HUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO Reydel N. Gaspersz*, Paul. A. T. Kawatu*, A. J. M. Rattu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Proses pengolahan batu akik dapat menghasilkan debu yang berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pernapasan akan membantu melindungi saluran pernapasan terhadap debu. Namun, beberapa dari pengrajin batu akik di Kota Manado tidak menggunakan APD dalam bekerja dan tidak dipakai sesuai fungsinya. Tujuan penilitian ini untuk mengetahui hubungan antara umur, merokok, dan tindakan penggunaan APD dengan keluhan saluran pernapasan pada pengrajin batu akik dari beberapa tempat di Kota Manado. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel ditentukan dengan metode accidental sampling sebanyak 42 pengrajin. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan metode wawancara dan observasi. Analisis hubungan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis hubungan antara umur dengan keluhan saluran pernapasan menunujukkan nilai p value = 0,11, hubungan antara merokok dengan keluhan saluran pernapasan menunjukkan p value = 0,67, dan hubungan antara tindakan penggunaan alat penggunaan diri dengan keluhan saluran pernapasan menunujukkan p value = 0,00. Kesimpulan dari penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara umur dan merokok dengan keluhan saluran pernapasan serta terdapat hubungan antara tindakan penggunaan alat pelindung diri dengan keluhan saluran pernapasan. Saran dari penelitian ini, pengrajin batu akik di Kota Manado diharapkan menggunakan APD saat bekerja, kemudian bagi pemerintah Kota Manado diharapkan melakukan sosialisasi mengenai APD dan bahaya debu. Penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk mengetahui kadar debu serta bahaya kesehatan lain yang berkaitan dengan pengolahan batu akik. Kata kunci: Umur, Merokok, Tindakan Penggunaan APD, Saluran Pernapasan, Pengrajin batu Akik ABSTRACT Gems stone processing can produce dust that is hazardous to health. The use of respiratory personal protection equipment (PPE) will help protect canal respiratory against dust. However, some gems stone craftsmen in Manado City not using PPE at work and is not used according to its function. The purpose of this research to find out the correlation between age, smoking, and using PPE with respiratory canal grievance by gems stone craftsman from several places in Manado city. This research is analytic survey with cross sectional design. The sample is determined by accidental sampling method as many as 42 craftsmen. Aggregation data use a questionnaire by method of interview and observation. Analysis of correlation use chi square test with a confidence level of 95% and α = 0.05. The results showed that the analysis of relationship between age with respiratory canal grievance showed p value = 0.11, the analysis of relationship between smoking with respiratory canal grievance showed p value = 0.67, and the analysis of relationship between using PPE with respiratory canal grievance showed p value = 0.00. The conclusion of this research, there was no correlation between age and smoking with respiratory canal grievance as well as there was correlation between using PPE with respiratory canal grievance. Suggestions from this research, gems stone craftsmen in Manado City are expected to use the PPE while working, then the Manado city government is expected to do socialiszation about PPE and the danger of dust. This research can also be followed to determine the levels of dust and other health hazards associated with the processing of gems stone. Key words: Age, Smoking, Using PPE, Respiratory Grievance, Gem Stone Craftsmen
PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan batu akik di Indonesia termasuk Kota Manado, maka para pengrajin batu akik juga semakin banyak terlihat sedang mengolah batu akik di Kota Manado. Proses pengolahan batu akik tentunya dapat menghasilkan debu yang akan membahayakan kesehatan dari pengrajin batu akik. Debu yang dihasilkan dalam proses pengolahan batu akik dapat membahayakan saluran pernapasan dari pengrajin batu akik. Untuk itu diperlukan perlindungan khusus dalam menangani masalah tersebut, seperti menggunakan alat pelindung diri. Penggunaan alat pelindung diri pada pernapasan akan membantu melindungi saluran pernapasan pengrajin batu akik terhadap debu dari hasil pengolahan batu akik. Namun, beberapa dari pengrajin batu akik di Kota Manado tidak menggunakan masker dalam