BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan/zatzat

dokumen-dokumen yang mirip
SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, mencuci,

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersih dan sehat tanpa persediaan air yang cukup, mustahil akan tercapai. Kondisi

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

BAB ІІ TINJAUAN PUSTAKA. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II LANDASAN TEORI

Definisi Sanitasi Lingkungan Rumah

Oleh: ANA KUSUMAWATI

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pencemaran Air. lingkungan global, dan sangat berhubungan erat dengan pencemaran udara

PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA I

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Limbah Rumah Potong Hewan Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan/zatzat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup (Kusnoputranto, 1986). Limbah cair Rumah Pemotongan Hewan (RPH) mengandung bahan organik dengan konsentrasi tinggi, padatan tersuspensi, serta bahan koloid seperti lemak, protein, dan selulosa. Bahan orgnik ini dapat menimbulkan permasalahan lingkungan bila dibuang langsung ke lingkungan (Roihatin, A, 2006). 2.1.1. Karakteristik Air Limbah Rumah Potong Hewan Kusnoputranto (1985) menjelaskan bahwa berdasarkan karakteristiknya, air limbah dapat digolongkan menjadi tiga bagian: 1. Karakteristik fisik Terdiri dari 99,9% air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat tersuspensi. Air buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau minyak dan bewarna suram seperti larutan sabun, biasanya terdapat sisa-sisa kertas, sabun serta bagianbagian dari tinja.

2. Karakteristik kimia Air buangan mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari bahan-bahan buangan dari proses produksi. Biasanya bersifat basa pada saat limbah baru dibuang dan cenderung bersifat asam apabila limbah sudah mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan dapat digolongkan menjadi dua gabungan, yaitu: 1) Gabungan yang mengandung nitrogen, yang terdiri dari urea, protein dan asam amino. 2) Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, yang terdiri dari lemak, sabun dan karbohidrat jenis sellulosa 3. Karakteristik biologis Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli juga terdapat dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah industri. Untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif tersebut, perlu diperhatikan kondisi sistem pembuangan air limbah yang memenuhi syarat sehingga air limbah tersebut tidak mengkontaminasi sumber air minum; tidak mengakibatkan pencemaran permukaan tanah; tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi; tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor; baunya tidak mengganggu masyarakat setempat.

2.1.2. Parameter Air Limbah Rumah Potong Hewan Permenlh RI No.02 (2006) menjelaskan bahwa parameter air limbah rumah potong hewan terdiri dari: 1. Biochemical Oxygen Demand (BOD) Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen dalam air limbah yang dibutuhkan bakteri atau mikroorganisme untuk melakukan dekomposisi aerob dari bahan-bahan organik yang ada dibawah kondisi standar waktu dan suhu tertentu. Penguraian limbah organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme dalam air merupakan proses alamiah yang mudah terjadi apabila air limbah mengandung oksigen yang cukup. Dalam air limbah bahan pencemar organik diuraikan secara alamiah oleh bakteri yang ada. Bila oksigen cukup banyak, bakteri akan melakukan dekomposisi secara aerob. Kalau kehabisan oksigen maka dekomposisi dilakukan oleh bakteri anaerob. Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan petunjuk penting untuk mengetahui zat organik dalam air limbah, semakin banyak kandungan zat organik maka semakin tinggi kadar BOD. Kadar BOD maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 100 mg/l. 2. Chemical Oxygen Demand (COD) Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan uji yang lebih cepat daripada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di

dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Kadar COD maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 200mg/L. 3. Total Suspended Solid (TSS) Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air yang tidak larut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih rendah dari sedimen. Kadar TSS maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 100 mg/l. 4. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air. Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat menimbulkan halhal sebagai berikut: 1) Adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke dalam air berkurang. Ternyata intensitas sinar di dalam air sedalam 2 meter dari permukaan air yang mengandung minyak adalah 90% lebih rendah daripada intensitas sinar pada kedalaman yang sama di dalam air yang bening 2) Konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya minyak karena lapisan film minyak menghambat pengambilan oksigen oleh air

3) Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan mengganggu kehidupan burung air karena burung-burung yang berenang dan menyelam bulu-bulunya akan ditutupi oleh minyak sehingga menjadi lekat satu sama lain, akibatnya kemampuannya untuk terbang juga menurun 4) Penetrasi sinar dan oksigen yang menurun dengan adanya minyak dapat mengganggu kehidupan tanam-tanaman laut, termasuk ganggang dan liken Beberapa komponen yang menyusun minyak juga diketahui bersifat racun terhadap berbagai hewan maupun manusia, tergantung dari struktur dan berat molekulnya. Komponen-komponen hidrokarbon jenuh yang mempunyai titik didih rendah diketahui dapat menyebabkan anestesi dan narkosis pada berbagai hewan tingkat rendah dan jika terdapat pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian. Kadar minyak dan lemak maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 15 mg/l. 5. NH 3 (Ammoniak) NH 3 merupakan hasil pembakaran asam amino oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob. Jika kadar asam amino di dalam air terlalu tinggi karena pembakaran protein tidak berlangsung dengan baik sehingga menghasilkan asam nitrat maka akan menimbulkan pencemaran. Kadar NH 3 maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 25 mg/l.

