Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com)

dokumen-dokumen yang mirip
KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL-BELI BENDA BERGERAK MELALUI INTERNET (TINJAUAN DARI BUKU III KUH PERDATA DAN UU NO 11 TAHUN 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pemesanan barang dikomunikasikan melalui internet, hampir semua barang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i4 ( )

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. oleh berjuta-juta orang yang tersebar di semua penjuru dunia. Internet

KEABSAHAN KONTRAK ELEKTRONIK DALAM PENYELENGGARAAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan dewasa ini sangat pesat kemajuannya. Perkembangan

BAB III PELAKSANAAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR. A. Proses Pelaksanaan Jual Beli Online yang Dilakukan oleh Anak

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

ELECTRONIC COMMERCE (E-COMMERCE) DITINJAU DARI HUKUM PERJANJIAN DAN UU ITE DI INDONESIA

E-Journal Graduate Unpar Part B : Legal Science

E-Commerce. Ade Sarah H., M. Kom

Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia harus hidup bermasyarakat dan saling

PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE)

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kita dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Perkembangan ini membawa dampak

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata terhadap jual beli secara online (e commerce) Herniwati, SH, MH. Dosen STIH Padang. Abstrak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Sebagaimanatelahdiketahuinyakeabsahan perjanjian jual beli yang

KAJIAN YURIDIS KEABSAHAN JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan kemudahan bagi kehidupan umat manusia. Salah satu. teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi yang telah membawa

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGANTAR E-BUSINESS & E-COMMERCE MODUL III PAYMENT SYSTEM & ORDERING SYSTEM. Disusun Oleh : : Ana Tsalitsatun Ni mah

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu globalisasi dunia. Fakta ketika batasan geografis yang membagi

HUKUM PERDATA DALAM JUAL BELI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. internet sebagai media baru, mendorong perubahan ini menjadi lebih maju.

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 8/Ags/2016

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

Pertama-tama, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang ditunjang oleh perkembangan jaringan

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Teknologi di Bidang Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan

ANALISIS HUBUNGAN HUKUM DAN AKSES DALAM TRANSAKSI MELALUI MEDIA INTERNET

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari kata dalam bahasa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, sehingga mengimplikasikan berbagai perubahan dalam. kinerja manusia. Salah satu produk inovasi teknologi komunikasi

Meka k n a is i me Ke K rj r a E-Commerc r e

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang baru, salah satunya adalah jual beli sistem online atau elektronik

oleh perdagangan secara konvensional. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

Pertemuan 5 HUKUM E-COMMERCE

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Jual Beli dalam Transaksi melalui E-Commerce

BAB III TINJAUAN TENTANG TRANSAKSI ELEKTRONIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan dewasa ini sangat pesat kemajuannya. Perkembangan

BAB III TAGIHAN YANG SEBENARNYA. Electronic Bill Presentment And Payment adalah salah satu sarana yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. lain adalah teknologi dunia maya atau biasa disebut internet (interconnection

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Meski belum terlalu populer, pada tahun 1996 mulai bermunculan

MEGA TRAVEL CARE TERMS AND CONDITIONS

Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com. (Terms and Conditions)

PERJANJIAN PEMBIAYAAN PINJAMAN PERSEORANGAN

TINJAUAN HUKUM TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Pengertian E-Commerce

PERSYARATAN DAN KETENTUAN UMUM Layanan PERTAMINA e-procurement

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM TRANSAKSI ONLINE. Oleh : Rifan Adi Nugraha, Jamaluddin Mukhtar, Hardika Fajar Ardianto,

Syarat dan Ketentuan Pelanggan ZILINGO. Perangkat lunak aplikasi ini dan setiap logo, desain, karya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

E-PAYMENT. Sistem pembayaran (E-Paymen System) memerlukan suatu persyaratan yang mencakup :

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Hal ini ditandai dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan dunia yang menuntut

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI ONLINE MELALUI REKENING BERSAMA (REKBER) PADA SITUS TOKO MEDIA KASKUS

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB II SYSTEM PAYMENT POINT ONLINE BANK DALAM HUKUM PERBANKAN. A. Dasar Hukum System Payment Point Online Bank dalam Hukum Perbankan

SISTEM PERDAGANGAN ELEKTRONIK

PERLINDUNGAN PEMEGANG KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERETASAN KARTU KREDIT ABSTRAK

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.01/2016 TENTANG LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

