BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dalam lingkungan masing-masing, sehingga mereka lupa akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENGURANGI PERMASALAHAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa contoh penyumbang terbesar pemanasan global saat ini.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua kegiatan manusia pada awalnya adalah untuk memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Korban Bencana dan Kecelakaan. Pencarian. pertolongan. Evakuasi. Standar Peralatan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang kemajuan teknologinya semakin pesat, masyarakat justru

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global

2016 ANALISIS DESKRIPTIF POTENSI EKONOMI BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

POPOK KAIN MENGURANGI BEBAN BUMI

BAB I PENDAHULUAN. open dumping atau penimbunan terbuka, incenerator atau di bakar, sanitary landfill

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari seperti plastik pembungkus permen, makanan, botol air minum, sampo, detergent, kantong plastik untuk

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi.

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB IV POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG PENGELOLAAN SAMPAH DI METROPOLITAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Di era modern ini banyak masyarakat yang tidak terlalu sadar akan kepentingan dalam lingkungan masing-masing, sehingga mereka lupa akan ketertiban yang tertera di sepanjang jalan, padahal keselamatan dan kepekaan yang ada dalam diri kita menunjukkan tingkat kepedulian yang ada untuk kita dan orang lain. Manusia dalam setiap aktifitasnya hampir dapat dipastikan selalu melakukan kebiasaan buruk yaitu membuang sampah sembarangan, seperti bungkus kudapan, puntung rokok, plastik pembungkus permen, kotak minuman, kaleng soft drink, botol bekas, dan lainnya. Masyarakat Indonesia dibiasakan dengan budaya yang tidak memperdulikan akan kelestarian alam dan lingkungan. Selama ini masyarakat sudah tidak asing dengan adanya slogan Buanglah sampah pada tempatnya, namun masyarakat tidak memperdulikan makna dari slogan tersebut dan terus melakukan kebiasaan membuang sampah sembarangan. Dalam kehidupan seharihari, masyarakat dulu masih menggunakan bahan-bahan alami yang mudah terurai menyatu dengan tanah dan bahkan bermanfaat. Namun, pada saat sekarang banyak bahan-bahan yang sulit terurai dengan tanah, banyak bahan yang instan yang terbuat dari plastik dan bahan lainnya dengan motif bisnis dan industri. 1

2 Di Indonesia volume sampah mengalami peningkatan seiiring dengan pertambahan penduduk. Kementrian Lingkungan Hidup mencatat pada tahun 2012 rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sampah sekitar 2 kg perorang perhari. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diperkirakan berapa banyak volume sampah yang dihasilkan oleh suatu kota setiap hari dengan mengalikan jumlah penduduknya dengan 2 kg perorang perhari (Viva News, 2012). Kementrian Lingkungan Hidup (2012) menyatakan bahwa volume sampah dalam tiga tahun terakhir menunjukkan trend naik secara signifikan. Volume sampah pada tahun 2010 ada 200.000 ton/hari dan pada tahun 2012 ada 490.000 ton perhari atau total 178.850.000 ton setahun. Dari total sampah tersebut lebih dari 50 % adalah sampah tangga (Viva News, 2012). Fakta penanganan sampah tersebut di atas juga menunjukkan perilaku masyarakat yang belum memperdulikan sampah tangganya. Perilaku sosial tersebut diprediksi berasal dari persepsi masyarakat yang menganggap sampah sebagai barang kotor, tidak berharga, tidak bermanfaat, dan tidak mempunyai nilai ekonomi. Persepsi tersebut mendorong masyarakat untuk mencari cara yang paling mudah dan murah dalam menangani sampah rumah tangganya yaitu dengan membuang atau membakarnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembakaran sampah di tempat terbuka akan menghasilkan gas beracuns serta dioxin yang berasal dari proses pembakaran plastik dan bahan beracun lain yang ada di dalam sampah. Keberadaan gas beracun tersebut akan menambah populasi udara (Damanhur dan Padmi, 2010). Terkait hal ini UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah membuat larangan bagi setiap orang untuk