bekerja. Beberapa diantaranya terlihat menggunakan alat pelindung diri namun tidak sesuai dengan fungsinya. Hal ini akan membahayakan kesehatan dari pengrajin batu akik tersebut. Alat pelindung diri yang tidak digunakan biasanya disebabkan karena alat pelindung diri tersebut dirasakan kurang nyaman ketika digunakan dalam bekerja serta pengetahuan yang kurang tentang alat pelindung diri. Selain itu juga, gangguan pernapasan dapat dipengaruhi oleh umur dari tenaga kerja. Hal ini dikarenakan umur yang semakin tua berpengaruh pada daya tahan tubuh yang dapat menurun sehingga lebih sensitif terhadap gangguan kesehatan. Kerentanan terhadap suatu penyakit akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur (Sholihah dkk, 2008). Kemudian ditambah lagi jika pekerjaan yang mereka kerjakan berlangsung dalam waktu lama serta pengrajin tersebut mempunyai kebiasaan merokok, tentunya risiko terkena gangguan pernapasan akan semakin besar. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa tempat di Kota Manado yang meliputi Taman Kesatuan Bangsa, Kompleks Megamas, Kompleks IT Center dan Kompleks Gedung Presiden Pasar 45 di Kota Manado pada bulan Agustus Oktober 2015. Populasi pada penelitian ini ialah seluruh pengrajin batu akik di Kota Manado. Sampel ditentukan dengan metode accidental sampling dimana sampel dapat ditentukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada (Notoatmodjo, 2012) dan diambil setelah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Instrumen penelitian dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan kuesioner baru yang telah
diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara dan observasi langsung pada pengrajin batu akik. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kemaknaan (α=0,05) dan Cl=95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden Penelitian Responden pada penelitian ini ialah pengrajin batu akik dan diambil setelah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eklsklusi. Kriteria inklusi dalam pengambilan sampel berkaitan dengan lama kerja dari pengrajin batu akik, yakni lebih dari sama dengan 8 jam kerja per hari. Pada penelitian ini terdapat 5 pengrajin yang memiliki lama kerja di bawah 8 jam sehingga kelima pengrajin tersebut tidak dijadikan sebagai responden. Kriteria ekslusi dalam pengambilan sampel berkaitan dengan persetujuan responden dalam mengikuti penelitian ini. Terdapat 15 pengrajin batu akik yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini sehingga pengrajin tersebut tidak dijadikan sebagai responden. Kemudian setelah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, sampel yang diambil berjumlah 42 pengrajin. Responden diambil dari beberapa tempat di Kota Manado antara lain di sekitar Taman Kesatuan Bangsa, pameran batu akik di kompleks Megamas dan kompleks IT Center serta di sekitar kompleks Gedung Presiden Pasar 45. Tempat-tempat tersebut diambil dikarenakan sebagian besar pengrajin batu akik di Kota Manado bekerja disana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengrajin batu akik yang diambil paling banyak bekerja di sekitar Kompleks Gedung Presiden Pasar 45 yaitu sebanyak 14 pengrajin (33,3%), sedangkan pengrajin batu akik yang diambil paling sedikit bekerja pada pameran di kompleks IT Center yaitu sebanyak 6 pengrajin (14,3%). Karakteritik Responden Hasil penelitian karakteristik pengrajin batu akik di Kota Manado menunjukkan bahwa semua pengrajin berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan umur, pengrajin batu akik memiliki umur yang bervariasi dengan umur termuda 17 tahun hingga umur yang tertua 57 tahun. Rata-rata umur pengrajin batu akik ialah 31 tahun dengan responden paling banyak berada pada kelompok umur 26-35 tahun yaitu sebanyak 24 pengrajin (57,1%) dan paling sedikit berada pada kelompok umur 46-55 tahun yaitu sebanyak 1 pengrajin (2,4%). Berdasarkan pendidikan terakhir, sebagian besar pengrajin batu akik pernah bersekolah dimana pendidikan terakhir terbanyak ialah SMA/ Sederajat yaitu sebanyak 29 pengrajin (69,0%) dan paling sedikit ialah SD/ Sederajat yaitu sebanyak 1 pengrajin
