II. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki nilai gizi cukup tinggi, terutama kandungan vitamin A dan C. Kandungan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Sub

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. maupun subtropika. Negara penghasil pisang dunia umumnya terletak di daerah

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) berasal dari dunia tropika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

I. TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

I. PENDAHULUAN. Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

Analisis Sidik Ragam Jumlah Sklerotium S. rolfsii Pada Perlakuan Jenis Ekstrak Pupuk Kandang dan Lama Perendaman umur 1, 2, 3 dan 4 hsi

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur penyebab penyakit pada tanaman krisan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman ± 150 cm, terutama pada tanah yang subur. Perakaran tanaman kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

PENDAHULUAN. Cabai merah adalah salah satu komoditas sayuran penting yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

TINJAUAN PUSTAKA. fenotipik (morfologi) mempunyai morfologi basidiokarp yang beragam.

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Magniliophyta, subdivisi: Angiospermae, kelas: Liliopsida, ordo: Asparagales, famili:

II. TINJAUAN PUSTAKA. stimulan, jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak. dibudidayakan oleh petani di Indonesia, karena memiliki harga jual yang

PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Smith.) sudah tidak asing lagi bagi. penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam buah tomat banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Gambar 1. Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) dengan gejala layu bakteri di lahan pertanian daerah bedugul (Sumber : Foto pribadi, 2015)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) termasuk tanaman semusim berbentuk perdu, berdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) berasal dari Mexico. Sebelum abad ke-15 lebih

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

II. TINJAUAN PUSTAKA. tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu dari suku (famili), terong-terongan

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah spesies jamur patogen tanaman telah mencapai lebih dari

JENIS-JENIS JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN CABAI KOPAY

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Patogen Sclerotium rolfsii. inang yang sangat luas. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk famili solanaceae dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Produk hortikultura seperti buah-buahan dan sayuran setiap hari selalu dibutuhkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin bagi tubuh. Salah satu produk hortikultura yang setiap hari dibutuhkan masyarakat adalah cabai merah, baik digunakan untuk sayuran maupun sebagai campuran dalam bumbu masakan. Tanaman cabai merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang buahnya memiliki nilai gizi cukup tinggi, terutama kandungan vitamin A dan C. Kandungan gizi cabai dalam 100 gram bagian yang dapat dimakan mengandung vitamin A sejumlah 71,00 mg dan vitamin C sejumlah 18,00 mg (Harpenas dan Dermawan, 2010). 2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai termasuk kedalam, Divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanales, famili Solanaceae, genus Capsicum dan spesies Capsicum annum L. (Tjitrosoepomo, 2010). Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempahrempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus mem- 4

belinya di pasar (Harpenas, 2010). Seperti tanaman yang lainnya, tanaman cabai mempunyai bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Akar menurut (Harpenas, 2010), cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Batang utama cabai menurut (Hewindati, 2006) tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Menurut (Hewindati, 2006), daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing atau diistilahkan dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau. Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota 5

bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga. 2.3 Pengendalian Hama dan Penyakit Menurut (Harpenas 2010), salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp) berkisar 5-30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Beberapa hama yang paling sering menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai sebagai berikut, Hama ulat grayak merusak pada musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bagian bawah daun cabai. Serangan ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan sehingga proses fotosintesis terhambat. Ulat grayak terkadang memakan daun cabai hingga menyisakan tulang daunnya saja. Otomatis produksi buah cabai menurun. Menurut (Hewindati, 2006) selain hama, musuh tanaman cabai adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur /cendawan ataupun bakteri. Setidaknya ada enam penyakit yang kerap menyerang tanaman cabai yaitu: Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf) cendawan ini merusak daun dan menyebabkan timbul bercak bulat kecil kebasahan. Dikendalikan dengan pembersihan daun yang terkena, disemprot fungisida tembaga misal vitagram blue 5 10 gram/liter.busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian) cendawan ini hidup di batang tanaman, menyebabkan 6

busuk batang dengan warna cokelat hitam. Dikendalikan dengan manual atau fungisida sanitasi lingkungan. Antraknosa/Patek cendawan ini hidup didalam biji cabai. Menyebabkan bercak hitam yang meluas dan menyebabkan kebusukan. Dikendalikan dengan menanam benih bebas patogen, cabai yang terkena dibuang atau dimusnahkan, pemberian fungisida Derasol 60 WP dicampur dengan Dithane M-45 dengan komposisi 1:5 dan dosis 2,5 g/l. Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum (E.F) Sm). Bakteri ini hidup didalam jaringan batang, menyebabkan pemucatan tulang daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan mengkondisikan bedengan selalu kering atau pencelupan bibit kelarutan bakterisida misal Agrymicin 1,2 g/l. Layu fusarium (Fusarium oxysporium f. sp. Capsici schlecht) cendawan ini hidup di tanah masam, menyebabkan pemucatan atau layu tulang daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan pengupasan, pencelupan biji pada fungisida dan pergiliran tanaman. Tanaman cabai seperti halnya tanaman budidaya lainnya juga tidak terlepas dari serangan penyakit. Setiap penyakit, intensitas serta dampak serangan berbeda-beda, namun pada intinya tetap menurunkan atau gagal produksi (Warisno dan Dahana, 2010). Tanaman dikatakan sakit jika ada perubahan seluruh atau sebagian organorgan yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Tanaman sakit disebabkan beberapa faktor biotik seperti jamur, bakteri, dan virus serta faktor abiotik seperti kekurangan air, kelebihan atau kekurangan unsur hara (Pracaya, 2010). Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, pertama sebagai penyakit lokal dimana penyakit ini hanya terdapat di suatu tempat atau bagian tanaman tertentu, misalnya pada buah, bunga, daun atau cabang. Kedua sebagai penyakit sistem- 7

ik, penyakit ini menyebar ke seluruh bagian tanaman sehingga tanaman akan menjadi sakit. Berikut beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri seperti Alternariasolani penyebab penyakit bercak kering pada cabai, Phytophthora capsici penyebab penyakit busuk buah pada cabai, Pseudomonas solanacearum penyebab penyakit layu bakteri pada cabai (Pracaya, 2010). Beberapa jenis virus yang menyerang tanaman cabai seperti Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV) penyebab penyakit kuning pada cabai, Cucumber Mosaic Virus (CMV) dan Tobacco Mosaic Virus (TMV) penyebab penyakit mosaic pada cabai, Pepper Mild Mottle Tobamovirus (PpMdMtV) dan Pepper Mottle Potyvirus (PpMtV) penyebab penyakit bercak klorotik dan nekrotik pada cabai (Habazar dan Hidrayani, 2005). Sejak tahun 2004 dilaporkan tingkat penurunan hasil produksi cabai akibat serangan virus kuning di Sumatera Barat mencapai 100%. Penyakit ini juga menyerang daerah-daerah sentra produksi cabai di Indonesia seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Lampung. (Habazar dkk, 2005). Pada umumnya penyakit yang sering menyerang tanaman cabai merah disebabkan oleh cendawan, terutama disebabkan oleh lahan yang selalu lembab sehingga memungkinkan cendawan berkembang dengan baik. Beberapa jenis penyakit penting yang menyerang tanaman cabai merah, antar yaitu Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp) 2.4 Biologi Fusarium oxyporum F. oxysporum adalah cendawan tanah yang menyerang tanaman melalui akar dan meyebabkan penyakit layu. Layu Fusarium merupakan penyakit yang sangat penting dan secara ekonomi merugikan karena sampai saat ini belum ada pengen- 8

dalian kimiawi yang efektif. (Borrero dkk., 2004). disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum Jamur ini merupaka patogen tular-tanah yang mampu bertahan dalam jangka waktu lama dalam bentu klamidospora meskipun tidak tersedia tanaman inang (Semangun, 2001). Oleh karena itu, penyakit layu Fusarium ini relatif sukar dikendalikan. Pengendalian secara hayati dan pengelolaan kesuburan merupakan pilihan yang efeisien untuk mengendalikan penyakit ini. klasifikasi F. oxysporum termasuk kedalam kelas, Devisio Amastiqomycotina, sub Divisio Deuteromycotina, class Deuteroycotes, family Tuberculariaceae, genus Fusarium dan species Fusarium oxysporum. 2.5 Agen hayati Trichoderma harzianum Pengendalian patogen yang aman dan tidak mencemari lingkungan adalah pengendalian biologi dengan penggunaan agen hayati. Saat ini terus dikembangkan cara pengendalian patogen dengan menggunakan agen hayati seperti cendawan antagonis. Pada umumnya jenis agen hayati yang dikembangkan adalah mikroba alami, baik yang hidup sebagai saprofit di dalam tanah, air dan bahan organik, maupun yang hidup di dalam jaringan tanaman (endofit) yang bersifat menghambat pertumbuhan dan berkompetisi dalam ruang dan nutrisi dengan patogen sasaran (Supriadi, 2006). Telah banyak diisolasi berbagai jenis cendawan yang bersifat antagonis terhadap patogen tular tanah, namun penelitian tentang cendawan antagonis pada Phytium sp. masih kurang. Phytium sp. adalah cendawan tular tanah penyebab penyakit pada benih berbagai jenis tanaman. Suatu jenis cendawan, untuk dapat ditetapkan sebagai agen hayati pengendali patogen tanaman harus dilakukan pengujian keefektifannya dalam kondisi terbatas dan homogen, misalnya secara in vitro dalam cawan 9