3 membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah. Namun nampaknya masyarakat belum mendapat sosialisasi yang baik tentang pelarangan tersebut, sehingga perilaku membakar sampah di tempat terbuka masih terus dilakukan masyarakat. Bencana yang terjadi karena sampah adalah peristiwa longsornya TPA Leuwigajah yang mengakibatkan tewasnya 156 warga di sekitar TPA pada tanggal 21 Pebruari 2005, menjadi catatan sejarah buruk bagi masyarakat Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Hujan deras yang mengguyur selama 3 hari berturut-turut, menyebabkan timbunan sampah Sekitar 2,7 juta meter kubik longsor menutupi wilayah permukiman penduduk. Seminggu setelah kejadian ini, sampah ditiga wilayah, terutama Kota Bandung dan Kota Cimahi tidak terangkut karena tidak ada tempat untuk membuang. Kota yang mendapat julukan kota kembang ini berubah menjadi kota sampah. Sampah menumpuk di tempat TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan di pinggir-pinggir jalan. Pemkot Bandung dan Cimahi menjadi panik, karena kesulitan mencari tempat pembuangan sampah. Kepanikan ini sangat beralasan karena Kota Bandung akan menyelenggarakan hajat internasional dalam rangka memperingati Konfrensi Asia Afrika. Peristiwa ini menjadi sangat luar biasa, di mana pemerintah Kota Bandung menerapkan DARURAT SAMPAH. Sesuatu yang tak lazim, karena istilah darurat bisasanya dikenakan kepada peristiwa yang luar biasa, seperti Bencana Alam dan Peperangan. Kelalaian dalam pengelolaan yang menjadikan sampah menjadi bencana Bencana ini merupakan bencana beruntun yang dialami Indonesia. Menurut Andre

4 Vltchek seorang jurnalis Amerika, bencana yang banyak terjadi di Indonesia tidak hanya faktor alam semata seperti Gunung Merapi, Tsunami, tetapi juga faktor yang disebabkan oleh manusia itu sendiri. Benar apa yang dikatakan Mahatma Gandhi bahwa Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun ia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan segelintir orang yang tamak. TPA Leuwigajah merupakan salah satu bencana yang disebabkan kelalaian manusia. Kasus longsornya TPA Leuwigajah bukan yang pertama kali. TPA Leuwigajah sebelumnya telah terjadi longsor pada tahun 1992, namun tidak menimbulkan banyak korban seperti tahun 2005. Tanda-tanda gagalnya sistem yang ada di TPA sudah terlihat dengan tidak berfungsinya TPA lain yang ada di Kota Bandung seperti TPA Cicabe dan Jelekong karena telah habis masa pakainya, sementara TPA Sarimukti berada lebih jauh dari TPA Leuwigajah. Maka sampah yang ada di Kota Bandung dibuang ke TPA Leuwigajah dan dijadikan TPA Pusat oleh tiga wilayah (Kota Bandung, Kab Bandung, dan Kota Cimahi). Peristiwa longsor TPA Leuwigajah tidak akan menjadi mimpi buruk dan mencoreng Bandung sebagai kota Sampah jika penanganan sampah dikontrol dengan baik. Sampah setiap hari datang ke TPA Leuwigajah lebih dari 4.000 ton. Sampah ini datang dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung serta Kota Cimahi. Sampah Kota Bandung rata-rata antara 6.500 sampai 7.500 m 3 /hari. Sampah dari permukiman merupakan penyumbang terbesar yaitu sekira 3.028 m 3, disusul sampah pasar 459 m 3, industri 366 m 3, jalan 295 m 3, fasilitas umum 184 m 3, dan usaha/komersial 168 m 3. Tidak terbayangkan begitu banyaknya sampah yang menumpuk dalam satu bulan di TPA Leuwigajah.

5 Peristiwa ini kembali berulang, pasca longsornya TPA SARIMUKTI yang dijadikan TPA Sementara oleh Pemkot Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung. Timbunan sampah kembali menjadi pemandangan yang dapat terlihat di tiap-tiap TPS, pinggiran jalan dan lahan-lahan kosong di pinggiran kota. Kondisi ini semakin memperburuk citra kota Bandung yang mengatakan dirinya sebagai kota BERMARTABAT (Bersih Makmur, Jujur, Taat dan Bersahabat. Paska longsor TPA Leuwigajah, Bandung dinyatakan sebagai kota DARURAT SAMPAH, padahal sebelumnya istilah ini tidak dikenal kecuali dalam keadaan bencana dan peperangan. Kemudian istilah barupun mencul kembali, Walikota Bandung menawarkan referendum kepada masyarakat dalam hal pembuatan listrik tenaga sampah (PLTSa) yang juga menuai pro dan kontra. Pernyataan ini juga menjadi bahan tertawaan. Hal ini juga sesuatu yang tidak lazim. Persoalan sampah, sungguh menjadi fenomena yang luar biasa. Pemerintah Kota merasa yakin dengan PLTSa sebagai jalan terbaik sebagai solusi dalam penanganan sampah di kota Bandung. Sejak awal pembangunan kota Bandung oleh para ahli tata kota terdahulu, masalah mengenai sampah ini luput dari perhatian. Hal ini dibuktikan dengan adanya rencana pemerintah saat itu untuk menyediakan lahan yang cukup memadai untuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 776) sampah adalah Barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi; kotoran seperti daun, kertas, dan lain sebagainya. Berarti, setiap barang yang sudah tidak terpakai lagi dan akan dibuang. Dapat dibayangkan seperti apa timbunan sampah yang sudah