KARYA ILMIAH E-COMMERCE. Oleh : NURUL HIDAYAH

Tinjauan Yuridis Tentang Transaksi Elektronik di Internet di Tinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

BAB I PENDAHULUAN. diuangkan kembali jika sewaktu-waktu diperlukan. Meskipun ada yang. Emas menarik dijadikan sarana investasi. Beberapa literatur

BAB 3 KEBERLAKUAN DAN HAMBATAN PENERAPAN ELECTRONIC SIGNATURE Keberlakuan Electronic Signature dalam Electronic Commerce

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebuah website yang menampilkan produk-produk

Persyaratan dan Ketentuan Pasal 1. DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi

TUTORIAL MEMBUAT AKUN PAYPAL DAN MEMVERIFIKASI MENGGUNAKAN VCC ( VIRTUAL CREDIT CARD )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com) Sri Anggraini Kusuma Dewi STMIK Asia Malang dewikusuma_23@yahoo.co.id ABSTRAK. Penelitian ini difokuskan pada, Keabsahan perjanjian e-commerce antara penjual dan pembeli tanpa adanya tatap muka secara langsung, dicapai secara tertulis dalam media elektronik dan untuk tanggung jawabnya di bagi kepada para pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Adanya wanprestasi dalam e-commerce penyelesaian sengketa melalui arbitrase, negosiasi dan konsiliasi. Sifat penelitian ini adalah diskriptif analitis. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan : (1)Transaksi jual beli secara online (e-commerce) tidak dapat terlepas dari ketentuan-ketentuan hukum perikatan (khususnya perjanjian) sebagaimana diatur dalam KUH Perdata, oleh karena transaksi jual beli itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari perjanjian jual beli secara hukum (2)Dalam melakukan transaksi jual beli secara online (e-commerce), ada beberapa aspek hukum yang harus diperhatikan antara lain : perjanjian jual beli, penawaran dan persetujuan, persyaratan, jenis transaksi, dan kinerja perjanjian (3)Perbedaan mekanisme penyelesaian sengketa dalam sengketa electronic commerce, antara lembaga Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa Alternatif lainnya, seperti melalui Mediasi, Negosiasi, dan Konsiliasi. Kata Kunci : Jual Beli Melalui Internet, Keabsahan, Penyelesaian Sengketa 1. PENDAHULUAN Keberadaan internet mengakibatkan semakin maraknya kegiatan perekonomian yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi dan transaksi dalam suatu perdagangan. Jual beli barang dan jasa secara elektronik melalui internet sering juga di sebut dengan istilah e-commerce, jual seperti ini menimbulkan dampak tersendiri terhadap perkembangan hukum di Indonesia, termasuk pengaturan mengenai wanprestasi dalam jual beli secara elektronik karena hal tersebut menyangkut kepastian hukum dan kenyamanan bertransaksi melalui media elektronik. Oleh karena itu, perlu adanya aturan yang jelas mengenai transaksi jual beli secara elektronik tersebut, mengingat di Indonesia belum ada satupun peraturan perundang - undangan yang mengatur masalah e-commerce, sedangkan tuntutan harus adanya perlindungan hukum terhadap yang di rugikan apabila terjadi wanprestasi dalam jual beli secara elektronik sangat mendesak. Suatu perubahan sosial di sektir manapun mau tidak mau akan mempengaruhi pula sektor hukum, termasuk pengaruhnya terhadap peningkatan kejahatan. Salah satu penyebab meningkatnya kriminalitas adalah terjadinya perubahan sosial dan suatu penyebab terjadinya perubahan sosial adalah penemuan - penemuan baru dalam bidang teknologi. Seperti di kemukakan oleh Sultan, S.H,.M.H dalam jurnal (HPI, 2010:1) bahwa : Salah satu fenomena dalam transformasi global dalam bidang ekonomi khususnya mengenai perkembangan perdagangan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi elektronik sebgai salah satu cara bertransaksi (berdagang) yang sering disebut dengan tansaksi e-commerce Proses transaksi yang dilakukan dalam dunia bisnis tanpa adanya pertemuan antar pihak yang menggunakan media internet masuk dalam transaksi elektronik. Transaksi elektronik dalam dunia bisnis terdapat berbagai macam bentuknya diantaranya adalah electronic commerce atau biasa di sebut dengan e- commerce maupun e-com. Electronic commerce yang selanjutnya dalam penulisan ini disebut dengan e- commerce dapat diartikan secara gramatikal sebagai perdagangan yang dilakukan secara elektronik dengan menggunakan internet sebagai media. Selain itu e-commerce juga dapat diartikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan get end delevery ( rmarpaung, 2009). Dari definisi tersebut, salah satu karakteristik dalam transaksi dari definisi tersebut, salah satu karakteristik dalam transaksi e-commerce ini adalah digunakannyamedia elektronik (digital medium) yang memungkinkan para pihak melakukan kontrak tanpa hadirnya para pihak secara fisik dan hilangnya batas wilayah dan syarat nasional. Dengan demikian transaksi jual beli melalui internet ini dilakukan tanpa tatap muka antara para pihaknya. Mereka mendasari transaksi tersebut atas rasa kepercayaan satu sama lain, sehingga perjanjian jual beli yang terjadi diantara para pihak pun dilakukan secara elektronik pula dengan mengakses halaman 1