petri. Jika menunjukkan potensi antagonis dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan cendawan patogen, dilakukan pengujian lanjutan ke lapang sehingga dapat dikembangkan secara komersial. Mekanisme antagonis yang sering terjadi adalah parasit, antibiosis, lisis, dan kompetisi (Winarsih dan Syafrudin, 2001) Biologi Trichoderma spp. Menurut Streets (1980) dalam Tandaon (2008), Trichoderma spp. diklasifikasikan dalam Kingdom Plantae,Devisio Amastigomycota, Class Deutromycetes, Ordo Moniliales, Famili Moniliaceae, Genus Trichoderma, Spesies Trichoderma spp. Cendawan marga Trichoderma terdapat lima jenis yang mempuyai kemampuan untuk mengendalikan beberapa patogen yaitu. Trichorderma harzianum, Trichorderma koningii, Trichorderma viride, Trichoderma hamatum dan Trichoderma polysporum. Trichoderma spp. memiliki konidiofor bercabang cabang teratur, tidak membentuk berkas, konidium jorong, bersel satu, dalam kelompok-kelompok kecil terminal, kelompok konidium berwarna hijau biru (Semangun, 1996). Trichoderma spp. juga berbentuk oval, dan memiliki sterigma atau phialid tunggal dan berkelompok (Barnet, 1960 dalam Nurhaedah,2002). Morfologi Trichoderma spp. Koloni Trichoderma spp. pada media agar pada awalnya terlihat berwarna putih selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijauhijauan lalu terlihat sebagian besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau (Umrah, 1995 dalam Nurhayati, 2001). Koloni pada medium OA (20 0 c) mencapai diameter lebih dari 5 cm dalam waktu 9 hari, semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan selanjutnya hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia. Konidifor dapat bercabang menyerupai 10

piramida, yaitu pada bagian bawah cabang lateral yang berulang-ulang, sedangkan kearah ujung percabangan menjadi bertambah pendek. Fialid tampak langsing dan panjang terutama apeks dari cabang, dan berukuran (2,8-3,2) μm x (2,5-2,8) μm, dan berdinding halus. Klamidospora umumnya ditemukan dalam miselia dari koloni yang sudah tua, terletak interkalar kadang terminal, umumnya bulat, berwarna hialin, dan berdinding halus (Gandjar,dkk., 1999 dalam Tindaon, 2008). Trichoderma virens mengeluarkan antibiotik dari senyawa viridiol phytotoxin yang dapat menghambat perkembangan patogen, memarasit patogen dengan penetrasi langsung dan juga lebih cepat dalam memper-gunakan O2, air dan nutrisi sehingga mampu bersaing dengan patogen (Kinerley dan Mukherjee, 2010). Efektivitas T. virens sebagai agen antagonis sangat dipengaruhi oleh dosis dan waktu aplikasi. Hasil penelitian Idarniati (2007), perlakuan T. harzianum dengan dosis 500 gram per polibag terhadap serangan S. rolfsii pada kacang tanah dapat mengurangi persentase tanaman terserang mencapai 15%. Menurut Suwahyono (2004), bahwa pemberian Trichoderma harzianum mampu meningkatkan jumlah akar dan daun menjadi lebar, serta aplikasi Trichoderma harzianum pada tanaman alpukat yang terserang penyakit setelah beberapa minggu muncul pucuk daun yang baru. Jamur antagonis T. harzianum pada dosis 45 g/polibag adalah dosis terbaik yang dapat digunakan untuk mengendalikan F.oxsyporum pada tanaman tomat. ( Alfizar. 2011). Trichoderma sp. memperbaiki kesehatan dan vigor tanaman, merangsang pengambilan nutrisi ketika populasi melimpah dalam perakaran tanaman (efek tidak langsung). Pada berbagai eksprimen, Trichoderma sp. dapat meningkatkan per- 11

tumbuhan perakaran, melindungi dari patogen soil borne maupun water borne (Lestari, Susilowati dan Riyanti. 2007). Sedangkan pada penelitian Faizal (2014) menerangkan pengunaan T. harzianum dalam kompos terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis, menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dengan dosis 15 ton / Ha selama pertumbuhan vegetatif tanaman jagung. 12