DIY ada sekitar 3.280 posyandu lansia (Kemenkes, 2016). Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kasihan 1 Bantul Yogyakarta jumlah seluruh penduduknya adalah 55.874 jiwa. Puskesmas Kasihan 1 Bantul merupakan puskesmas yang bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Puskesmas Kasihan 1 Bantul memiliki posyandu lansia 31 kelompok dan terdapat 14 posyandu lansia yang masih dibantu. Posyandu lansia terbagi menjadi 2 wilayah yaitu Bangunjiwo Dan Tamantirto Jumlah penduduk lansia adalah 8.381 jiwa. Jumlah kader posyandu lansia seluruhnya adalah 275 orang dengan jumlah kader aktif adalah 257 orang. (Puskesmas Kasihan 1, 2017). Peneliti ingin melakukan penelitian di Wilayah Tamantirto terdapat 14 posyandu lansia karena sebagian besar posyandu di wilayah Tamantiro masih dibantu. Posyandu lansia Wilayah Tamantirto merupakan bagian dari posyandu binaan dari Puskesmas Kasihan 1. Jumlah lansia yang mengikuti posyandu lansia tersebut adalah 622 orang. Jumlah kader adalah 161 orang. Survey di lokasi posyandu lansia didapatkan masalah pada kader posyandu lansia tersebut yaitu kader posyandu lansia tidak dapat mendokumentasikan hasil kegiatan posyandu dengan baik seperti buku catatan posyandu yang tidak lengkap

5 padahal harus di setorkan ke puskesmas Kasihan 1, pada beberapa posyandu lansia kader juga tidak mendapatkan pelatihan kegiatan pendukung posyandu lansia seperti senam lansia dan cara mendokumentasikan catatan posyandu. Hasil studi pendahuluan di posyandu didapatkan hal-hal tersebut sehingga tentu mempengaruhi kinerja dari kader posyandu lansia. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait hubungan kinerja kader posyandu lansia dengan tingkat kepuasan lansia yang mengikuti kegiatan posyandu lansia tersebut. B. Rumusan masalah Lansia atau seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun keatas perlu diperhatikan aspek kesehatannya. Lansia mudah terserang penyakit, perhatian dari aspek kesehatan salah satunya dengan program posyandu lansia, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana kinerja kader posyandu lansia di Wilayah Tamantirto Kasihan Bantul? 2. Bagaimana tingkat kepuasan lansia yang mengikuti posyandu lansia di Wilayah Tamantirto Kasihan Bantul? 3. Apa pengaruh kinerja kader posyandu dengan tingkat kepuasan lansia yang mengikuti lansia tersebut? C. Tujuan 1. Tujuan Umum

6 Mengetahui hubungan kinerja kader posyandu lansia terhadap tingkat kepuasan lansia yang mengikuti posyandu lansia di Wilayah Tamantirto. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kinerja kader posyandu lansia di Wilayah Tamantirto. b. Mengetahui tingkat kepuasan lansia yang mengikuti posyandu lansia di Wilayah Tamantirto D. Manfaat 1. Bagi Puskesmas Puskesmas mendapatkan data terkait kinerja posyandu lansia terhadap tingkat kepuasan lansia yang mengikuti posyandu lansia. 2. Bagi posyandu lansia Hasil penelitian ini dapat digunakan acuan untuk evaluasi kader posyandu lansia. 3. Bagi kader posyandu lansia Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pelajaran bahwa kontribusi kader posyandu lansia sangat penting dan agar kader posyandu lansia dapat lebih giat dalam melaksanakan tugas. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Dina (2010), tentang Evaluasi Tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Balita di Puskesmas Kasihan 1 Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan metode

7 observasional, populasi penelitiannya adalah sejumlah posyandu yang merupakan tempat kader bertugas yaitu di daerah Puskesmas Kasihan 1. Hasil penelitian ini adalah tugas kader pada pelaksanaan posyandu adalah cukup dengan presentase 59%. System 5 meja posyandu belum terlaksanan dengan baik, khususnya pada meja ke-4 dan ke-5. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Perbedaan dari penelitian yang saat ini dilakukan pada jumlah respondennya, umur responden, dan variabel independen dan independen. Persamaannya adalah pada tempat dan vadiabel dependennya. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Evi Kusmiati (2013) tentang Pengaruh Pelatihan Kader Kesehatan Tentang Pola Lima Meja Terhadap Tingkat Keaktifan Kader dalam Mengelola Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan 1. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh pelatihan kader kesehatan mengenai pola lima meja terhadap tingkat keaktifan kader sebelum dan sesudah dilakukan pre test dan post test dengan nilai signifikansi p=0,025 pada kelompok perlakuan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jumlah respondennya, variabel independen dan variabel dependen. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada tempat penelitiannya. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2014) tentang Hubungan Antara Kinerja Kader Posyandu Lansia Terhadap Kepuasan Lansia Di Kelurahan Rempoa Wilayah Binaan Kerja Puskesmas Ciputat Jakarta

8 Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan teknik proporsional stratified random sampling. Populasi penelitiannya adalah 134 lansia anggota aktif yang tersebar di 4 posbindu di kelurahan Rempoa binaan Puskesmas Ciputat Timur. Hasil penelitian ini diperoleh P-value 0,000 atau sig<0,05 maka Ho ditolak artinya menunjukkan ada hubungan yang sigifikan antara kinerja kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia dengan kekuatan korelasi yang rendah dengan r=0,381. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada bagian variable penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada tempat, cakupan wilayah, jumlah responden.