BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Bab ini mengetengahkan simpulan pertanyaan penelitian berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya dan saran yang diperlukan untuk meningkatkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Unit Layanan Pengadaan Kantor Wilayah kementerian Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta. 6.1. Simpulan 1. Evaluasi Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa di ULP Kanwil Kemenkumham DIY tahun 2013 maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengadaan barang/jasa di ULP Kanwil Kemenkumham DIY tahun 2013 secara keseluruhan sudah berjalan baik namun pelaksanaannya belum optimal atau belum sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dibuktikan dengan adanya informasi permasalahan gagal lelang dan wanprestasi. Adanya masalah gagal lelang menunjukkan bahwa tahap pelaksanaan pengadaan barang/jasa belum berjalan optimal, sedangkan masalah wanprestasi terjadi dalam tahap pasca pelaksanaan. 103
104 2. Penyebab gagal lelang dan lalai/cidera janji (wanprestasi) pengadaan barang/jasa di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DIY Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan secara umum bahwa penyebab gagal lelang dalam proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa di ULP Kanwil Kemenkumham DIY tahun 2013 adalah penyedia kurang berminat terhadap paket pekerjaan karena nilai paket lelang tidak signifikan bagi penyedia, syarat yang terlalu rumit, volume pekerjaan sedikit, dan harga mepet. Selain itu ada penyebab karena faktor eksternal yaitu naiknya kurs dolar. Sedangkan penyebab wanprestasi yang terjadi tahun 2013 adalah pemilihan penyedia barang/jasa yang kurang maksimal. Hal ini disebabkan mepetnya jadwal pelaksanaan lelang karena telah terjadi 2 kali gagal lelang, sehingga evaluasi penawaran kurang maksimal dan pokja melewatkan satu proses yang penting yaitu verifikasi lapangan, klarifikasi dokumen atau surat rekomendasi dari pemilik paket pekerjaan sebelumnya. Akibatnya penyedia yang terpilih tidak sesuai harapan. 3. Hal-hal yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan gagal lelang dan lalai/cidera janji (wanprestasi) Hal-hal yang telah dilakukan ULP Kanwil Kemenkumham DIY untuk mengatasi permasalahan gagal lelang dan wanprestasi adalah cenderung patuh pada peraturan dalam pelaksanaan dan bertindak sesuai aturan yang berlaku. Semua proses dalam pengadaan dibuktikan dengan dokumen. Namun demikian dalam kasus wanprestasi yang terjadi di Rutan Bantul ternyata tim pengadaan tidak melakukan prosedur sesuai dengan peraturan dengan melewatkan satu tahap verifikasi. Hal ini
105 dikarenakan SDM pengadaan yang terbatas, dan jadwal pengadaan yang mepet, selain itu tim pengadaan seharusnya melapor kepada PA/KPA untuk mendapatkan rekomendasi penunjukan langsung, namun hal ini tidak dilakukan. Prosedur ketika terjadi gagal lelang dan wanprestasi telah dilakukan sesuai dengan peraturan. Hal ini sesuai dengan data dokumen dan hasil wawancara dengan ketiga narasumber di lapangan. Hal-hal lain terkait peraturan yang diterapkan dalam mengatasi permasalahan yang timbul adalah tim pengadaan mengalami kesulitan dalam menerapkan aturan karena terbatasnya waktu yang disebabkan oleh mundurnya jadwal akibat gagal lelang. 4. Strategi peningkatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan gagal lelang dan lalai/cidera janji (wanprestasi) di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi peningkatan untuk mengatasi gagal lelang yaitu (a) persyaratan lelang dibuat tidak rumit supaya penyedia tertarik, (b) memecah paket diperbolehkan asal tidak dilakukan untuk menghindari lelang, (c) dilakukan swakelola atau penunjukan langsung, (d) melakukan konsultasi lebih intens dengan LKPP. Sedangkan strategi peningkatan untuk mengatasi wanprestasi dilakukan dengan cara yaitu (a) melakukan konsultasi dengan konsultan mengenai kontrak pengadaan, (b) meningkatkan SDM pengadaan dan juga dukungan fasilitas dari instansi, (c) memilih penyedia yang sesuai kriteria, dan punya kemampuan. Strategi untuk meningkatkan proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa dilakukan dengan cara-cara yaitu (a) meningkatkan strategi dalam perencanaan
106 pengadaan, (b) melibatkan pihak pengadaan dalam proses perencanaan pengadaan, (c) menggunakan sistem aplikasi terbaru yang lebih efisien, (d) fungsi pengawasan dan pengendalian khususnya ke Unit Pelaksana Teknis (UPT), (e) membuat bank data penyedia, (f) meningkatkan sosialisasi peraturan terbaru, (g) meningkatkan pengawasan internal dan eksternal dalam pengadaan. 6.2. Saran Berdasarkan simpulan dari penelitian di atas, penulis memberikan saran/rekomendasi sebagai berikut. 6.2.1. Evaluasi Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Evaluasi terhadap kegiatan pengadaan barang/jasa harus senantiasa dilakukan setiap periode tertentu tidak hanya ketika menghadapi permasalahan, namun juga evaluasi kegiatan secara keseluruhan dimana hal ini belum dilakukan secara kontinyu. 2. Setiap tahapan dalam proses pengadaan harus dimonitor oleh tim pengawas untuk mendapatkan umpan balik yang cepat bila terjadi permasalahan. 6.2.2. Penyebab gagal lelang dan lalai/cidera janji (wanprestasi) pengadaan barang/jasa di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DIY 1. Untuk mengatasi timbulnya permasalahan gagal lelang dapat disarankan untuk melakukan penunjukan langsung sesuai mekanisme, dengan terlebih dahulu melapor dan meminta rekomendasi dari PA/KPA. Penunjukan langsung dapat
107 dilakukan selama kriterianya memenuhi Perpres 70/2012 Pasal 84 ayat (6) yang berbunyi : dalam hal pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang gagal, Pokja ULP dapat melakukan Penunjukan Langsung berdasarkan persetujuan Pengguna Anggaran, dengan tetap memperhatikan prinsip efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas, dengan ketentuan : hasil pekerjaan tidak dapat ditunda, menyangkut kepentingan/keselamatan masyarakat, dan tidak cukup waktu untuk melaksanakan proses pelelangan/seleksi/pemilihan langsung dan pelaksanaan pekerjaan. Apabila tidak memenuhi kriteria maka tetap dilakukan lelang ulang hingga diperoleh pemenang. 2. Untuk mengatasi wanprestasi dapat disarankan kepada pokja untuk lebih berhatihati dalam melakukan evaluasi penawaran, melakukan klarifikasi dokumen dan verifikasi lapangan. Selain itu, diperlukan juga konsultan ahli mengenai masalah kontrak pengadaan. 3. Berkaitan dengan naiknya kurs dolar untuk pengadaan barang elektronik, maka dapat dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan e-katalog. 6.2.3. Hal-hal yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan gagal lelang dan lalai/cidera janji (wanprestasi) Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut. 1. Tetap patuh sesuai peraturan dalam melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa dan dalam menghadapi permasalahan yang mungkin timbul,
108 2. melaporkan hasilnya pada PA/KPA serta melakukan konsultasi secara intens dengan lembaga terkait yaitu LKPP. 3. Tertib administrasi pengadaan, semua proses dalam pengadaan harus dapat dibuktikan dengan dokumen. 6.2.4. Strategi peningkatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan gagal lelang dan lalai/cidera janji (wanprestasi) di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Tahap perencanaan Tahap ini merupakan tahap yang penting sebelum proses pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa dimulai. Pada tahap ini ditentukan strategi yang akan dilakukan dalam pengadaan dan pemilihan metode pengadaan. Untuk mengantisipasi munculnya permasalahan yang sama di kemudian hari penulis menyarankan untuk mengajak semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan untuk duduk bersama dalam merencanakan pengadaan. Setiap usulan untuk meningkatkan pelaksanaan pengadaan maupun strategi yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan matang oleh semua pihak, sehingga pada akhirnya semua kegiatan untuk mencapai tujuan pengadaan barang/jasa dapat berjalan lancar dan mencapai hasil yang diharapkan. 2. Sumber daya manusia Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting untuk melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi SDM pengadaan menjadi syarat mutlak bagi keberhasilan proses pengadaan.
109 Pembinaan dari instansi pusat, bimbingan teknis terkait pengadaan, sosialisasi peraturan dan strategi peningkatan harus senantiasa diadakan untuk mengantisipasi dinamika perubahan peraturan. Adanya permasalahan yang timbul dalam kegiatan barang/jasa hendaknya dijadikan pelajaran/pengalaman untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengadaan.