DAFTAR ISI... HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... KATA PENGANTAR...

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Kadek Octa Santa Wiguna I Ketut Markeling A.A. Sri Indrawati. Program Kekhususan Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana.

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BATASAN RUMAH SUSUN YANG DIJADIKAN AGUNAN PADA BANK. J. Andy Hartanto Universitas Narotama, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN MELALUI PENJUALAN DI BAWAH TANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PD.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

ABSTRAK Pemberlakuan Klausula Buy Back Guarantee

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996

Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: Ni Made Trisna Dewi ABSTRACT

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. provisi ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

PERLINDUNGAN HUKUM PENYEWA TERHADAP OBJEK HAK TANGGUNGAN YANG DIBEBANI HAK SEWA

PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN PADA SERTIFIKAT HAK MILIK DALAM PERIKATAN JAMINAN KREDIT

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... KATA PENGANTAR... HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii iv vii viii xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Ruang Lingkup Masalah... 7 1.4 Orisinalitas Penelitian... 8 1.5 Tujuan Penelitian... 10 1.5.1 Tujuan Umum... 10 1.5.2 Tujuan Khusus... 10 1.6 Manfaat Penelitian... 10 1.6.1 Manfaat Teoritis... 10 1.6.2 Manfaat Praktis... 11 viii

1.7 Landasan Teoritis... 11 1.8 Metode Penelitian... 16 1.8.1 Jenis Penelitian... 16 1.8.2 Jenis Pendekatan... 16 1.8.3 Sifat Penelitian... 17 1.8.4 Data dan Sumber Data... 17 1.8.5 Teknik Pengumpulan Data... 18 1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data... 18 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HAK TANGGUNGAN, EKSEKUSI, DAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN 2.1. Hak Tanggungan... 19 2.1.1. Pengertian Hak Tanggungan... 19 2.1.2. Ciri-ciri Hak Tanggungan... 21 2.1.3. Sifat Hak Tanggungan... 25 2.1.4. Objek Hak Tanggungan... 26 2.1.5. Subjek Hak Tanggungan... 27 2.1.6. Asas-asas Hak Tanggungan... 29 2.1.7. Proses Pembebanan Hak Tanggungan... 31 2.2. Eksekusi... 35 2.2.1. Pengertian Eksekusi... 35 2.2.2. Dasar Hukum Eksekusi... 38 2.2.3. Asas-asas Eksekusi... 40 2.3. Eksekusi Hak Tanggungan... 44 ix

2.3.1. Pengertian Eksekusi Hak Tanggungan... 44 2.3.2. Macam-macam Eksekusi Hak Tanggungan... 48 BAB III PENERAPAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 4 TAHUN 1996 PADA PT. BPR PARTHA KENCANA TOHPATI 3.1 Tata Cara Eksekusi Hak Tanggungan Menurut Undang- Undang No 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan... 51 3.2 Syarat-syarat Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati... 54 3.3 Pihak-pihak yang terlibat dalam Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati... 57 3.4 Proses Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati... 60 BAB IV KENDALA-KENDALA YANG TIMBUL DALAM PROSES PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR PARTHA KENCANA TOHPATI 4.1. Kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati... 65 4.2. Penyelesaian masalah dari kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati... 67 x

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 72 5.2. Saran... 73 DAFTAR PUSTAKA... 74 DAFTAR RESPONDEN... 76 LAMPIRAN xi

ABSTRAK Indonesia merupakan Negara Berkembang, pertumbuhan ekonomi masyarakatnya sangatlah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dunia modern seperti sekarang ini peranan perbankan dalam memajukan perekonomian di suatu Negara sangatlah besar, hampir semua sektor selalu membutuhkan jasa bank dan salah satunya adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Perjanjian kredit antara pihak kreditur dengan debitur dilakukan dengan adanya jaminan, salah satunya adalah jaminan hak tanggungan sebagai pelunasan hutang, apabila terjadi kredit macet atau wanprestasi dari pihak debitur. PT. BPR Partha Kencana Tohpati didalam proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan, masih sering terjadi hambatan atau kendala-kendala didalam proses pelaksanaan eksekusinya, yang dimana pihak debitur atau pemberi hak tanggungan yang masih sangat ingin mempertahankan hak tanggungannya tersebut dengan banyak alasan-alasan yang dimana membuat pihak bank kesulitan didalam mengambil tindakan eksekusi pada hak tanggungan tersebut. Dapat dirumuskan masalah, bagaimana proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan berdasarkan Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati dan apa saja kendala-kendala yang dihadapi didalam proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan oleh PT. BPR Partha Kencana Tohpati. Metode penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian yuridis empiris yang artinya penelitian berdasarkan fakta yang ada di lapangan yang dimana dilakukan dengan mengkaji permasalahan secara langsung pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati yang kemudian dikaji dan dikaitkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian yang dilakukan dilapangan juga mendapatkan data-data berdasarkan keterangan yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara pada informan atau responden. Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati dilakukan dengan menjual obyek hak tanggungan melalui pelelangan umum dengan hak yang didapat dari pemegang hak tanggungan pertama berhak menjual obyek hak tanggungan melalui pelelangan umum. Kendala yang dihadapi oleh PT. BPR Partha Kencana Tohpati yaitu adanya gugatan dari debitur dan juga rumah (agunan) tidak mau ditinggalkan oleh si tereksekusi, dalam hal ini kendala yang dihadapi oleh pihak bank. Jadi penyelesaian yang dilakukan pihak bank yaitu dengan memakai jasa penasihat hukum atau pengacara dan juga mengajukan permohonan eksekusi pengosongan rumah kepada Pengadilan Negeri setempat. Kata Kunci : PT. BPR Partha Kencana Tohpati, Hak Tanggungan, Pelaksanaan Eksekusi, Undang-Undang No 4 Tahun 1996. xii

ABSTRACT Indonesia is a Developing Country, the economic growth of the community is in need of funds that are not small. The modern world as it is today the role of banks in advancing the economy in a country is very large, almost all sectors always need the services of banks and one of them is the Rural Bank (BPR). Credit agreement between the creditor and the debtor is done with the guarantee, one of which is the guarantee of mortgages as debt repayment, in case of bad debts or default from the debtor. PT. BPR Partha Kencana Tohpati in the process of execution of mortgage rights, there arestill many obstacles or constraints in the execution process, where the debtor or mortgage giver is still very keen to defend his / her dependents with many reasons which in which makes the bank Difficulty in taking execution action on the mortgage right. Can be formulated problem, how the process of execution of mortgage rights under the Law No. 4 of 1996 on the right of dependents at PT. BPR Partha Kencana Tohpati and what are the constraints faced in the process of execution of mortgages by PT. BPR Partha Kencana Tohpati. The research method used is the type of juridical empirical research which means fact-based research in the field which is done by reviewing the problems directly at PT. BPR Partha Kencana Tohpati which is then reviewed and associated with the provisions of applicable legislation. Research conducted in the field also get data based on information obtained directly from the results of interviews on informants or respondents. Implementation of mortgage execution at PT. BPR Partha Kencana Tohpati is performed by selling the object of mortgage through a public tender with rights earned from the first mortgageee entitled to sell the object of mortgage through a public tender. Constraints faced by PT. BPR Partha Kencana Tohpati is a lawsuit from the debitor and also the house (collateral) does not want to be abandoned by the executed, in this case the constraints faced by the bank. So the settlement of the bank is to use the services of legal counsel or lawyer and also apply for the execution of house emptying to the local District Court. Keywords : PT. BPR Partha Kencana Tohpati, Mortgage, Execution Implementation, Law No. 4 of 1996. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan Negara berkembang, pertumbuhan ekonomi masyarakatnya sangatlah membutuhkan dana yang tidak sedikit, yang dimana peran pemerintah untuk mewujudkannya dengan adanya lembaga-lembaga perbankan sangatlah membantu masyarakat di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan salah satu bentuk dari peran pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Disamping itu peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu Negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu Negara, oleh karena itu kemajuan suatu bank disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju Negara, maka semakin besar pereanan perbankan didalam mengendalikan Negara tersebut, artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah maupun masyarakatnya. Dalam dunia modern seperti sekarang ini, peranan perbankan didalam memajukan perekonomian disuatu Negara sangatlah besar, hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu saat ini dan dimasa mendatang kita tidak akan lepas dari dunia perbankan, jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan. Begitu pentingnya dunia 1

2 perbankan, sehingga ada anggapan bank merupakan nyawa untuk menggerakkan roda perekonomian disuatu Negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat, mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya. 1 Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiataannya apakah hanya menghimpun dana atau menyalurkan dana ataupun kedua-duanya. Sedangkan menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Di dalam Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau 1 Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 2.

