BAB 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World health organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor yang didapat dari defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Purnamasari,2009). Menurut penelitian epidemiologi di Indonesia, prevalensi DM nasional bervariasi antara 2%-6% (Tjokropawiro, 1999). Dengan asumsi prevalensi DM nasional sebesar 4,6%, diperkirakan pada tahun 2020 akan terdapat 8,2 juta penduduk Indonesia yang menderita DM (Suyono, 2007). Neuropati Diabetika dicirikan sebagai munculnya simptom atau tanda dari disfungsi saraf perifer pada diabetes. Hal ini dapat berasal dari keturunan, trauma, tekanan darah,
metabolisme, racun, segi nutrisi, infeksi, maupun neoplastik dan penyakit sistemik lainnya. Komplikasi neuromuskular dari DM sering kali berhubungan dengan neuropati, dengan disertai adanya kelumpuhan pada saraf kranial maupun perifer atau distal sensorimotor neuropathy. Diabetic Amyotrophy adalah istilah yang sering digunakan semenjak muncul kondisi pada saraf yang mempengaruhi saraf cabang utama bagian proksimal dan pleksus lumbosakralis. Istilah yang paling sering untuk kelainan ini termasuk didalamnya diabetic proximal neuropathy dan lumbosacral radiculoplexus neuropathy. Kondisi myopathy yang paling penting dari DM adalah iskemik infark pada otot paha. Kondisi ini terjadi pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol dan muncul dengan sakit, dan adanya edema pada paha yang tiba tiba. Area pada daerah infark otot tersebut menjadi mengeras. Otot yang biasa terlibat adalah termasuk didalamnya vastus lateralis, adductor paha, dan biceps femoris. CT-Scan maupun MRI mampu menampilkan kelainan yang nampak pada otot yang terlibat. Diagnosis dengan imaging jauh lebih dianjurkan ketimbang melalui biopsi jaringan jika memungkinkan (Fauci et al., 2008). Perkembangan dari neuropati berhubungan dengan lama menderita diabetes dan tingkat glikemik. Faktor risiko tambahan lain adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) semakin tinggi IMT, semakin besar risiko dari neuropati ditambah faktor lain yaitu merokok. Kemunculan dari penyakit
kardiovaskular, peningkatan trigliserida, dan hipertensi juga berkaitan dengan ND (Fauci et al., 2008). I.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Berapakah prevalensi Neuropati Diabetika pada penderita DM Tipe 2 rawat inap di RSUP DR. Sardjito Jogjakarta pada tahun 2010-2012? 2. Bagaimana gambaran status penderita Neuropati Diabetika pada DM tipe 2 rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Jogjakarta tahun 2010-2012 I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui prevalensi Neuropati Diabetika pada DM tipe 2 rawat inap di RSUP DR. Sardjito Jogjakarta pada tahun 2010-2012 2. Mengetahui deskripsi beberapa faktor risiko Neuropati Diabetika pada DM tipe 2 rawat inap di RSUP DR. Sardjito Jogjakarta pada tahun 2010-2012. I.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : I.4.1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi dokter di klinik dalam menangani penderita DM lanjut, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas yang terutama terkait dengan Neuropati Diabetika, sehingga angka kejadian Neuropati Diabetika pada DM tipe 2 dapat ditekan I.4.2. Aspek Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. I.5. Keaslian Penelitian Sepanjang penelusuran referensi, penelitian mengenai prevalensi dan faktor risiko pada Neuropati Diabetika pada penderita DM tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito sudah pernah dilakukan yaitu oleh : - Bruce,G.S. et al. (2008) yang berjudul Prevalence and Risk Factors for Neuropathy in a Canadian First Nation Community. Penelitian ini dilakukan kepada 483 orang dewasa. Prevalensi pada neuropati meningkat pada kadar gula darah : 5% diantara mereka yang memiliki kadar gula darah normal, 8% diantara mereka dengan Impaired Fasting Glucose (IFG) dan diabetes, dan sebesar 15% dari mereka yang sudah mengidap diabetes cukup lama. - Dyck, J.P. et al. (1999) yang berjudul Risk Factor for Severity of Diabetic Polyneuropathy. Penelitian ini
dilakukan terhadap 264 penderita DM dan hasil yang didapat adalah microvessel disease, hiperglikemia kronis, dan tipe diabetes berhubungan dengan tingkat keparahan Polineuropatik Diabetes. - Tesfaye, S. et al (2005)yang berjudul Vascular Risk Factor and Diabetic Neuropathy. Penelitian ini dilakukan terhadap 276 pasien yang mengalami Neuropati Diabetes. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa peningkatan kadar LDL kolesterol, Indeks Massa Tubuh, faktor von Willebrand, tingkat ekskresi albumin, tekanan darah tinggi yang lebih tinggi, dan merokok mampu meningkatkan insidensi terjadinya neuropati secara signifikan.