(2,4%). Kemudian berdasarkan penelitian, terdapat 36 pengrajin (85,7%) pengrajin yang merokok dan 6 pengrajin (14,3%) yang tidak merokok. Responden dikatakan merokok jika pengrajin batu akik merokok dan/atau pernah dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, kemudian jika lebih dalam waktu 3 bulan atau sama sekali tidak merokok maka responden dikategorikan tidak merokok Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Tindakan pada penelitian ini diukur menggunakan kuesioner dengan 10 pertanyaan berskala likert yang berkaitan dengan perbuatan nyata dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja dan juga menggunakan 2 pertanyaan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak pengrajin batu akik memiliki tindakan yang kurang baik yaitu sebanyak 22 pengrajin (52,4%) dan paling sedikit memiliki tindakan yang baik yaitu sebanyak 20 pengrajin (47,6%). Tindakan penggunaan alat pelindung diri yang kurang baik pada pengrajin batu akik dipengaruhi oleh kenyamanan dari alat pelindung diri. Beberapa pengrajin batu akik merasa penggunaan alat pelindung diri mengganggu konsentrasi dalam mengolah batu akik, sehingga tindakan penggunaan alat pelindung diri dari beberapa pengrajin dikategorikan kurang baik. Saluran Pernapasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 23 pengrajin batu akik (54,8%) tidak mengalami keluhan saluran pernapasan yang berkaitan dengan proses pengolahan batu akik dan sisanya sebanyak 19 pengrajin batu akik (45,2%) mengatakan mengalami keluhan saluran pernapasan yang berkaitan dengan proses pengolahan batu akik. Jenis keluhan yang paling sering dirasakan oleh pengrajin batu akik ialah batuk dan bersin yaitu sebanyak 8 pengrajin (26,2%) dan jenis keluhan yang paling sedikit ialah sesak napas yaitu sebanyak 1 pengrajin (2,4%). Paparan yang lama dengan debu yang keluar dari pengolahan batu akik dapat membahayakan kesehatan dari pengrajin batu akik. Menurut pengrajin batu akik, rata-rata mereka dapat menghabiskan sekitar 30 menit sampai dengan 1 jam untuk menyelesaikan satu batu akik menjadi cincin, kemudian rata-rata pengrajin bekerja lebih dari 8 jam per hari. Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis karena pengrajin batu akik terpapar dengan debu dari pengolahan batu akik dalam waktu yang lama.
Hubungan antara Umur dengan Saluran Pernapasan Berdasarkan tabel 1, hasil pengolahan data menggunakan uji chi square menghasilkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,11 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan keluhan saluran pernapasan pada pengrajin batu akik. Hal ini dikarenakan nilai probilitas (p value) lebih dari tingkat kemaknaan (α=0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Sormin (2012), pekerja dibagi ke dalam dua kelompok yaitu pekerja yang berumur di atas sama denga 34 tahun dan pekerja yang berumur di bawah 34 tahun. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur pekerja dengan gejala infeksi saluran pernapasan pada pekerja di PT. Unitex. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 kelompok umur pada penelitian ini mengalami keluhan saluran pernapasan dan hanya 1 kelompok umur pada penelitian ini yang tidak mengalami keluhan saluran pernapasan dimana kelompok umur ini merupakan kelompok umur dengan rentang umur paling tua. Kurangnya responden pada penelitian ini juga turut mempengaruhi tidak adanya hubungan antara umur dengan keluhan saluran pernapasan pada pengrajin batu akik. Tabel 1. Hubungan antara Umur dengan Saluran Pernapasan Saluran Pernapasan Umur Tidak n % (Tahun) 46 55 0 1 1 2,4 36 45 2 6 8 19,0 26 35 14 10 24 57,1 16 25 3 6 9 21,4 Total 19 23 42 100 p value 0,11 Hubungan antara Merokok dengan Saluran Pernapasan Berdasarkan tabel 2, hasil pengolahan data menggunakan uji chi square menghasilkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,67 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara merokok dengan keluhan saluran pernapasan pada pengrajin batu akik. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas (p value) lebih dari tingkat kemaknaan (α=0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Prasetya (2013) juga menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan saluran pernapasan pada tenaga kerja bagian pemintalan di PT. Lotus Indah Textile. Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara merokok dengan keluhan saluran pernapasan pada pengrajin batu akik karena berdasarkan hasil penelitian jumlah pengrajin batu akik perokok yang memiliki keluhan saluran pernapasan yaitu sebesar 40% lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pengrajin batu akik perokok