6. ph (derajat keasaman) Pengukuran ph yang berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena ph yang kecil akan lebih menyulitkan disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka. Kadar ph maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 6-9. 2.1.3. Dampak Negatif Air Limbah Rumah Potong Hewan 1. Terhadap Badan Air Kandungan senyawa organik dalam badan air penerima akan meningkat, bila terjadi kadar parameter menyimpang dari standar, maka akan terjadi penguraian yang tidak seimbang dan akan menimbulkan kondisi septik (suatu keadaan dimana kadar oksigen terlarut nol) dan timbul bau busuk (H 2 S). Kenaikan temperatur, kenaikan/penurunan ph akan mengganggu kehidupan air, misalnya tumbuhan dan hewan akan punah. Bila air tersebut mempunyai kesadahan tinggi atau partikel yang mengendap cukup banyak, hal ini akan mengakibatkan pendangkalan, sehingga dapat menimbulkan banjir di musim hujan. Selain itu, senyawa beracun/logam berat sangat membahayakan bagi masyarakat yang mempergunakan air sungai sebagai badan air penerima yang dipergunakan sebagai sumber penyediaan air bersih. 2. Terhadap Kesehatan Manusia Air berperan dalam kelangsungan kehidupan. Air mengandung zat-zat organik dan anorganik dalam batas-batas tertentu, oleh sebab itu, ada dua peranan air limbah dalam kehidupan yakni peranan positif dan negatif. Peran positif apabila air limbah dengan kualitas parameter yang dikandungnya sesuai

dengan peruntukkannya antara lain untuk irigasi, perikanan, perkebunan, perindustrian, rumah tangga, rekreasi dan sebagainya. Peranan negatif air limbah secara umum dikatakan lebih banyak karena manusia tidak merasa berkepentingan akan mengelola air limbah tersebut. Air limbah dianggap air yang tidak berguna lagi, oleh karena itu, air limbah dibuang sembarangan tanpa mempertimbangkan dampak negatif yang akan terjadi baik terhadap sumber alam hayati dan non hayati yang berguna bagi kelangsungan kehidupan. Peranan negatif tersebut termasuk pengaruhnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Badan air penerima air limbah mempunyai potensi untuk mengganggu kesehatan antara lain gangguan saluran pencernaan, keracunan makanan, penyakit kulit dan sebagainya. Adapun beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah antara lain penyakit amoebiasis, kecacingan, muntaber, leptospirosis, shigellosis, tetanus dan typus. 2.1.4. Jenis-jenis Pengolahan Air Limbah RPH Kusnoputranto (1987) menjelaskan bahwa pengolahan air limbah terdiri dari: 1. Pengenceran (dilution) Yakni air buangan diencerkan terlebih dahulu sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan air. Pada keadaan tertentu dilakukan proses pengolahan sederhana terlebih dahulu seperti pengendapan dan penyaringan. Akan tetapi dengan bertambahnya penduduk dan perkembangan industri, volume air limbah yang dibuang menjadi terlalu banyak karena diperlukan derajat pengenceran yang cukup besar, hal ini

tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini juga menimbulkan kerugian lain, misalnya bahaya kontaminasi terhadap badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan badan air seperti sungai, danau dan sebagainya. 2. Irigasi luas Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan dan sebagainya dimana kandungan zat-zat organiknya cukup tinggi yang dibutuhkan oleh tanaman. 3. Kolam oksidasi (Oxidation Ponds/Waste Stabilization Ponds Lagoon) Merupakan suatu pengolahan air buangan untuk sekelompok masyarakat kecil dan cara ini terutama dianjurkan untuk daerah pedesaan. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan pengaruh sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air buangan dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk persegi panjang dengan kedalaman 1-1,5 meter. Dinding dan lapisan kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Luas kolam tergantung pada jumlah air buangan yang akan diolah, biasanya digunakan luas 1 acre (= 4072 m 2 ) untuk 100 orang. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman minimal berjarak 500 meter ditempatkan di daerah terbuka yang memungkinkan adanya sirkulasi udara.