web yang disediakan, berisi klausul atau perjanjian yang dibuat oleh pihak pertama (penjual), dan pihal lain (pembeli) hanya tinggal menekan tombol yang disediakan sebagai tanda persetujuan atas perjanjian yang telah ada, tanpa perlu membubuhkan tanda tangan seperti perjanjian pada umumnya, tetapi menggunakan tanda tangan elektronik atau digital signature. Sehingga para pihak tidak perlu bertemu langsung untuk mengadakan suatu perjanjian. Perjanjian dianggap sah apabila memenuhi syarat subyektif dan syarat objektif (Subekti, 1982). Perjanjian dalam e-commerce dengan perjanjian biasa tidaklah berbeda sangat jauh, yang membedakan hanya pasa bentuk dan berlakunya. Media dalam perjanjian biasa yang digunakan adalah tinta dan kertas serta dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak. Setelah dibuat dan disepakati maka perjanjian tersebut mengikat setelah ditanda tangani, sedangkan dalam e-commerce perjanjian menggunakan media elektronik yang ada hanya form atau blanko kalusul perjanjian yang dibuat salah satu pihak yang ditulis dan ditampilkan dalam media elektronik (halaman web), kemudian pihak yang lain cukup menekan tombol yang disediakan untuk mengikatkan diri terhadap perjanjian tersebut. Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai macam permasalahan didalam perjanjian secara elektronik mengenai sah tidaknya perjanjian tersebut. Permasalahan yang lebih luas terjadi pada bidang keperdataan karena transaksi elektronik untuk kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (electronic commerce) telah menjadi bagian daru perniagaan nasional dan internasional. Dalam pandangan konvensional, transaksi jual beli merupakan salah satu jenis perjanjian yang diatur dalam Buku III Kitab Undang - Undang Hukum Perdata (KUHP Perdata) perjanjian ini termasuk salah satu perjanjian riil artinya perjanjian ini yang beru terjadi kalau barang yang menjadi pokok perjanjian telah diserahkan. Sedangkan e-commerce pada dasarnya merupakan model transaksi jual beli modern yang mengimplikasikan inovasi teknologi seperti internet sebagai media transaksi (Esther Dwi Magfirah, 2009). Dari apa yang telah dikemukakan diatas, terdapat karakteristik dan operasional dalam transaksi yang terjadi dalam dunia maya dan dunia nyata. Dalam hukum perjanjian dikenal asas - asas hukum perjanjian, salah satunya adalah asas pacta sunt servanda, dimana perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai undang - undang bagi para pihak yang membuatnya. Dari hal tersebut, menjadi persoalan adalah ketentuan hukum yang terdapat dalam dunia nyata dapat diimplementasikan dalam transaksi bisnis di dunia nyata (cyber space), jika tidak hukum masih bisa mengaturnya. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), transaksi elektronik didefinisikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer atau media elektronik lainya. Ketentuan pasal 1 dan 2 Undang - Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), disebutkan bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer atau media elektronik lainnya. Pada transaksi elektronik ini, para pihak yang terkait didalamnya melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai ketentuan Pasal 1 angka 17 UU ite disebut bahwa kontrak elektronik adalah perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektronik lainnya. Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik ini mempunyai kekuatan mengikat para pihak yang membuatnya. Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 BW jo 1320 BW jo Pasal UU ITE, maka dalam praktek tumbuh bermacam - macam perjanjian baru, salah satunya adalah perjanjian jual beli yang dilakukan dengan menggunakan jasa internet. Penggunaan transaksi elektronik tersebut masih menyimpan keraguan sebagian orang berkaitan dengan faktor keamanan dan kepastian hukum. Timbul pertanyaan, apakah transaksi jual beli melalui internet jelas keabsahan menurut peraturan perundang - undangan di Indonesia, khususnya Undang - Undang Informasi peraturan perundang - undangan di Indonesia, khususnya Undang - Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu pertama, bagaimana keabsahan perjanjian jual beli melalui media elektronik dan kedua, bagaimana penyelesaian masalah hukum kalau terjadi wanprestasi dalam jual beli melalui media elektronik. 2. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum yuridis normatif. Langkah pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum sukunder yaitu inventarisasi peraturan - peraturan yang berkaitan dengan jual beli konvensional dan transaksi jual beli melalui media elektronik ditinjau dari Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008. Selain itu dipergunakan jug bahan - bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan ini, mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, aturan, asas atau dogma - dogma. Pendekatan terhadap bahan hukum non undang - undang yaitu dilakukan terhadap bahan - 2

bahan hukum yang bukan peraturan perundang - undangan seperti doktrin, kamus hukum, Rancangan Undang - Undang, dan lain - lain. Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspekrif hukum perdata khususnya yang terkait dengan masalah transaksi jual beli elektronik ditinjau dari Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Transaksi Jual Beli Secara Online (E-Com) Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), disebutkan bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan computer, jaringan computer dan/atau media elektronik lainnya. Transaksi jual beli secara elektronik merupakan salah satu perwujudan ketentuan diatas. Pada transaksi elektronik ini, para pihak yang terkait didalamnya melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai ketentuan Pasal 1 angka 17 UU ITE disebut bahwa kontrak elektronik yakni perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektronik lainnya. Proses Transaksi Jual Beli Secara Online (E-Commerce) Pelaksanaan transaksi jual beli secara elektronik ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut : 1. Penawaran yang dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha melalui website pada internet. 2. Penerimaan, dapat dilakukan tergantung penawaran yang terjadi. 3. Pembayaran, dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. 4. Pengiriman, merupakan suatu proses yang dilakukan setelah pembayaran atas barang yang ditawarkan penjual kepada pembeli, dalam hal ini pembeli berhak atas penerimaan barang tersebut. 3.2 Keabsahan Perjanjian Melalui E-Commerce Dalam praktek jual beli secara online, terdapat beberapa tindakan yang berbeda dengan jual beli yang dilakukan secara tidak online antara lain : 1. Antara penjual dan pembeli tidak melakukan tatap muka (secara langsung) 2. Kesepakatan dicapai secara tertulis dalam media elektronik 3. Dalam transaksi online, tanggung jawab (kewajiban) atau perjanjian dibagi kepada para pihak yang terlibat dalam jual beli tersebut 4. Sedikitnya ada empat pihak yang terlibat di dalam transaksi online. 5. Pihak tersebut antara lain perusahaan penyedia barang (penjual), pembeli, perusahaan penyedia jasa pengiriman, dan jasa pembayaran. 6. Dalam transaksi online terdapat bagian-bagian tanggung jawab pekerjaan yaitu untuk penawaran, pembayaran, pengiriman 7. Terdapat perjanjian-perjanjian khusus yang disepakati keduanya, diantaranya: a. Barang dikirim setelah pembayaran dilunasi seluruhnya di muka b. Barang yang telah diterima pembeli sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli dan lepas dari tanggung jawab penjual c. Apabila terdapat cacad-cacad pada barang yang telah diterima, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli d. Apabila setelah jangka waktu tertentu pembayaran tidak dilakukan, kesepakatan batal dan barang dialihkan pada pembeli lain Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) nomor 11 tahun 2008 merupakan dasar hukum utama bagi e-commerce di Indonesia. Perjanjian elektronik dalam transaksi elektronik, harus memiliki kekuatan hukum yang sama dengan kontrak konvensional. Sebagaimana ditentukan pada Pasal 18 ayat (1) UUITE yang berbunyi Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam Kontrak Elektronik mengikat para pihak. Pasal 19 UUITE menyatakan bahwa para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati. Jadi, sebelum melakukan transaksi elektronik, para pihak harus bersepakat untuk menggunakan sistem elektronik untuk melakukan transaksi. Setelah para pihak bersepakat, pihak pembeli harus cukup mempelajari term of condition (ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan) pihak penjual. Apabila term of conditions-nya telah disetujui dan dipenuhi oleh pihak pembeli, maka langkah terakhir adalah 3