yang tidak memiliki keluhan saluran pernapasan yaitu sebesar 45,2%. Tabel 2. Hubungan antara Merokok dengan Saluran Pernapasan Saluran Pernapasan Merokok Tidak n % Ya 17 19 36 85,7 Tidak 2 4 6 14,3 Total 19 23 42 100 p value 0,67 hanya terdapat 7,1% pengrajin yang mengalami keluhan saluran pernapasan dan sisanya sebesar 40,5% tidak mengalami keluhan pada saluran pernapasan. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Yuliani (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan alat pelindung diri dengan keluhasn subyektif pernapasan pada pekerja CV. Hayu Abadi di Tangkal. Hubungan antara Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Saluran Penapasan Berdasarkan tabel 3, hasil pengolahan data menggunakan uji chi square menghasilkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,00 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan penggunaan alat pelindung diri dengan keluhan saluran pernapasan pada pengrajin batu akik. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas (p value) kurang dari tingkat kemaknaan (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengrajin batu akik yang memiliki tindakan kurang baik yaitu 16 pengrajin (52,4%) dan sebesar 38,1% pengrajin yang mengalami keluhan pada saluran pernapasan lebih banyak dibandingkan dengan pengrajin batu akik yang tidak memiliki keluhan sauran pernapasan yaitu sebesar 14,3%, sedangkan pengrajin batu akik yang memiliki tindakan yang baik yaitu sebanyak 22 pengrajin (47,6%) dan Tabel 3. Hubungan antara Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Saluran Pernapasan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri Saluran Pernapasan n % Tidak Kurang Baik 16 6 22 52,4 Baik 3 17 20 47,6 Total 19 23 42 100 p value 0,00 Proses pengolahan batu akik terdiri dari 4 tahapan (Patungga, 16 September 2015) yakni tahap pemotongan, pembentukan awal, pembentukan akhir, dan tahap pemolesan. Pada tahapan pemotongan dan pembentukan batu merupakan tahapan yang memiliki risiko terkena gangguan pernapasan karena pada tahapan tersebut batuan akan mengeluarkan debu yang dapat membahayakan kesehatan manusia dalam waktu paparan yang lama. Beberapa pengrajin memiliki tindakan pencegahan terhadap paparan
debu, yaitu dengan menggunakan kipas angin dan dengan menggunakan air. Namun, pencegahan debu dengan menggunakan kipas angin dapat membahayakan teman satu profesi atau orang lain di sekitar lingkungan kerja dari pengrajin batu akik tersebut karena debu hasil pengolahan batu akik langsung diterbangkan ke arah lingkungan sekitarnya. Salah satu tindakan pencegahan terhadap paparan debu dari pengolahan batu akik yang baik ialah dengan menggunakan alat pelindung diri khususnya pada pernapasan. Tindakan pencegahan yang salah dapat memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan dari pengrajin batu akik. KESIMPULAN 1. Tidak terdapat hubungan antara umur dengan keluhan saluran pernapasan pada pengrajin batu akik dari beberapa tempat di Kota Manado. 2. Tidak terdapat hubungan antara merokok dengan keluhan saluran pernapasan pada pengrajin batu akik dari beberapa tempat di Kota Manado. 3. Terdapat hubungan antara tindakan penggunaan alat pelindung diri dengan keluhan saluran pernapasan pengrajin pada batu akik dari beberapa tempat di Kota Manado. SARAN 1. Dinas Kesehatan Kota Manado kiranya dapat membuat pos UKK (upaya kesehatan kerja) bagi pengrajin batu akik guna mempermudah proses sosialisasi mengenai alat pelindung diri serta bahaya debu kepada pengrajin batu akik di Kota Manado. 2. Pengrajin batu akik diharapkan agar menggunakan alat pelindung diri saat bekerja agar terhindar dari kecelakan kerja dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan mengolah batu akik. 3. Dapat dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui kadar debu yang dihasilkan selama proses pengolahan batu akik serta bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan saat mengolah batu akik. DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Patungga, Farid. 16 September 2015. Komunikasi Pribadi. Manado. Prasetya, S. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pernapasan pada Tenaga Kerjaa bagian Pemintalan di PT. Lotus Indah Textile. Departemen K3 FKM UNAIR. Sholihah dkk. 2008. Pajanan Debu batubara dan Gangguan Pernafasan pada Pekerja Lapangan Tambang Batubara.
IKM FK Universitas Lambung Mangkurat. Sormin, K. 2012. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Pekerja yang Terpajan Debu Kapas dengan Kejadian ISPA di PT. Unitex tahun 2011. FKM UI Depok. Yuliani, I. 2010. Hubungan antara Masa Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Subyektif Pernapasan pada Pekerja Menel CV. Hayu Abadi di Sangkal Tarudan Bangunharjo Sewon Bantul Yogyakarta Tahun 2010. FKM Universitas Ahmad Dahlan.