4. Pengolahan air buangan primer dan sekunder Merupakan cara pengolahan air buangan yang lebih kompleks dan lengkap yaitu pengolahan secara fisik dan mekanik (primer) dan secara biologis (sekunder) terutama di daerah perkotaan dan umumnya air buangan dari segala jenis, baik yang berasal dari rumah tangga, kota praja maupun industri. 2.1.5. Kewajiban RPH dalam Pengolahan Air Limbah Setiap penanggung jawab kegiatan rumah potong hewan mempunyai kewajiban (Permenlh RI No.2, 2006) yaitu: 1. Melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang atau dilepas ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah rumah potong hewan 2. Membuat sistem saluran air limbah yang kedap air dan tertutup agar tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan, dilengkapi dengan alat penyaring untuk memudahkan pembersihan dan perawatan. 3. Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpasan hujan 4. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah dan melakukan pencatatan debit air limbah harian 5. Melakukan pencatatan jumlah dan jenis hewan yang dipotong perhari. 6. Memeriksa kadar parameter baku mutu air limbah secara periodik sekurangkurangnya 1 kali dalam sebulan di laboratorium yang terakreditasi 7. Menyampaikan laporan tentang catatan debit air limbah harian, jumlah dan jenis hewan yang dipotong perhari dan kadar parameter baku mutu air limbah

sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kepada gubernur/walikota dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup dan instansi yang membidangi kegiatan rumah potong hewan serta instansi lain yang dianggap perlu. 2.2. Sumur Gali 2.2.1. Pengertian Sumur Gali Sumur gali adalah bangunan penyadap atau pengumpul air tanah pada kedalam 7-10 meter dari permukaan tanah dengan menggunakan timba untuk menaikkan air tanah. (Inpres No.6, 1984). Sumur gali adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah untuk air minum dengan cara menggali tanah berbentuk sumuran agar mendapatkan air yang sehat dan murah serta dapat dimanfaatkan oleh perorangan (rumah tangga) maupun kelompok. Menurut Entjang (2000), dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur harus kedap air, tempat penampungan air limbah minimal 10 meter dari air sumur gali dan terbuat dari bahan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat.

2.2.2. Jenis-jenis Sumur Gali Menurut Joko (2010), sumur gali dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni: a. Air sumur dangkal Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga disebut sebagai air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum dianjurkan untuk dipergunakan karena masih adanya kontaminasi kotoran dari permukaan tanah. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum. b. Air sumur dalam Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah, yang kedalamanya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu, sebagaian besar air sumur dalam ini sudah layak untuk dijadikan air minum (tanpa melalui proses pengolahan). 2.2.3. Persyaratan Kualitas Air Sumur Gali Menteri Kesehatan RI mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Secara garis besar, persyaratan kualitas air bersih digolongkan atas 4 syarat, yaitu:

2.2.3.1. Syarat Kualitas Fisik 1. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. 2. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. 3. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan. 4. Zat padat terlarut Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk sehingga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. 5. Bau dan rasa Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H 2 S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik dan akibat adanya senyawa-senyawa organik tertentu

2.2.3.2. Syarat Kualitas Kimia 1. ph Pembatasan ph dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh ph. 2. DO (Dissolved Oxygent) DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi. 3. BOD (Biological Oxygent Demand) BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel. Komponen organik yang mengandung senyawa nitrogen dapat pula dioksidasi menjadi nitrat, sedangkan komponen organik yang mengandung senyawa sulfur dapat dioksidasi menjadi sulfat.

4. COD (Chemical Oxygent Demand) COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air penerima. 5. Kesadahan Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian sabun dan dapat memberikan rasa yang segar. Adanya kesadahan dalam air dalam pemakaian air untuk industri (air ketel, air pendingin atau pemanas) tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air. 6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun Unsur arsen (As) pada dosis yang rendah bersifat toksik bagi manusia sehingga perlu pembatasan yang ketat (± 0,05 mg/l) sedangkan unsur besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau logam yang dapat menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang bersifat toksik bagi manusia. 2.2.3.3. Syarat Kualitas Mikrobiologi Syarat kualitas mikrobiologi air bersih harus terhindar dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit seperti disentri, tipus, kolera. Untuk persyaratan mikrobiologi air bersih diarahkan pada: - Memenuhi syarat apabila Total coli 50 ppm dan Coli tinja 50ppm

- Tidak memenuhi syarat apabila Total coli >50ppm dan Coli tinja >50 ppm 2.2.3.4. Syarat Kualitas Radioaktif Air bersih yang digunakan sebaiknya terhindar dari kontaminasi zat radioaktif yang melebihi batas maksimal yang diijinkan oleh Permenkes RI No.416 Tahun 1990. 2.2.4. Resiko Pencemaran Air Sumur Gali Air tanah dalam perjalanannya dari sumber asalnya dapat mengalami resiko pencemaran sebelum sampai ke konsumen. Pencemaran fisik, kimia, mikrobiologi maupun radioaktif akan berakibat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Pencemaran air oleh mikroorganisme berupa bakteri, virus, protozoa dan fungi dapat ditemukan dalam feses dan urin penderita atau carier. Pada dasarnya bakteri dalam tinja manusia dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal di dalam tanah. Bakteri pada bahan buangan manusia dapat menyebar secara horizontal yaitu pada jarak 5 meter dari lubang kotoran, area kontaminasi melebar sampai 2 meter dan menyempit pada jarak 11 meter, sedangkan secara vertikal, area kontaminasi dapat menyebar sampai kedalaman 3 meter. Area kontaminasi oleh zat kimia mengikuti bentuk yang hampir sama dengan kontaminasi bakteri, hanya saja jaraknya lebih jauh yakni area kontaminasi dapat menyebar sampai jarak 115 meter. 2.2.5. Persyaratan Konstruksi Sumur Gali Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai

sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000) : 1) Syarat Lokasi atau Jarak Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah. a) Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir. b) Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya. 2) Dinding Sumur Gali a) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000). b) Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).

c) Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton. d) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang, 2000). 3) Bibir sumur gali Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain : a) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan (Entjang, 2000). b) Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir c) Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur 4) Lantai Sumur Gali Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :

a) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000). b) Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995). c) Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah 5) Saluran Pembuangan Air Limbah Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang (2000), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Sanropie (1984) mengemukakan, beberapa persyaratan konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat, yakni: a. Memiliki bibir sumur yang kedap air dengan tinggi minimal 0,8 meter b. Memiliki cincin sumur yang kedap air yang dalamnya minimal 3 meter c. Memiliki lantai sumur yang terbuat dari bahan kedap air dan memiliki kemiringan yang mengarah keluar menuju saluran pembuangan air limbah d. Memiliki sarana pembuangan air limbah yang kedap air e. Memiliki jarak terhadap sumber pencemaran minimal 10 meter Penentuan persyaratan konstruksi sumur gali didasarkan pada beberapa hal, yaitu: 1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan bakteri dalam air tanah mencapai 3 meter/hari

2. Keadaan porositas tanah sangat berpengaruh pada pergerakan air di dalam tanah 3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertikal sampai kedalaman 3 meter 4. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sampai jarak 1 meter 5. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan atau tidak digunakan 6. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur 2.2.6. Penggunaan dan Pemeliharaan Sumur Gali 2.2.6.1. Penggunaan Sumur Gali Menurut Joko (2010), penggunaan sumur gali meliputi: a) Sumur harus dilengkapi dengan dinding pengaman pada bibir sumur b) Lakukan pengurasan pada sumur yang baru selesai dibangun sampai air menjadi bersih dan tidak berbau c) Bila pengambilan air menggunakan timba, usahakan dioperasikan dengan dua buah ember d) Bila pengambilan air timba, ukur tali timba agar tidak menyentuh lantai untuk menjaga kebersihan tali e) Bila pengambilan air menggunakan timba, sebaliknya timba tidak diletakkan pada lantai sumur, untuk mencegah masuknya kotoran pada sumur atau air yang diambil dari sumur

f) Dalam keadaan tidak dipakai sebaiknya sumur ditutup sehingga tidak memungkinkan kotoran masuk ke dalam sumur g) Air bekas dari sumur sebaiknya dibuatkan saluran pembuang sehingga tidak menggenang pada halaman atau tanah di sekitar sumur yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi kotor, bau dan tempat berkembangbiaknya nyamuk 2.2.6.2. Pemeliharaan Sumur Gali Pemeliharaan sumur gali dapat dilakukan dengan cara: a) Pemeliharaan harian dan mingguan - Lantai sumur sebaiknya secara rutin dibersihkan dengan cara menggosok lantai sumur sehingga tidak menjadi licin dan kotor sekaligus tidak membahayakan pengambil air - Pantau dinding sumur dan lantai sumur terhadap keretakan untuk mendapatkan perbaikan - Lakukan pelumasan pada katrol untuk pengambil air menggunakan timba - Bersihkan saluran buangan dari kotoran serta pantau terhadap keretakan untuk mendapatkan perbaikan b) Pemeliharaan bulanan - Bersihkan dinding sumur dilakukan 2-6 bulan sekali - Lakukan pengurasan - Perhatikan gas dalam sumur dengan indikasi menggunakan lampu senter atau lilin yang diarahkan ke dalam sumur

- Lakukan pembersihan dengan menggunakan alat bantu pernapasan jika lampu senter atau lilin mati - Cek tiang sumur dan cek kerusakan c) Pemeliharaan tahunan - Cek katrol terhadap kerusakan - Pantau tali terhadap kerusakan - Pantau ember terhadap kerusakan - Pantau dinding, lantai, saluran buangan terhadap kerusakan 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Sistem Pembuangan Air Limbah Rumah Potong Hewan Kualitas Air Limbah Rumah Potong Hewan Konstruksi Sumur Gali Kualitas Air Sumur Gali Pada penelitian ini akan diketahui gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas air sumur gali disekitar saluran pembuangan air limbah PD RPH di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.