6 tertampung di TPA-TPA saat ini, dan entah apa yang akan terjadi pada lingkungan masa generasi di depan kita bila hal ini tidak segera diatasi. Solusi terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah sampah adalah dengan mungurangi jumlahnya. Konsekuensi meningkatnya produksi sampah di Bandung sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan kegiatan ekonomi di Bandung ini, sayangnya tidak diimbangi dengan peningkatan sarana serta pelayanan pengelolaan pembuangan sampah. Di samping keterbatasan dari pihak pemerintah, permasalahan sampah di kota Bandung ini diperarah oleh rendahnya tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat. Sebagian masyarakat kota Bandung belum memiliki pengetahuan dan persepsi yang sama tentang pengelolaan sampah. Salah satu upaya untuk mendorong kesadaran dan partisipasi masyarakat tersebut adalah dengan melakukan Kampanye gerakan pungut sampah oleh Pemkot Bandung. Selain upaya mendorong partisipasi masyarakat, kampanye inipun bertujuan menyebarluaskan informasi tentang masalah pengelolaan sampah di kota Bandung, juga mengembangkan jaringan informasi dan komunikasi antarkelompok masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah. Memungut sampah adalah salah satu faktor yang selalu kita abaikan, padahal banyak manfaat yang baik untuk menyelamatkan bumi kita sendiri dari rawannya banjir, kecelakaan dan lainnya. Salah satu faktor yang dilakukan rakyat Bandung ini menjadikan rakyat selalu mempunyai rasa kebersihan dan tingkat kepedulian bagi kita semua.sampah adalah salah satu faktor yang bisa

7 menyebabkan banjir, oleh karena itu kita sadar dari diri masing-masing kembali agar selalu membuang sampah kepada tempat yang telah disediakan. Kemajuan suatu lembaga atau instansi tidak terlepas dari peningkatan kualitas baik pelayanan maupun jasa yang diberikan kepada pihak eksternal, dalam meningkatkan kualitas dan citra dari suatu lembaga, dibutuhkan jasa professional yang mampu membantu meningkatkan dan menjaga citra dari lembaga. Salah satu jasa yang profesional ini dilakukan oleh bagian komunikasi, salah satunya adalah Manajemen Komunikasi. Manajemen Komunikasi mampu membantu perusahaan atau pihak publik untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satunya dengan gerakan pungut sampah di Pemkot Bandung ini memakai cara dengan melakukan Kampanye. Kampanye yang dilakukan Pemkot Bandung ini bertujuan agar warga Bandung lebih peka dan mewaspadai hal yang tidak diinginkan. Salah satunya dengan tidak membuang sampah, salah satu gerakan pungut sampah ini dilakukan dengan memberikan cara pandang warga agar lebih peduli, oleh karena itu dengan melakukan kampanye ini semoga dapat memberikan peluang bagi warga Bandung untuk lebih peduli. Kampanye merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Komunikasi yang terencana ini bertujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam kampanye melalui berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada audiensnya cukup efektif, antara lain beberapa teknik kampanye yang lazim digunakan adalah partisipasi, assosiasi, teknik integratif, teknik ganjaran (berupa

8 benefit atau manfaat, kegunaan, dan sebagainya, serta berupa ancaman, kekhawatiran dan sesuatu yang menakutkan, memperoleh empati, dan paksaan) (Ruslan, 2000:65). Kampanye sebagai salah satu aspek utama pemilihan umum mempunyai dua fungsi yang dibedakan keterkaitannya dengan tujuan pemilihan itu sendiri. Kelompok pertama disebut sebagai fungsi manifest yang mempunyai dampak secara langsung kepada pencapaian tujuan pemilihan dengan proses kehidupan politik. Dan kelompok kedua disebut sebagi fungsi tidak langsung, sebab dampaknya tidaklah terbatas pada pilihan yang sedang berlangsung melainkan kepada keseluruhan kehidupan politik termasuk penyerahan suara yang menyusulnya (Nimo, 1983 : 7-9). Kampanye ini adalah salah satu rangkaian kegiatan dari sebuah rencana besar yang diupayakan oleh pengelola kota dan beberapa pihak, guna menjadikan Bandung memiliki pusat daur ulang terpadu. Kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelenajutan pada kurun waktu tertentu (Rogres dan Storey, 1987). Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk membahas masalah yang sudah mengakar di tengah masyarakat dan ingin mengetahui kampanye seperti apa yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meninggalkan kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan serta sudah seberapa besar dampak yang berpengaruh dari kegiatan gerakan aksi pungut sampah tersebut bagi masyarakat kota Bandung.