dengan dilakukan pengeklikan tombol SEND atau dengan memberi tanda oleh pihak pembeli yang menandakan suatu syarat persetujuan untuk perjanjian yang ditawarkan oleh pihak penjual. Pada transaksi e-commerce ini pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan kartu kredit (credit card), kartu debit (debet card), cek pribadi (personal check), atau transfer antar rekening. Setelah pihak pembeli mengisi formulir elektronik tersebut, maka perusahaan yang memiliki situs akan melakukan pengecekan berdasarkan informasi pembayaran yang telah dimasukkan ke dalam system. Hasil dari proses pengecekan di atas secara otomatis akan diinformasikan kepada penjual melalui situs perusahaan. Jika berhasil, maka pembeli dapat melakukan proses berikutnya (menunggu barang dikirimkan secara fisik ke lokasi konsumen atau konsumen dapat melakukan download terhadap produk-produk digital). Jika proses pengecekan tadi gagal, maka pesan kegagalan tersebut akan diberitahukan melalui situs yang sama atau langsung ke e-mail pembeli. Berbagai cara biasa dilakukan oleh perusahaan maupun bank untuk membuktikan kepada konsumen bahwa proses pembayaran telah dilakukan dengan baik, seperti: 1. Pemberitahuan melalui email mengenai status transaksi jual beli produk atau jasa yang telah dilakukan. 2. Pengiriman dokumen elektronik melalui email atau situs terkait yang berisi berita acara jual-beli dan kwitansi pembelian yang merinci jenis produk atau jasa yang dibeli berikut detail mengenai metode pembayaran yang telah dilakukan. Secara umum, suatu transaksi perdagangan seyogyanya dapat menjamin : 1. Kerahasiaan (confidentiality): data transaksi harus dapat disampaikan secara rahasia, sehingga tidak dapat dibaca oleh pihak-pihak yang tidak diinginkan. 2. Keutuhan (integrity): data setiap transaksi tidak boleh berubah saat isampaikan melalui suatu saluran komunikasi. 3. Keabsahan atau keotentikan (outhenticity), meliputi : a. Keabsahan pihak-pihak yang melakukan transaksi : bahwa sang konsumen adalah seorang pelanggan yang sah pada suatu perusahaan penyelenggara sistem pembayaran tertentu (misalnya kartu kredit Visa dan Mastercard), atau kartu kredit seperti kualiva dan Stand Card misalnya) dan keabsahan keberatan pedagang itu sendiri. b. Keabsahan data transaksi : data transaksi itu oleh penerima diyakini dibuat oleh pihak yang mengaku membuatnya (biasanya sang pembuat data tersebut membutuhkan tanda tangannya). Hal ini termasuk pula jaminan bahwa tanda tangan dalam dokumen tersebut tidak bisa dipalsukan atau diubah. 4. Dapat dijadikan bukti/tak dapat disangkal (non-repudation) catatan mengenai transaksi yang telah dilakukan dapat dijadikan barang bukti di suatu saat jika ada perselisihan. 5. Keabsahan dari perjanjian melalui internet ini, dapat juga meliputi ; perizinan dan domisili Perusahaan Virtual (Virtual Company). Saat terjadinya transaksi dalam perjanjian secara online ini, terdapat beberapa teori diantaranya : a. Teori Kehendak Dikaitkan dengan teori ini maka terjadinya kontrak adalah ketika pihak penerima menyatakan penerimaannya dengan menulis e-mail. b. Teori Pengiriman Menurut teori ini terjadinya kontrak adalah pada saat penerima mengirim email. c. Teori Pengetahuan Menurut teori ini terjadinya kontrak adalah sejak diketahuinya e-mail dari penerima oleh penawar. d. Teori Kepercayaan Menurut teori ini kontrak terjadi pada saat pernyataan penerimaan tersebut selayaknya telah diterima oleh penawar. Di Indonesia belum ada ketentuan semacam ini. Ajaran yang umum diikuti menyatakan bahwa suatu perjanjian dianggap lahir saat offerte menerima jawaban. Sistem 3 klik ini hampir sama dengan sistem yang diterapkan oleh negara - negara Masyarakat Ekonomi Eropa, di mana klik pertama merupakan tahapan penawaran oleh calon penjual, klik kedua merupakan tahapan penerimaan oleh calon pembeli, dan klik ketiga merupakan saat terjadinya kesepakatan terjadi pada saat pembeli menerima konfirmasi dari penjual bahwa pemesanan barang dan pembayaran telah diterima oleh penjual, baik melalui website ataupun e-mail (Edmon Makarim, 2003). 3.3 Akibat Hukum Dan Tanggung Jawab Serta Hambatan Dalam Jual Beli Melalui E-Commerce Dalam jual beli secara elektronik, pihak pihak yang terkait antara lain: 1. Penjual atau merchant yang menawarkan sebuah produk melalui Internet sebagai pelaku usaha. 2. Pembeli yaitu setiap orang tidak dilarang oleh Undang-Undang, yang menerima penawaran dari penjual atau pelaku usaha dan berkeinginan melakkukan transaksi jual beli produk yang ditawarkan oleh penjual. 4