3 angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Artinya kredit dapat berbentuk uang atau barang, baik kredit berbentuk barang maupun kredit dalam bentuk uang dalam hal pembayarannya dengan menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu 2. Dengan adanya ketentuan diatas, maka pembukaan kredit harus disertai persetujuan pinjam meminjam atau kesepakatan yang sering disebut juga dengan perjanjian kredit. Perjanjian kebendaan dibedakan menjadi dua macam, yaitu perjanjian pokok dan perjanjian accesoir. Perjanjian pokok merupakan perjanjian untuk mendapatkan fasilitas kredit dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank, sedangkan perjanjian accesoir adalah perjanjian yang bersifat tambahan dan sering dikaitkan dengan perjanjian pokok. Perjanjian accesoir misalnya perjanjian pembebanan jaminan, seperti perjanjian gadai, tanggungan, dan fidusia. Oleh karena itu perjanjian accesoir sering dikaitkan dengan perjanjian pokok 3. Di dalam Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yang membahas tentang perlindungan dan keistimewaan kepada kreditur tertentu, dimana dengan adanya keistimewaan tersebut menjadikan pihak bank mudah di dalam melakukan eksekusi terhadap obyek jaminan apabila debitur wansprestasi, namun keistimewaan itu tidak menjadi jaminan akan pelunasan hutang debitur berjalan dengan baik. 2 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, h.. 263. 3 Salim HS, 2012,Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disebut Salim HS I), h. 29-30.

4 Hak Tanggungan, menurut ketentuan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, Adalah : Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut dengan Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana diatur didalam Undang-Undang No 5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Dari rumusan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Hak Tanggungan dapat diketahui bahwa pada dasarnya suatu Hak Tanggungan adalah suatu bentuk jaminan pelunasan hutang, dengan hak mendahulu, dengan obyek jaminannya berupa Hak-Hak Atas Tanah yang diatur dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria 4. Berdasarkan uraian diatas, maka praktik pengikatan kredit dengan jaminan hak tanggungan di dalam kegiatan perbankan, hendaknya dapat pula dilaksanakan sesuai dengan apa yang sudah diatur didalam Undang-Undang Hak Tanggungan. Hak Tanggungan sebagai salah satu lembaga hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu sebagaimana diuraikan dalam penjelasan Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, Pasal 3 disebutkan bahwa Hak Tanggungan mempunyai ciri-ciri yaitu sebagai berikut : 4 Kartini Muljadi&Gunawan Widjaja, 2006,Hak Tanggungan, Jakarta : Kencana h. 13.

5 a) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya. b) Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek itu berada. c) Memenuhi asas spesialis dan pubisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan. d) Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusi Dengan adanya ciri-ciri tersebut di atas di harapkan hak tanggungan atas tanah yang diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan menjadi kuat kedudukannya dalam hukum jaminan mengenai tanah. Kredit yang dijamin dengan hak atas tanah tersebut, apabila debitur tidak lagi mampu membayarnya dan terjadi adanya wanprestasi dan kredit menjadi macet, maka pihak kreditur tentunya tidak mau dirugikan dan akan mengambil pelunasan utang debitur tersebut dengan cara mengeksekusi jaminan kredit tersebut dengan cara menjualnya melalui sistem pelelangan umum agar debitur juga tidak terlalu di rugikan karena kemungkinan masih ada sisa atas penjualan dan atau hasil pelelangan jaminan yang diberikannya kepada debitur. 5 Eksekusi Hak Tanggungan melalui pelelangan umum sebagaimana yang telah di atur dalam Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan ditentukan bahwa : 5 Supriadi, 2008, Hukum Agraria, Sinar Grafika, h. 186.