9 1.2 Fokus Penelitian dan Pertanyaan 1.2.1 Fokus Penelitian Berdasarkan dari konteks penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Kampanye Gerakan Aksi Pungut Sampah oleh Pemkot Bandung di Dago Car Free Day 1.2.2 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana efek yang diharapkan Pemerintah Kota Bandung dalam gerakan pungut sampah di Dago Car Free Day? 2. Bagaimana Kelompok GPS melakukan persuasi kepada kelompok penerima dari kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung? 3. Bagaimana capaian efek dari kegitan gerakan pungut sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung? 4. Media komunikasi apa saja yang digunakan pemerintah kota Bandung dalam mendukung kampanye gerakan pungut sampah di Dago Car Free Day? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis melakukan penelitian mengenai masalah ini adalah :

10 1. Untuk mengetahui efek yang diharapkan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam gerakan pungut sampah di Dago Car Free Day. 2. Untuk mengetahui Kelompok GPS melakukan persuasi kepada kelompok penerima dari kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui capaian efek dari kegitan gerakan pungut sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. 4. Untuk mengetahui media komunikasi yang digunakan pemerintah kota Bandung dalam mendukung kampanye gerakan pungut sampah di Dago Car Free Day. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan evaluasi bagi yang bersangkutan yaitu masyarakat Kota Bandung dan juga pengunjung yang datang ke Bandung. Selain itu juga memperkaya kajian keilmuan, khususnya di bidang lingkungan. 1.4.2 Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan inspirasi yang bermanfaat dan menambah referensi serta sumbangan pemikiran bagi perusahaan yang tertarik untuk melakukan kampanye bagi perkembangan

11 ilmu komunikasi yang berkaitan dengan pungut sampah tersebut. Di samping itu juga membantu agar rakyat lebih perduli dengan lingkungan. 1.5 Setting Penelitian Untuk mempermudah ruang lingkup dalam penelitian ini agar terarah kepada tujuannya, maka perlu peneliti melakukan pembatasan masalah. Adapun hal yang perlu dibatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian ini hanya difokuskan kepada kampanye program Pemerintah Kota Bandung melalui publikasi dan mempersuasi masyarakat Kota Bandung dengan gerakan pungut sampah. 1.6 Kerangka Pemikiran Model Kampanye Nowak & Warneryd (Manajemen Kampanye, Venus 2012) Efek yang diharapkan Kelompok Penerima Pencapaian Efek Gambar 1.1 Model Kampanye Nowak & Warneryd Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan kegiatan Kampanye gerakan pungut sampah di Pemerintah Kota Bandung ini dilakukan di Dago Car Free Day Bandung dengan menggunakan model

12 Kampanye Nowak dan Warneryd. Kampanye yang dilakukan mengharapkan efek kepada kelompok penerima dan mendapatkan pencapaian efek kepada masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan metode kampanye program yang dilakukan oleh model Nowak dan Warneryd ini dilihat dari aspek Intended effect, Competiting communication, Communication object, Target population & receiving group, The channel, The message, The communicatior/sender, The obtained effect. Kampanye yang dilakukan ini guna mengetahui seberapa pengaruh efek yang diterima oleh kelompok penereima. Dengan hasil kampanye yang didapat akan terus dilakukan untuk setiap kebijakan kegiatan kampanye.

13 1.6.1 Agenda Penelitian Tabel 1.1 Agenda Penelitian No Bulan/ Kegiatan 1. Pengajuan syarat sidang UP 2. Sidang Usulan Penelitian 3. Revisi UP 4. Bimbingan Penguji UP 5. BTAQ 6. Bimbingan BAB I dan II 7. ACC BAB I dan II 8. BAB III 9. Wawancara Narasumber 10. BAB IV & BAB V 11. ACC BAB IV & BAB V 12. Pendaftaran Sidang Kompre & Sidang Skripsi 13. Sidang Kompre 14. Sidang Skripsi Mei Juni Juli Agustus September Oktober I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV