BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara

PENJELASAN ATAS PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA. PUTUSAN Nomor: 045/Y7K3P-PS-A/ IDENTITAS

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan

PUTUSAN. Nomor : 05 /PTS/KIP-SU/IX/2014 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA BARAT. PUTUSAN Nomor: 003/PTSN-PS/KISB/V/2015 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA BARAT 1.

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

2016, No Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (Berita Negara Republik Indo

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA BARAT. PUTUSAN MEDIASI Nomor : 006/PTSN-PS/KISB/VII/2015

PENYELESAIAN SENGKETA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

Laporan Layanan Informasi Publik Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

Penyelesaian Sengketa di Komisi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Komisi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN UU KIP DI PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA BARAT TAHUN 2016 KELENGKAPAN STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. mereka secara terbuka.pertanggungjawaban adalah dasar demokrasi, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor penentu bagi keseluruhan dinamika kehidupan sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

PUTUSAN. Nomor : 12 /PTS/KIP-SU/XI/2014 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

2011, No Tata Cara Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

HAK AKSES INFORMASI PUBLIK. Oleh: Mahyudin Yusdar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

PPID UTAMA MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN UU KIP DI PPID PEMBANTU DAN SATKER PENDIDIKAN TAHUN 2017 KELENGKAPAN STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publ

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

PUTUSAN. Nomor : 12/PTS/KIP-SU/IV/2015 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 3 Januari 2017 Kepala BKPP DIY. Ir. Arofa Noor Indriani, M.Si. NIP

Pusat Pelayanan Informasi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KI. Penyelesaian Sengketa. Informasi Pemilihan Umum. Standar Layanan. Prosedur.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

PUTUSAN. Nomor : 02/PTS/KIP-SU/II/2016 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

PUTUSAN Nomor: 260/PTSN-MK. PA/KI-JBR/VI/2014

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

Dualisme melihat Kedudukan hukum Pemohon Informasi

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan. Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

TUGAS DAN FUNGSI UNIT PENGELOLAAN INFORMASI, DOKUMENTASI DAN ARSIP, PELAYANAN INFORMASI SERTA PENGADUAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA PPID UTAMA ACEH

PUTUSAN. Nomor : 09/PTS/KIP-SU/X/2014 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

PUTUSAN. Nomor : 13/PTS/KIP-SU/XI/2014 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

PUTUSAN. Nomor: 18/PTS/KIP-SU/X/2017 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

PUTUSAN. Nomor: 04/PTS/KIP-SU/II/2017 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

Komisi Informasi Provinsi Banten

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

PUTUSAN NOMOR : 21/XII/KIProv-LPG-PS-A/2016 KOMISI INFORMASI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

PUTUSAN. Nomor: 06/PTS/KIP-SU/II/2017 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA IDENTITAS

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu

PPID PEMBANTU STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG PROVINSI JAWA TIMUR

PUTUSAN. Nomor : 14/PTS/KIP-SU/IV/2015 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

PUTUSAN NOMOR: 006/VI/KIPDIY-PS/2015 KOMISI INFORMASI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 1. IDENTITAS PARA PIHAK

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 36/PTS/KIP-SU/IX/2015 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Tahun hak setiap orang yang wajib dihormati. Karena jika tidak, maka akan

PUTUSAN. Nomor: 08/PTS/KIP-SU/II/2017 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

P U T U S A N. Nomor : 11/G/KI/2016/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 28/PTS/KIP-SU/VIII/2016 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PUTUSAN. Nomor : 26/PTS/KIP-SU/VIII/2015 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI INDONESIA

PUTUSAN Nomor: 348/PTSN-MK. PA/KI-JBR/XI/2014

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum (rechtsstaat) adalah 1 1. Perlindungan hak-hak asasi manusia; 2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; 3. Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan 4. Peradilan administrasi dalam perselisihan Memasuki era reformasi Indonesia mulai berbenah diri baik dari segi politik, ekonomi maupun hukum. Perkembangan zaman yang kian cepat membuat permasalahan hukum semakin kompleks. Dengan diamandemennya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Indonesia memperkuat hak asasi manusia salah satunya adalah hak untuk memperoleh informasi. Berdasarkan Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, 1 Ridwan H R,2010, Hukum Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 3.

mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Setiap Badan Publik mempunyai kewajiban untuk membuka akses atas Informasi Publik yang berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk masyarakat luas. Hal ini merupakan bentuk dari terselenggaranya Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB) yang bersandar kepada asas Keterbukaan; Asas Kepentingan Umum dan Asas Pelayanan yang Baik. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, bahwa Pejabat Pemerintahan berkewajiban untuk menyelenggarakan Administrasi Pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintahan dan AUPB. Setelah melalui sekitar sembilan tahun proses pembahasan, akhirnya masyarakat mendapat jaminan hak atas informasi dengan disetujuinya keberadaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat, 3 April 2008. 2 Keberadaan undang-undang ini sangat penting, karena merupakan landasan hukum yang berkaitan dengan (1) hak setiap orang untuk memperoleh informasi; (2) kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permintaan Informasi secara cepat, tepat 2 Duloh Suherman, 2012, Politik Hukum Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia, Jurnal Hukum Elektonik, Info Ulumuddin Vol 1, Hlm.2

waktu, biaya ringan/proporsional, dan cara sederhana; (3) pengecualian bersifat ketat dan terbatas; (4) kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan Informasi (Penjelasan UU KIP). Konsep bahwa setiap informasi publik adalah rahasia negara mulai ditinggalkan dengan adanya UU KIP. Pelaksanaan keterbukaan informasi publik dalam penyelenggaraan suatu negara atau pemerintahan, merupakan perwujudan adanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance). Keberadaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) memberikan pencerahan dalam penyelenggaraan suatu negara atau pemerintahan dan jaminan kepastian hukum terhadap hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan turut serta mengontrol penyelenggaraan negara atau pemerintahan. Hak untuk memperoleh informasi publik ini secara tegas diatur Pasal 4 UU KIP, yang menyebutkan: (1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. (2) Setiap Orang berhak: a. Melihat dan mengetahui Informasi Publik; b. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik; c. Mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang-Undang ini; dan/atau

d. Menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundangundangan. (3) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi Publik disertai alasan permintaan tersebut. (4) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabila dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini Terdapat beberapa pokok pikiran terkait dengan rumusan Pasal 4 tersebut di atas. 3 Pertama, jaminan hak atas informasi yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) demikian luas. Lingkup hak atas informasi bukan hanya berbentuk dokumen saja, melainkan juga tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan badan publik agar masyarakat dapat mengakses informasi yang dibutuhkan. Untuk mewujudkan keterbukaan informasi tersebut diperlukan badan publik yang menyediakan informasi melalui media elektronik agar lebih mudah diakses. Lebih lanjut, UU KIP juga memberikan mandat agar badan publik secara proaktif memberikan akses kepada publik tanpa adanya permintaan terlebih dahulu, khususnya untuk informasi-informasi tertentu. Kedua, hak memperoleh informasi harus dipandang melekat dengan hak untuk mengajukan keberatan/gugatan melalui lembaga penyelesaian sengketa 3 Fauzi Syam, 2015, Hak Atas Informasi dan Legal Standing Para Pihak dalam Sengketa Informasi di Komisi Informasi, Jurnal Hukum Volume VII Nomor I, hlm.42.

yang ditunjuk (atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi/PPID, Komisi Informasi, maupun pengadilan) apabila dalam memperoleh informasi mendapat hambatan atau kegagalan. Hak mengajukan keberatan/gugatan ini merupakan akses masyarakat terhadap keadilan (access to justice). Hal ini merupakan dasar untuk mengajukan banding administrasi dan hak gugat (legal standing) bagi masyarakat ke pengadilan. Hak mengajukan keberatan/gugatan yang dimaksud diatas merupakan tindakan untuk mencari keadilan bagi masyarakat, dimana masyarakat melakukan upaya hukum agar mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan. Sebelum masyarakat lebih jauh menggugat ke pengadilan Komisi Informasi hadir sebagai lembaga mandiri yang berfungsi untuk menjalankan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik beserta peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Adjudikasi nonlitigasi. Komisi Informasi menjadi payung hukum atas tercapainya akses informasi publik yang baik. Meski UU KIP telah diberlakukan secara efektif sejak tanggal 30 April 2010 namun baru bisa diwujudkan pada tahun 2014 di Provinsi Sumatera Barat. 4 Dua tahun berjalan, tercatat setidaknya ada enam putusan yang telah diterbitkan melalui laman website resmi Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan Pasal 1 Padang, hlm.vii. 4 Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat, 2016, Memahami Keterbukaan Informasi Publik,

