Dinamika Peran Madrasah Dalam Memajukan Pendidikan Di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti model pembelajaran, hasil-hasil penelitian, produk-produk lulusan dan

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang unggul yang

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

Terobosan Pedagogis Mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur Melalui Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha pemerintah ke arah ini telah dilaksanakan dengan menambah jumlah

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Terdahulu, (g) Kerangka Pemikiran, dan (h) Sistematika Pembahasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

SILABUS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM PADA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PENGARUH KOMITE, PENGAWAS DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMAN 7 PURWOREJO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1999), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KABUPATEN BANTUL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu 206 juta jiwa merupakan kekayaan hidup yang. eksistensinya berpeluang untuk memimpin dunia.

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam paradigma baru saat ini pelajaran PKn memusatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI MTs. DARUL FALAH PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

Eksistensi Madrasah Menghadapi Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, kemudian pembaharuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. serta dipupuk secara efektif melalui strategi dan pengelolaan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

MADRASAH DAN PEMBEDAYAAN PERAN MASYARAKAT Oleh: Soprayani

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyikapi globalisasi dan persoalan-persoalan lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional MADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Kata Kunci: Madrasah, Sistem dan Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sumber dan simbol kemajuan suatu bangsa. Kemajuan

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

R E S E N S I Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan Penelitian Tindakan Kelas

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. pembelajaran dapat tercapai secara optimal. a. CTL (Contextual Teaching and Learning) b. Reading Guide (Bacaan Terbimbing)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Alfiyatul Fajar K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Studi pelayanan perpustakaan sekolah menengah atas sebagai sumber belajar (studi kasus di SMA Negeri 7 Surakarta)

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, Muzayyin. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dan senantiasa berlangsung secara alami sebagaimana pada era-era sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

SBI adalah sekolah yang telah memenuhi SNP dan diperkaya dengan keungulan mutu tertentu dari negara maju.

Transkripsi:

Vol,1, No.1 Risâlah, Vol.1. No.1, Desember 2014(1-6) Desember 2014 Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra www.jurnal.faiunwir.ac.id Dinamika Peran Madrasah Dalam Memajukan Pendidikan Di Indonesia Oleh : Drs. H. Didi Juhaedi, M.Pd Abstrak Peran madrasah sangat signifikan dalam perjalanan kemajuan Indonesia. Madrasah lahir dari pengembangan sistem pendidikan pesantren yang merupakan pendidikan tertua di negeri ini. Terbitnya SKB 3 Menteri, pesantren tidak lagi memiliki hak untuk mewarnai madrasah secara khusus, karena madrasah sudah menjadi kewenangan pemerintah untuk mengelolanya. Posisi madrasah yang semakin sekuler lebih nampak dengan kelahiran UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai lembaga pendidikan Islam, madrasah mengalami kegamangan dalam menjalankan fungsinya. Apakah tetap memelihara ciri keislaman dengan ilmu-ilmu agama, atau mengikuti persaingan dengan SMA mengejar prestasi kelulusan UN dan kompetisi jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Kesimpulan, madrasah harus tetap didorong untuk menjadi lembaga pendidikan yang sinergis antara pelajaran umum dan ilmu-ilmu agama. Kata Kunci Madrasah, Pesantren, Model Pendidikan Islam, Azyumardi Azra, UU no 20 tahun 2003, ilmuilmu agama. A. PENDAHULUAN Madrasah sebagai bagian dari komunitas pendidikan di Indonesia sudah memberikan perannya yang sangat besar dalam perjalanan kemajuan Indonesia. Tidak hanya di era pembangunan, tetapi jauh di era sebelum kemerdekaan. peran Drs. H. Didi Juhaedi, M.Pd adalah dosen pada Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu; mendapat gelar M.Pd dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Saat ini memiliki perhatian pada dinamika pesantren dan kependidikan Islam. E-mail : didijuhaedi@yahoo.com 1