6 Obyek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang dibutuhkan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahului dari pada kreditur kreditur lainnya. Sebagaimana dengan proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati, dimana proses pelaksanaan eksekusinya sering terjadi hambatan atau kendala-kendala dari pihak debitur yang sangat ingin tetap mempertahankan hak tanggungannya tersebut dengan banyak alasan-alasan yang membuat pihak bank agak kesulitan didalam mengambil tindakan eksekusi pada Hak Tanggungan tersebut. Di dalam pelaksanaaan eksekusi hak tanggungan masyarakat dibuat bingung karena apabila debitur wanprestasi dan tidak bisa melunasi hutangnya, maka hak tanggungan bisa di eksekusi langsung ke pelelangan Negara atau harus melalui putusan ketua pengadilan terlebih dahulu, ini yang masih perlu kejelasan sehingga penulis ingin mengetahui proses pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan yang ruang lingkupnya dilakukan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati. Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati yang dijalankan apakah sesuai dengan Undang- Undang No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda- Benda yang Berkaitan Dengan Tanah, dan apa upaya penyelesaian masalah yang dilakukan pihak bank dari kendala atau hambatan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan tersebut.

7 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalahmasalah sebagai berikut ini : 1.1.1 Bagaimana proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan berdasarkan Undang-Undang No 4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati? 1.1.2 Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan oleh PT. BPR Partha Kencana Tohpati? 1.3.Ruang Lingkup Masalah Dalam setiap penulisan karya ilmiah perlunya ketegasan materi yang diuraikan didalam kaya tulis ilmiah ini, agar nantinya tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka di dalam pembahasan pertama ini membahas tentang Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1006 Tentang Hak dan Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah Pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati, dimana penulis ingin mengatahui proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati, apakah sudah sesuai dengan peraturan perundangundangan yaitu Undang-undang No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Pada pembahasan yang kedua akan dibahas mengenai permasalahan yang timbul atau kendala-kendala yang timbul pada proses pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan tersebut.

8 1.4.Orisinalitas Penelitian Dengan ini dinyatakan bahwa tulisan yang berjudul Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1006 Tentang Hak dan Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah Pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati adalah sepenuhnya hasil dari pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan 2 (dua) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah 1 Hak Tanggungan Husni 1. Bagaimana Perlindungan dan Eksekusi Hak Tanggungan Hukum Kreditur? Terhadap Sebagai 2. Bagaimana Proses Perlindungan Eksekusi Hak Hukum Bagi Tanggungan sebagai Kreditur. Perlindungan Hukum Bagi Kreditur? 2 Pelaksanan Yordan 1. Bagaimana pelaksanaan Perjanjian Kredit Demesky pemberian kredit dengan Dengan jaminan jaminan Hak Hak Tanggungan Tanggungan Atas Tanah Atas Tanah Pada pada PT Bank

9 PT. Bank Pembangunan Daerah Pembangunan (BPD) cabang Utama Daerah Barat Sumatera Padang? 2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan Atas Tanah pada PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) cabang Utama Padang? 3. Apa saja permasalahaan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan Atas Tanah, serta bagaimana upaya penyelesaian yang dilakukan untuk mengatasinya?

10 1.5.Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan umum 1. Untuk mengatahui proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan berdasarkan Undang-Undang No 4 Tahun 1996 pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati. 2. Untuk mengatahui masalah atau kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan oleh PT. BPR Partha Kencana Tohpati. 1.5.2 Tujuan khusus 1. Untuk lebih memahami proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan yang berdasarkan dengan Undang-Undang No 4 Tentang Hak Tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati. 2. Untuk lebih memahami kendala-kendala yang dihadapi oleh PT. BPR Partha Kencana Tohpati didalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sumber pemahaman hukum umum, khususnya yang berkaitan dengan hukum jaminan dan perbankan. 2. Memberikan pencerahan tentang permasalahan hukum yang penulis hadapi sehingga menjadi dasar pemikiran yang teoritis, dan memberi wawasan bagi para pembaca dan penulis tentang