3. Bank sebagai pihak penyalur dana dari pembeli atau konsumen kepada penjual atau pelaku usaha/ merchent, karena transaksi jual beli dilakukan secara elektronik, penjual dan pembeli tidak berhadapan langsung, sebab mereka berada sehingga pembayaran dapat dilakukan melalui perantara dalam hal ini yaitu Bank. 4. Provider sebagai penyedia jasa layanan akses Internet (Edmon Makaram, SH, 2003). 4. PENUTUP Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com) merupakan suatu transaksi jual beli secara online (e-commerce) tidak dapat terlepas dari ketentuan-ketentuan hukum perikatan (khususnya perjanjian) sebagaimana diatur dalam KUH Perdata. Dalam melakukan transaksi jual beli secara online (e-commerce), ada beberapa aspek hukum yang harus diperhatikan antara lain ; Perjanjian jual beli, Penawaran dan persetujuan antara penjual dan pembeli, Persyaratan persyaratan yang telah disepakati oleh pihak-pihak terkait, terutama yang menyangkut mengenai masalah pembayaran penyerahan barang dan pengembalian, Jenis transaksi berupa adanya perjanjian tertulis dan adanya tanda tangan asli dari kedua pihak yang bertransaksi, Kinerja Perjanjian dan Persengketaan dapat terjadi apabila salah satu kedua pihak yang telah berjanji tidak memenuhi satu atau lebih butir-butir perjanjian terkait, maka akan ada tindakan-tindakan hukum yang diberlakukan sesuai dengan jenis kasus dan aturan yang berlaku. Perlu dilakukan sosialisasi UUITE sehingga masyarakat dapat memahami dan mengetahui perihal tentang keabsahan perjanjian melalui internet tersebut. Dalam hal ini sosialisasi dimaksudkan juga agar masyarakat dapat melaksanakan transaksi e-commerce ini sesuai dengan aturan yang berlaku dan juga agar terdapat persamaan persepsi, sehingga tidak terdapat kendala dalam penerapannya. Bagi para pihak yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama, dapat mengajukan gugatan perdata untuk memperoleh pembayaran ganti rugi dan bisa dituntut secara pidana jika barang yang diserahkan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. DAFTAR PUSTAKA [1] Sultan, S.H,.M.H dalam jurnal (HPI, 2010:1) [2] Subekti, 1982,Pokok-Pokok Hukum Perjanjian. Intermasa, Jakarta. Hal 20 [3] Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) nomor 11 tahun 2008 [4] Pasal 1 angka 17 Undang-undang UUITE [5] Pasal 18 ayat 1 Undang-undang UUITE [6] Pasal 19 UUITE [7] Esther Dwi Magfirah, Perlindunganm Konsumen Dalam E-Commerce, dalam http://www.pkditjenpdn.depdag.go.id/download/index.php?perlindungan%20konsumen%20dalam%20e.pdf, diakses pada tanggal 5 Januari 2009, pukul 21.05 WIB [8] Edmon Makarim, SH, Kompilasi Hukum Telematika, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal.223 [9] Http://rmarpaung.Tripod.com/ElectronicCommerce.doc, diakses tanggal 2 Nopember 2009 5