BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

dokumen-dokumen yang mirip
ELYSA YUTIK HIDAYATI J

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan kehidupannya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sakit (Notoatmodjo, 2005). fungsi anggota tubuh (Joyomartono, 2006).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pemanfaatan sumber daya alam (Soegianto, 2005). Salah satu komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini merupakan indikator kualitas air karena keberadaannya menunjukan bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

Disusun oleh Anna Rakhmawati

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare sering terjadi pada anak usia sekolah dan balita dimana angka kejadian diare merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu rotavirus. Penyakit ini mempunyai gambaran penting yaitu diare dan muntah, akibatnya klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak diatasi akan menyebabkan syok hipovolemik, terlebih kasus kekurangan cairan atau dehidrasi terjadi pada anak-anak dimana 80% bagi tubuh terdiri dari cairan. Angka kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 4 juta jiwa. Statistik di Amerika mencatat tiap tahun terdapat 15 25 juta kasus diare. Angka kematian anak di negara berkembang akibat diare ini sekitar 2,8 juta setiap tahun (DepKes RI, 2011). Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang optimal. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas, khususnya di daerah daerah miskin. Data nasional Depkes tahun 2007 menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000 balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 1

2 menit akibat diare (Depkes RI, 2007). Proporsi penyebab kematian diare pada umur 39 hari hingga 11 bulan sebesar 31,4% dan pada umur 1-5 tahun sebesar 25,2% dan merupakan penyebab kematian nomor satu (Riskesdas 2007). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa pada tahun 2012 angka kejadian Diare masih tinggi, dimana tercatat 45.434 penderita. Selanjutnya data untuk Kabupaten Sragen pada tahun 2012 penyakit diare masih tinggi yaitu dari 10 besar penyakit terbanyak, penyakit diare termasuk urutan ke 2 setelah ISPA yaitu sebanyak 3.903 penderita (Dinkes Kabupaten Sragen, 2012). Data dari Puskesmas Tanon II Kabupaten Sragen, penyakit diare termasuk urutan ke 4 dari 7 penyakit terbesar dengan jumlah kasus diare sebanyak 358 penderita dan diantaranya 135 penderita adalah anak balita (Puskesmas Tanon II, 2012). Hal ini berarti penyakit diare masih menjadi pola kesakitan di daerah Tanon, sehingga mengindikasikan bahwa masih rendahnya cakupan sanitasi dasar dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat masih rendah. Diare disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah sanitasi, perilaku manusia yang memanfaatkan sarana sanitasi, keadaan gizi, sosial ekonomi, dan budaya. Selain itu, diare juga disebabkan oleh infeksi dari berbagai bakteri, infeksi berbagai macam virus, alergi makanan dan parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang kotor (Depkes RI, 2005). Makanan jajanan yang dijual di sekolah rentan terhadap mikroorganisme berbahaya penyebab diare seperti Shigella, Salmonella, E.coli

3 dan Staphylococcus aureus. Hasil uji yang dilakukan oleh Badan POM pada jajanan di sekolah pada 195 SD di 18 propinsi menunjukkan bahwa 39,95% dari 344 contoh makanan jajanan tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Es sirup atau buah (48,19%) dan minuman ringan (62,50%) juga mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri patogen. Jenis lain yang tidak memenuhi syarat adalah saus dan sambal (61,54%). Hasil analisis dengan parameter uji cemaran mikroba menunjukkan bahwa sebagian sampel tercemar mikroba melebihi persyaratan. Sejumlah sampel tercemar bakteri E.coli, Salmonella, Staphylococcus dan Vibrio cholerae. Bakteri patogen tersebut dapat menyebabkan keracunan, diare, mencret dan panas (Sampurno, 2005). Salah satu yang mempengaruhi terjadinya diare adalah rendahnya pengetahuan dan kurang baiknya perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pada studi pendahuluan bulan Desember 2012 yang telah dilakukan dari kelas I sampai VI pada siswa SD Negeri Bonagung I Sragen, didapat bahwa 85% siswa terbiasa makan jajanan yang dijual di luar lingkungan sekolah meskipun di dalam sekolah terdapat kantin, hal itu disebabkan banyaknya variasi makanan yang dijual di luar lingkungan sekolah seperti mie, bakso ojek, permen, coklat, dodol, es krim, roti, dan lain-lain dengan tempat jajanan yang terlihat kurang bersih dan dibungkus kertas koran sehingga

4 diragukan tingkat higienisnya. Selain itu, sekolah SD Negeri Bonagung I termasuk sekolah yang fasilitasnya kurang, seperti kamar mandi dan WC yang hanya satu, tidak ada wastafel atau kran untuk cuci tangan, sumber air dari sumur terbuka, dan lokasi sekolah dekat dengan saluran irigasi yang airnya keruh dan kotor tercampur limbah. Berdasarkan data sepanjang tahun 2012 diperoleh sebesar 16,66% SD Negeri Bonagung I Sragen mengalami kejadian diare. Salah satu sebab kejadian diare yang dialami disebabkan kebiasaan pola hidup yaitu higiene dan sanitasi makanan di lingkungan sekolah. Diantaranya pola penyajian makan jajanan biasanya tidak menutup makanan yang disimpan sehingga mudah didatangi oleh lalat. Ketika mempersiapkan makanan, para penjual makanan jajanan juga kurang memperhatikan kebersihan bahan makanan dan perlengkapan memasak. Berdasarkan latar belakang yang terjadi pada siswa SD Negeri Bonagung I Sragen tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku tentang Higiene dan Sanitasi Makanan di Sekolah dengan Kejadian Diare Pada Siswa SD Negeri Bonagung I Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara pengetahuan dan perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare pada siswa SD Negeri Bonagung I Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan peilaku tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare pada siswa kelas SD Negeri Bonagung I Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan higiene dan sanitasi makanan siswa SD Negeri Bonagung I. b. Mendeskripsikan tingkat perilaku higiene dan sanitasi makanan siswa SD Negeri Bonagung I. c. Mendeskripsikan kejadian diare pada siswa SD Negeri Bonagung I. d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan perilaku higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare pada siswa SD Negeri Bonagung I. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi SD Negeri Bonagung 1 Sragen Memberikan gambaran pengetahuan dan perilaku higiene dan sanitasi makanan di lingkungan sekolah terkait dengan kejadian diare. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen Memberi gambaran pengetahuan dan perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan serta hubungannya dengan kejadian diare pada siswa SD Negeri Bonagung I Sragen yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan kebijakan kesehatan dan perencanaan

6 program pembangunan kesehatan dalam kaitannya dengan penurunan kejadian diare. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada hubungan antara pengetahuan dan perilaku higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare pada siswa SD Negeri Bonagung I Sragen.