11 bagaimana proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati berdasarkan Undang-undang No 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan di dalam pelaksanaanya. 1.6.2 Manfaat praktis 1. Dapat berguna bagi BPR di dalam penerapan eksekusi hak tanggungan tersebut dan juga dipakai sebagai pedoman bagi para pembaca, baik itu mahasiswa, lembaga pemerintahan, maupun masyarakat dalam kaitannya dengan proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan yang berdasarkan pada Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam prakteknya di lapangan, upaya penyelesaian yang dilakukan. 2. Sebagai bahan masukan di dalam menyelesaikan permasalahan yang sejenis, dan Sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya mengenai pelaksanaan eksekusi hak tanggungan yang berdasarkan pada Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan. 1.7. Landasan Teoritis Sebelum sampai pada pokok permasalahan, maka diuraikan beberapa landasan teoritis yang dipergunakan untuk menunjang pembahasan pokok permasalahan. Landasan teoritis tersebut diharapkan mampu memperjelas dan dapat mendukung permasalahan serta alternatif pemecahannya. Hukum adalah sebuah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, dan mencegah terjadinya kekacauan. Pelaksanaan dari hukum itu sendiri

12 merupakan sebuat perbuatan atau tindakan nyata yang dilakukan suatu Badan Instansi Pemerintahan yang dapat berupa sanksi hukum maupun eksekusi hukum dari suatu benda yang sudah dijaminkan. Jaminan berasal dari kata jamin yang berarti tanggung, sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Tanggungan yang dimaksud disini adalah tanggungan atas perikatan seseorang, hal ini dapat didasarkan pada ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata yang menegaskan bahwa : Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Rachmadi Usman memberikan pengertian jaminan sebagai suatu perlindungan keamanan kreditur, yaitu kepastian akan pelunasan hutang debitur atas pelaksanaan suatu prestasi oleh debitur atau oleh penjamin debitur. Jaminan pada dasarnya dapat dibedakan atas jaminan perseorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan perseorangan adalah hak yang memberikan debitur suatu kedudukan yang lebih baik karena adanya lebih dari seorang debitur yang dapat ditagih. Menurut sifatnya jaminan kebendaan ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu : jaminan kebendaan dengan benda berwujud dan jaminan kebendaan tidak berwujud. Jaminan kebendaan dengan benda berwujud dapat berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak. Contoh jaminan berwujud berupa benda tidak bergerak adalah berupa tanah atau bangunan yang diikat melalui lembaga jaminan Hak Tanggungan berdasarkan Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.

13 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Hak Tanggungan, Hak Tanggungan didefinisikan sebagai Hak Jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No 5 tahun 1960 tentang peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengaan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Obyek Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Hak Tanggungan adalah sebagai berikut : 1. Hak Atas Tanah Berupa Hak Milik 2. Hak Atas Tanah Berupa Hak Guna Usaha 3. Hak Atas Tanah Berupa Hak Guna Bangunan 4. Hak Atas Tanah Berupa Hak Pakai Atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat di pindah tangankan dan dapat dibebani Hak Tanggungan. Berdasarkan ketentuan diatas ada beberapa asas dari hak tanggungan yang perlu dipahami, yaitu salah satu asasnya adalah Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan Mudah dan Pasti yaitu menurut Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan, apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai Hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Karena sertifikat obyek jaminan berada pada kreditur selaku pemegang Hak Tanggungan, maka pengeksekusiannya tergolong mudah dan pasti.

14 Menurut Bab V Pasal 20 Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang Eksekusi Hak Tanggungan, yaitu : (1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan: a) Hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau b) Titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek Hak Tanggungan di jual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya. (2) Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan penjualan obyek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. (3) Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau pemegang Hak Tanggungan kepada pihakpihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikit-dikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan dan/atau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan.

15 (4) Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi Hak Tanggungan dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) batal demi hukum. (5) Sampai saat pengumuman untuk lelang dikeluarkan, penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihindarkan dengan pelunasan utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu beserta biaya-biaya eksekusi yang telah dikeluarkan. Menurut Pasal 21 Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yaitu : Apabila pemberi Tak Tanggungan dinyatakan pailit, pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala Hak yang diperolehnya menurut ketentuan Undang-Undang ini. Menurut Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan, Eksekusi Hak Tanggungan dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu : 1. Menjual obyek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum berdasarkan title eksekusi melalui tata cara sesuai dengan pasal 24 HIR 258 RBg dengan perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri. 2. Menjual obyek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum atas kekuasaan sendiri dari pemegang Hak Tanggungan pertama ; 3. Menjual obyek Hak Tanggungan secara di bawah tangan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima Hak Tanggungan. 6 6 Adrian Sutedi, 2012, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 154.

16 1.8. Metode Penelitian Sebagaimana diketahui Metode Penelitian merupakan salah satu komponen penentu di dalam penulisan suatu karya ilmiah. Adapun yang dimaksud dengan metode penelitian adalah mengamati secara langsung atau menyelidiki dari dekat kelapangan dalam arti membanding bandingkan antara teori dan prakteknya. Dalam pembahasan permasalahan terhadap materi penulisan ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1.8.1 Jenis Penelitian Pendekatan masalah yang digunakan didalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis empiris, dimana permasalahan dikaji dengan melakukan pendekatan langsung pada PT. BPR Partha Kencana Tohpati, kemudian dikaitkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berdasarkan suatu kajian normatif dengan mengkaji suatu produk hukum berdasarkan teori-teori serta asas-asas hukum secara langsung, agar memperoleh kebenaran materiil guna mendapatkan penyempurnaan didalam penyusunan skripsi ini, melalui penelitian di lapangan berdasarkan keterangan dan data-data yang didapat secara langsung dari informan. 1.8.2 Jenis pendekatan Dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan fakta dan pendekatan perundang-undangan. Pendekatan fakta dilakukan dengan cara mengadakan penelitian berupa data-data dan wawancara langsung pada suatu instansi atau lembaga yang menjadi obyek penelitian. Sedangkan dalam metode pendekatan perundang-undangan ini, peneliti perlu memahami unsur-unsur dalam

17 peraturan perundang-undangan yang diperuntukan sebagai dasar dalam menganalisis penelitian hukum ini. 1.8.3 Sifat penelitian Sifat penelitian dalam penulisan ini bersifat deskriftif, yaitu dimana penelitian ini dilakukan secara umum. Penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi saat sekarang, yang dimana bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat populasi di daerah tertentu. Dimana diperlukan perumusan masalah, menentukan jenis informasi yang diperlukan, menentukan prosedur pengumpulan data dari hasil wawancara, dan juga menarik kesimpulan dari penelitian tersebut. 1.8.4 Data dan sumber data Sumber data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada 2 (dua) jenis yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, dilapangan baik berupa responden maupun informan 7. Dimana perolehan data ini didapatkan secara langsung pada hasil wawancara dengan informan/responden di PT. BPR Partha Kencana Tohpati. 2. Data sekunder adalah suatu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yaitu : a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai otoritas (autoritatif) yang berupa Peraturan Perundang-Undangan, yaitu : 1. Undang-Undang No 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan. Jakarta, h. 30. 7 Amiruddin & Zainal Asikin, 2014, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers,

18 2. Undang-Undang No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 3. Republik Indonesia, Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 angka (2). b. Bahan hukum sekunder yang datanya diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang berupa buku-buku literature atau bahan hukum sekunder yaitu publikasi tentang hukum yang berupa bahan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan eksekusi hak tanggungan. 1.8.5 Teknik pengumpulan data Data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini merupakan data yang diperoleh dengan melakukan penelusuran keperpustakaan serta melakukan wawancara dengan informan, yang kemudian dilakukan dengan cara membaca dan memahami data-data tersebut, dan selanjutnya menggunakan teori-teori dan penjelasan dari bahan bacaan yang relevan dengan materi karya tulis ini. 1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum Data yang sudah diperolah dan dikumpulkan tersebut, maka akan disusun secara sistematis dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus berdasarkan sesuai dengan permasalahan yang ada. Kemudian data tersebut dipilih sesuai dengan proporsinya masing-masing sehingga teknik pengolahan data bersifat kualitatif. Selanjutnya analisis terhadap bahan hukum sekunder dengan data dilapangan dilakukan dengan metode analisa deskriptif, yaitu dengan menjawab permasalahan yang berdasarkan dengan apa yang ada dilapangan.