2 Risâlah, Vol.1. No.1, Desember 2014 madrasah adalah multi dimensi baik di bidang ideologi, sosial, budaya, ekonomi, politik dan lainnya. Hal ini wajar karena madrasah sebagai pengembangan sistem pendidikan di lembaga pendidikan yang lebih tua yaitu pesantren, telah terbukti menjadi tempat yang dinamis bagi pergulatan pemikiran keislaman di Indonesia, yang berimplikasi pada kehiduapn sosial kemasyarakatan. Sejak saat kelahirannya sampai saat ini, madrasah tidak pernah sepi dari perbincangan. Kalau awalnya madrasah menjadi perbincangan di antara para pemikir dan praktisi pendidikan pesantren terkait dengan kepatutannya sebagai lembaga pengembangan pendidikan pesantren, saat ini madrasah diperbincangkan dari sisi kapabilitasnya sebagai lembaga pendidikan modern. Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mengilhami pendidikan madrasah, pada awalnya sangat anti sistem pendidikan klasikal seperti sekolah. Maka adalah wajar, ketika madrasah hadir (yang notabene membawa identitas sekolah) tidak semua pesantren meresponnya dengan proporsional. Sementara saat ini, madrasah diperbincangkan berkaitan kapabilitasnya untuk memenuhi standar pendidikan di Indonesia terkini sesuai dengan 8 standar pendidikan yang ditetapkan pemerintah. Seperti telah dimaklumi, Badan Standarisasi Pendidikan Nasional telah menyusun 8 standar pendidikan yang harus dipenuhi oleh semua lembaga pendidikan di Indonesia. Pada sisi yang lain, para pegiat pendidikan Islam mengeluhkan tentang semakin pudarnya identitas keislaman madrasah saat ini. Berbagai kondisi, tuntutan dan kendala yanag berkaitan dengan keberadaan madrasah itu seperti menjadikannya di simpang jalan. B. SEJARAH DAN PERAN MADRASAH Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari rahim pesantren pada awalnya mengemban misi pendidikan pesantren dengan kemasan berbeda. Artinya, kehadirannya adalah sebgai pesantren yang berwajah baru. Fatah syukur dalam Ismail (2002:241) menulis bahwa kemunculan pesantren wajah baru dalam bentuk madrasah itu dimungkinkan karena dua sebab pertama, karena ketidak puasan terhadap sempitnya pembahasan kelimuan pada pendidikan di pesantren, oleh karenanya perlu pembaharuan, kedua sebagai respon terhadap politik

Drs. H. Didi Juhaedi, M.Pd, Dinamika Peran Madrasah 3 pendidikan Belanda yang memberikan akses pendidikan lebih luas sejak abad 20 kepada warga pribumi setelah sebelumnya pendidikan adalah barang mewah yang hanya dinikmati segelintir warga tertentu dari ras tertentu. Karena merupakan pengembangan dari sistem pesantren, maka isi pendidikan madrasah tidak jauh berbeda dengan pesantren, tetapi ada pengembangan dalam bentuk metode belajar, penerapan kelas, gradasi, cara berpakaian dan pengembangan materi pembelajarannya. Artinya meskipun muatan Agama Islam sangat kental dalam praktek pendidikannya, tetapi muncul sombol-simbol non kepesantrenan. Hal inilah yang memungkinkan rasa ketidak nyamanan bagi penyelenggarara pesantren kebanyakan yang menganggap ada pencampur adukkan pendidikan pesantren yang suci dengan pendidikan sekolah yang kafir. Simbol-simbol pesantren mulai hilang dalam pendidikan madrasah, sementara simbol-simbol kafir malah diterapkan di dalamnya. Seperti pakaian, model komunikasi, metode pembelajaran sampai konsep kelulusan di dalamnya.(untuk mengetahui lebih dalam tentang simbol-simbol pesantren dan tradisinya, lihat buku Zamaksari Dzofir ;Tradisi Pesantren). Terlepas dari fakta bahwa tidak semua pesantren mengakui madrasah sebagai model pendidikan Islam, madrasah berkembang dengan cukup pesat. Bahkan menjadi lembaga alternatif bagi sebagian keluarga muslim dalam mendidik putera-puterinya. Hal ini karena madrasah dianggap memberikan dua dimensi kehidupan keilmuan muslim antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi (hal yang dianggap oleh sebagian pesantren sebagai pencampuradukan pendidikan). C. MADRASAH DI SIMPANG JALAN Hubungan madrasah dengan konsep pendidikan pesantren semakin jauh terpisah dengan terbitnya SKB tiga Menteri (Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) Nomor 3 tahun 1975, yang memberikan kewenangan kepada Menteri Agama untuk membina baik secara kelembagaan maupun mata pelajaran. Artinya pesantren tidak lagi memiliki hak untuk mewarnai madrasah secara khusus, karena madrasah sudah menjadi kewenangan pemerintah untuk mengelolanya. Madrasah semakin jauh lagi pergi dari kumunitas pendidikan Islam dengan UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem

4 Risâlah, Vol.1. No.1, Desember 2014 pendidikan Nasional dan pemberlakuan kurikulum tahun 1994 yang mengganggap madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan Nasional dengan sebutan sekolah umum berciri khas agama. Tentang hal itu, Azyumardi Azra menulis (2002:71) bahwa madrasah mengalami penguatan posisi sekaligus pemberatan beban. Penguatan posisi menurut Azra karena madrasah dianggap sama dengan SMA, bahkan memiliki keistimewaan dalam keunggulan materi keagamaan atau SMA plus. Tapi dengan keadaan iu, madrasah juga mengalami penambahan beban yang semakin berat, karena masih menurut Azra, di samping harus memberikan kurikulum umum secaara penuh, madrasah juga harus tetap memelihara kekhasannya dalam bidang ilmu-ilmu Agama. Padahal, madrasah masih menghadapi kendala berupa rendahnya kualitas sumber daya yang dimiliki baik dari sisi manusia, sarana maupun lainnya. Posisi madrasah yang semakin sekuler lebih nampak dengan kelahiran UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yang terjadi berikutnya, madrasah mengalami kegamangan dalam menjalankan fungsinya. Apakah tetap memelihara ciri keislaman dengan ilmuilmu agama, atau mengikuti persaingan dengan SMA mengejar prestasi kelulusan UN dan kompetisi jumlah lulusan yang diterima di Perguruan tinggi negeri. Kegamangan madrasah itu diekspresikan Agus sholeh (dalam Soewito;2005:227) apabila memelihara kebiasaan lama, maka madrasah dianggap status quo dan terbelakang, meskipun akan memuaskan secara emosional dan romantisme masa lalu. Sementara apa bila mengadopsi perkembangan baru, maka madrasah kehilangan akar historis pendiriannya. Keadaan ini berakibat madrasah sulit berkonsentrasi memilih prioritas. Semantara pada sisi yang lain, SMA yang dikelola dengan birokrsi yang lebih pendek oleh pemerintah kabupaten/kota, berlari cepat meningkatkan kualitasnya. D. MENENTUKAN PRIORITAS Sesungguhnya, keadaan itu menguntungkan bagi madrasah. Setidaknya, madrasah lebih memiliki ruang berekspresi secara kreatif. Karena faktanya, dengan kurikulum KTSP, madrasah berkesempatan mengembangkan materi pembelajaran yang lebih Islami, tanpa mengesampingkan muatan pokoknya di

Drs. H. Didi Juhaedi, M.Pd, Dinamika Peran Madrasah 5 bidang pembelajaran umum. Yang penting dalam hal ini menurut Agus Sholeh (ibid: 227) pengelola madrasah harus memiliki visi dan misi yang tegas sehingga tidak terseret tarik menarik arus kepentingan. Malik Fajar (seperti dikutip Agus Sholeh dalam Soewito:2005) mensyaratkan 4 hal untuk kemajuan pendidikan Islam. Pertama, kejelasan cita-cita dengan langkah-langah yang operasional dalam mewujudkan cita-cita pendidikan Islam. Kedua, memberdayakan lembaga dengan penataan kembali sistemnya. Ketiga, meningkatkan dan memperbaiki manajeman. Keempat, peningkatan mutu sumber daya manusianya. Dengan langkah-langkah itu, madrasah mampu menjalankan muti fungsinya dengan baik dan siap bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Tidak harus madrasah memilih antara Pendidikan Agama atau umum. Keduanya bisa seiring berjalan dengan baik. Apalagi, keadaan tidak memungkinkan bagi madrasah untuk memilih. Pilihan telah ditetapkan undang-undang yang mengamanatkan madrasah menjadi lembaga pendidikan super. Pada kenyataannya, kebangkitan madrasah juga sudah terjadi di banyak negara. Mesir yang pernah mengalami nasioalisasi madrasah. Turki yang pernah menskulerkan madrasah, saat ini juga mengalami ephoria kebangkitan madrasah. Azyumardi Azra di Harian Republika (18 nopember 2004) menulis bahwa kebangkitan madrasah tidak hanya di negara-negara di atas, tetapi juga jauh menyebar ke India, Pakistan bahkan Afrika. khusus untuk Indonesia, menurut Azra, perkembangan madrasahnya dikagumi Profesor dale Erickelman seorang ahli antropologi Amerika terkemuka yang menjadi ketua Asosiasi Kajian Timur Tengah dan Afrika Utara, sebagai sinergisnya antara kebijakan pemerintah dalam menjaga kelangsungan hidup madrasah dan langkah menjembatani ideologi Islam dengan Pancasila sebagai common platformnya bangsa Indonesia. E. KESIMPULAN Madrasah harus tetap eksis sebagai sebuah lembaga pendidikan. Madrasah juga harus tetap didorong untuk menjadi lembaga pendidikan yang sinergis antara pelajaran umum dan ilmu-ilmu agama. Meskipun ada ungkapan tidak ada dikotomi antara ilmu-ilmu itu, faktanya kita melihat hal itu susah dihilangkan. Sehingga agar tidak terjebak dalam diskusi yang tidak berkesudahan, lebih baik

6 Risâlah, Vol.1. No.1, Desember 2014 madrasah mengangkat dirinya sebagai penjaga pilar-pilar keilmuan secara komprehensif. Jangan pedulikan siapa pengelolanya, jangan terjebak dalam kontrovesi pusat atau daerah, yang lebih penting, bagaimana kita mengelolanya. DAFTAR PUSTAKA Ismail Sm.dkk : Dinamika Pesantren dan Madrasah, Pustaka Pelajar dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Yogyakarta. 2002. Prof. Suyanto, P H.d : Dinamika Pendidikan Nasional, Pusat Studi Agama dan Peradaban, Jakarta. 2006. Prof. Suwito & Fauzan, MA : Sejarah Sosial Pendidikan Islam,Pranda Media, Jakarta, 2005. Prof. Dr. Azyumardi Azra : Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Kompas media Nusantara, Jakarta. 2002. Harian Republika, 18 Nopember 2004, Jakarta. Zamaksari Dhofier : Tradisi Pesantren LP3ES, Jakarta 1994.