angka 5 UU KIP Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara badan publik dan pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan peraturan perundangundangan. Setiap Badan Publik memiliki fungsinya masing-masing dan menguasai informasi yang berbeda-beda sesuai dengan bidangnya. Informasi di bidang pertanahan penguasaannya terdapat pada Badan Pertanahan Nasional (BPN) dimana tidak semua informasi dapat diakses oleh masyarakat secara serta merta. Berdasarkan Pasal 7 ayat (3) UU KIP memberikan kewajiban kepada setiap badan publik untuk membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien. Maka dikeluarkanlah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 6 Tahun 2013 (Perkaban Nomor 6 Tahun 2013) Tentang Pelayanan Informasi di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Dalam peraturan tersebut dijelaskan tentang pembagian informasi mana yang menjadi informasi publik dan mana yang dikategorikan dalam informasi yang dikecualikan. Informasi dalam pemeliharaan Badan Pertanahan Nasional yang sering menjadi sengketa pada Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat adalah informasi terkait data fisik dan data yuridis suatu bidang tanah yang disebut dengan istilah warkah. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (Perkaban) Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, bahwa warkah adalah dokumen yang merupakan alat pembuktian data fisik dan data yuridis bidang tanah yang telah dipergunakan sebagai dasar pendafataran bidang tanah tersebut. Sengketa informasi yang berkaitan dengan suatu bidang tanah tersebut terjadi karena adanya kententuan bahwa informasi tentang surat ukur, buku tanah beserta warkahnya termasuk informasi yang dikecualikan berdasarkan Perkaban Nomor 6 Tahun 2013. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kanwil BPN Sumbar berpedoman kepada Perkaban Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dan kemudian menolak untuk mengabulkan permohonan informasi oleh pemohon yaitu Drs. H. Syafrial Dt. Garang M.Pd terkait informasi mengenai warkah. Menolak suatu permohonan informasi adalah hak setiap Badan Publik yang diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 17 UU KIP. Kanwil BPN Sumbar berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan perturan perundang-undangan. Namun Sedangkan pihak pemohon beranggapan ia mempunyai kepentingan atas informasi terkait tanah ulayat yang bersinggungan dengan tanah negara berupa Hak Guna Usaha (HGU) oleh PT. Pelalu Raya. Informasi yang diminta oleh Drs. H. Syafrial tersebut adalah bukti hak erfpacht verponding afdelling Nomor 330 atas nama Georg Erwin Oscar Krebs yang kini telah dikonversi menjadi Hak Guna Usaha nomor 20 Tahun 1993. Hal tersebut diminta pemohon sebagai alat bukti dalam mencocokkan data fisik dan data yuridis bidang tanah yang

bersinggungan dengan bidang tanah ulayat dari pihak pemohon. Sengketa Informasi mengenai warkah ini dimintakan penyelesaiannya kepada lembaga negara yang berwenang menyelesaikan sengketa informasi publik yaitu Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat dengan Nomor Perkara 003/PTSN- PS/KISB/V/2015. Berdasarkan Putusan Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat Nomor 003/PTSN-PS/KISB/V/2015 Majelis Komisioner memberikan putusan kepada Pemohon bahwa informasi yang dimintakan terkait warkah adalah informasi yang terbuka bagi pemohon yang bersifat ketat dan terbatas dengan memberikan salah satu pertimbangan berdasarkan ketentuan Pasal 187 ayat (1) dan (2) Perkaban Nomor 3 Tahun 1997 tentang PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Memperhatikan hal diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan ingin mengetahui bagaimanakah peran dari Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat dalam proses penyelesaian sengketa informasi mengenai warkah dan bagaimana proses penyelesaian sengketa informasi publik mengenai warkah pada Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat. Oleh sebab itu penulis mencoba mengkaji permasalahan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Mengenai Warkah pada Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yang meliputi: 1. Bagaimanakah Tugas dan Fungsi dari Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat dalam Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Mengenai Warkah? 2. Bagaimanakah Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Mengenai Warkah pada Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat serta Apa Saja Kendala dalam Proses Penyelesaian Sengketa Informasi tersebut? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana Tugas dan Fungsi dari Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat dalam proses penyelesaian sengketa informasi mengenai warkah. 2. Untuk mengetahui bagaimana Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Mengenai Warkah pada Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat. D. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis a. Untuk menambah pengetahuan penulis baik di bidang hukum umum maupun dibidang hukum administrasi negara, khususnya di

bidang Warkah Pendaftaran Tanah dan Hukum Acara pada Komisi Informasi. b. Melatih kemampuan penulis untuk melakukan penelitian ilmiah sekaligus menuangkan hasilnya dalam bentuk tulisan. c. Agar dapat menerapkan ilmu yang secara teoritis di perkuliahan dan menghubungkannya dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca tentang proses penyelesaian sengketa informasi publik di bidang pertanahan dalam upaya mengakses informasi warkah khususnya bagi Pemerintah dan masyarakat. Serta penulis mengharapkan agar dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai keterbukaan informasi publik di Provinsi Sumatera Barat. E. Metode Penelitian Guna memperoleh data yang kongkrit sebagai bahan dalam penelitian skripsi ini, maka metode yang digunakan adalah: 1. Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu suatu pendekatan dimana penulis melihat dan mengkaji norma hukum terhadap fakta-fakta dan kejadian yang terjadi pada masyarakat untuk memperoleh

informasi dan data. 5 Khususnya berkenaan dengan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Mengenai Warkah pada Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat. Pada tingkat perkembangan peradaban ilmu hukum seperti sekarang ini, mulai berkembang dengan pesatnya suatu cabang disiplin hukum yang secara sistematis dan intensif melakukan kajian terhadap aspek-aspek sosial (dari) hukum, yang kemudian lebih dikenal dengan studi hukum dan masyarakat. Di satu sisi, perkembangan yang demikian lebih dilatarbelakangi oleh suatu kebutuhan dimana hukum lebih dipandang dapat menjalankan fungsi-fungsinya sebagai perekayasa sosial, yang dengan demikian ia membutuhkan kehadiran ilmu-ilmu dasarnya seperti antropologi, psikologi, dan khususnya sosiologi 6. 2. Sifat Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran umum tentang fakta-fakta yang terjadi pada objek penelitian, tidak menggunakan angka-angka, tetapi menggunakan kalimatkalimat berdasarkan pandangan para pakar, peraturan perundang-undangan, termasuk data yang diperoleh pada objek penelitian yang memberikan gambaran secara detil mengenai permasalahan sehingga memperlihatkan sifat penelitian yang deskriptif. 5 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 133. 6 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001, hlm.75.

3. Jenis dan Sumber Data A. Jenis Data Data yang dikumpulkan meliputi: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan Komisioner Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat dan para pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa informasi mengenai warkah tanah. 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan melalui penelitian pustaka terhadap sumber data sekunder berupa: a. Bahan hukum primer Bahan Hukum Primer yaitu semua ketentuan yang ada berkaitan dengan pokok pembahasan, bentuk undang-undang dan peraturan-peraturan yang ada antara lain : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 7. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 8. Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Operasional 9. Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik 10. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang keterangannya mengenai peraturan perundang-perundangan,

berbentuk buku-buku ditulis sarjana, literatur-literatur, hasil penelitian yang telah dipublikasikan, jurnal-jurnal hukum dan lain-lain. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberi petunjuk atau penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder agar memperoleh informasi yang berkaitan erat dengan yang akan diteliti. B. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu: 1. Penelitian Kepustakaan (Lybrary Research) Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku-buku yang terdapat di Perpustakaan, antara lain: a. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas b. Perpustakaan Pusat Universitas Andalas, Padang 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Selain dari buku-buku yang terdapat di perpustakaan, data-data yang digunakan dalam penelitian juga bersumber dari lapangan berupa wawancara pada Kantor Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat. 4. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara: a. Wawancara

Wawancara (interview) dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab terhadap kedua belah pihak, yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Wawancara dilakukan dengan jalan komunikasi yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden) baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah semi terstruktur (semi structured interview) dengan menggunakan pedoman wawancara (interview s guidance) untuk menggali sebanyak-banyaknya informasi yang diperoleh dari para responden. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan Komisioner Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat, Mediator serta Panitera Pengganti Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat serta penulis juga melakukan wawancara dengan PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) Kanwil BPN Provinsi Sumatera Barat. b. Studi Dokumen Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content analysis. Menurut Ole R. Holsti sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto, content analysis adalah sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan

mengidentifikasi secara sistematik dan obyektif karakteristik khusus kedalam sebuah teknik. Dalam hal ini, penulis berusaha mendeskripsikan isi yang terdapat dalam suatu peraturan, mengidentifikasinya, dan mengkompilasi data-data terkait dengan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Mengenai Pendaftaran Tanah pada Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat. 5. Metode Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data Setelah data diperoleh, maka penulis akan memilih dan memperbaiki susunan data untuk selanjutnya dilakukan pengeditan data agar diperoleh data sehingga siap pakai untuk dianalisis. b. Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data. Setelah data yang diperoleh tersebut diolah maka selanjutnya penulis menganalisis data tersebut secara kualitatif. Analsis data secara kualitatif yaitu tidak menggunakan angka-angka (tidak menggunakan rumus-rumus matematika), tetapi menggunakan kalimat-kalimat yang merupakan pandangan para pakar, peraturan perundang-undangan, termasuk data yang penulis peroleh di lapangan yang memberikan gambaran secara detil mengenai

permasalahan sehingga memperlihatkan sifat penelitian yang deskriptif.