PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN BENGKAYANG Nurussaniah 1, Uray Titin Hiswari 2, Afriyani 3 1,3 Prograsm Studi Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak, Jalan Ampera Nomor 88 Pontianak 2 Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pendidikan Sosial IKIP PGRI Pontianak, Jalan Ampera Nomor 88 Pontianak 1 e-mail: nurussaniah@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan model problem based learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA N 1 Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan one grup pretest posttest design. Sampel penelitian adalah satu kelas yang diambil berdasarkan teknik sampling purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkan model problem based learning tergolong cukup kritis dengan persentase 48,00%, sedangan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan model problem based learning tergolong kritis dengan persentase 69,29%. Berdasarkan uji effect size, pengaruh penerapan model problem based learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA N 1 Sungai Raya Kabupaten Bengkayang sebesar 1,95 dengan kriteria tinggi. Kata Kunci: kemampuan berpikir kritis, problem based learning. Abstract This study aimed to determine the effect of problem based learning implementation on critical thingking skills of grade X SMA N 1 Sungai Raya of student in Bengkayang district. This study is an experimental research with one group pretest posttest design. The sample of this study is one class taken based on purposive sampling. The result of this study shows that there is a critical thingking skills of students before applied the problem based learning is quite with the percentage of 48.00%, while the critical thingking skill s student after applied the problem based learning is critical with the percentage of 69.29%. Based on the effect size test, the effect of problem based learning on the critical thingking skills of grade X SMA N 1 Sungai Raya of student in Bengkayang district is 1.95 with high criteria. Keywords: problem based learning, critical thinking skills. PENDAHULUAN Fisika merupakan bagian dari sains (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Fisika merupakan salah satu dasar dari berbagai ilmu pengetahuan lain karena mencakup berupa kumpulan fakta- fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori serta suatu proses penemuan. Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 66
Pembelajaran fisika bertujuan untuk membekali peserta didik berupa sederet kompetensi teori dan konsep fisika yang telah dijabarkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Permendiknas tentang standar isi menyatakan bahwa fungsi dan tujuan mata pelajaran Fisika di SMA dan MA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan salah satu kemampuannya adalah: 1) Memupuk sikap ilmiah yang mencakup: jujur, terbuka dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, kritis terhadap pernyataan ilmiah yaitu tidak mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris, dapat bekerja sama dengan orang lain. 2) Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan: merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, menyususn laporan serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Bengkayang pada tanggal 22 Februari 2016 diperoleh informasi bahwa: 1) siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pada ranah kognitif C4 (menganalisis) dan C5 (mengevaluasi), 2) hasil belajar siswa masih rendah, 3) dalam proses pembelajaran siswa kurang bertanya jika ada penjelasan atau penyampaian materi dari guru yang masih belum mereka pahami, 4) takut memberikan pendapat jika siswa lain yang mengerjakan soal dipapan tulis melakukan kesalahan karena beberapa siswa hanya mengharapkan jawaban dari teman atau dari guru, 5) rasa ingin tahu dan minat siswa dalam memahami dan mempelajari fisika sangat kurang, siswa masih kebingungan dalam menentukan persamaan dalam menyelesaikan soal yang diberikan, ketika diberikan soal yang menggunakan penalaran/pemikiran seperti soal cerita dalam bentuk kasus dalam kehidupan sehari-hari mereka masih mengalami kesulitan, dan 6) selama pembelajaran belum pernah melakukan praktikum karena Sekolah Menengah Atas Negeri 1 adalah sekolah baru jadi fasilitasnya seperti alat-alat untuk melakukan praktikum belum lengkap, 7) model pembelajaran yang biasa digunakan guru selama proses pembelajaran adalah model kooperatif. Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 67
Berdasarkan informasi yang telah diperoleh bahwa permasalahan yang terjadi disebabkan karena rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, yang berdampak pada kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pada ranah kognitif yaitu menganalisis dan mengevalusi, kurangnya minat belajar dan rasa ingin tahu siswa dalam belajar, dan siswa takut dan malu dalam mengeluarkan dan memberikan pendapat. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah. Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa kurang dilatih menggunakan kemampuan berpikir mereka dan mereka terbiasa dengan sistem pembelajaran seperti mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan latihan soal. Sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa kurang dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Dengan berpikir kritis siswa dapat mengembangkan diri dalam membuat keputusan, penilaian dan mampu dalam mengambil keputusan. Hasruddin (2009:48) menyatakan bahwa menanamkan kebiasaan berpikir kritis bagi pelajar perlu dilakukan agar dapat mencermati berbagai persoalan yang setiap saat akan hadir dalam kehidupannya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Husnidar, dkk. (2014:72) yang menyatakan bahwa mengajar dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar siswa mampu dan terbiasa menghadapi berbagai permasalahan di sekitarnya. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam dunia pendidikan, karena dengan adanya kemampuan berpikir kritis siswa akan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam suatu permasalahan karena pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan seperti mengenali permasalahan yang dihadapi, menemukan cara untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, hingga pada tahap membuat kesimpulan dari keputusan yang diambil. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran yang sesuai untuk menumbukan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran problem based learning. Menurut Nurhadi (Rizema, 2013:65-66) yang menyatakan bahwa model pembelajaran problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 68
pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Menurut Arends (Ngalimun, dkk., 2016) ada tiga hasil belajar yang siswa peroleh dari pembelajaran yang menggunakan problem based learning yaitu 1. inkuiri dan keterampilan dalam memecahkan permasalahan, 2. belajar model peraturan orang dewasa, 3. keterampilan belajar mandiri. Penelitian yang relevan yang berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu hasil penelitian Setyorini, dkk. (2011) menyimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Ayuningrum dan Susilowati (2015) menyimpulkan bahwa penerapan model PBL memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Sedangkan Oktaviana (2016) menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan konstruktivisme melalui PBL (Problem Based Learning) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan prestasi belajar. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan bentuk penelitian pre-experimental design dan rancangan penelitian one group pretestpostest design. One group pretest-postest design dalam penelitian ini mengacu pada (Sugiyono, 2013) yaitu merupakan rancangan penelitian yang memberikan tes terlebih dahulu (pretest) sebelum diberikan perlakuan, kemudian setelah perlakuan diberikan tes kembali (posttest). Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Rancangan Penelitian Pretest Perlakuan Posttest O1 X O2 Pada Tabel 1, O1 adalah pemberian tes awal yaitu tes kemampuan berpikir kritis sebelum diberi perlakukan. X adalah perlakukan yaitu penerapan pembelajaran problem based learning, sedangkan O2 adalah pemberian tes akhir yaitu tes kemampuan berpikir kritis setelah diberi perlakuan. Pada penelitian ini pembelajaran problem based learning diterapkan pada materi Gerak Lurus Berubah Beraturan. Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 69
Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA N 1 Sungai Raya Kabupaten Bengkayang yang terdiri dari dua kelas yaitu X A dan X B. Sampel ditentukan menggunakan teknik sampling purposive. Berdasarkan pertimbangan yaitu kelas dengan siswa yang berkemampuan akademis tinggi dan aktif dalam pembelajaran maka kelas X A terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Teknik pengumpul data dalam penelitian ini adalah pengukuran. Teknik ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan menggunakan instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitas dan hasil dari pengukuran tersebut dinyatakan dalam bentuk angka. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk essay yang memuat indikator kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan Glaser (Fisher, 2009), secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Indikator Berpikir Kritis Mengenal masalah Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalahmasalah Menganalisis data Kriteria Siswa dapat menyebutkan diketahui dan ditanya dengan benar dalam soal. Siswa dapat menuliskan rumus yang tepat dalam menyelesaikan soal. Siswa dapat menggunakan rumus dan melakukan perhitungan dengan tepat dan benar dalam menyelesaikan soal. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan Siswa dapat menarik kesimpulan kesamaan-kesamaan yang diperlukan dari hasil penyelesaian soal Menguji kesamaan-kesamaan dan Siswa dapat menguji kesimpulan yang kesimpulan-kesimpulan yang telah mereka buat dari penyelesaian soal seseorang ambil berdasarkan percobaan dan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari Siswa dapat menyusun kembali hasil kesimpulan yang telah mereka buat dari penyelesaian soal dengan dikaitkan pada hasil percobaan,teori yang relevan dan pendapat para ilmuwan. Siswa dapat memberikan penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas yang tertentu dalam kehidupan seharihari terhadap kesimpulan yang telah mereka buat dari hasil penyelesaian soal. Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 70
Tes yang digunakan dalam penelitian ini telah melalui uji validitas isi dan konstruk. Hasil validasi isi oleh tiga validator menyatakan bahwa tes yang kemampuan berpikir kritis telah layak digunakan. Sedangkan hasil validitas konstruk terdapat lima soal yang valid yang telah mewakili indikato kemampuan berpikir kritis dari sepuluh soal yang digunakan pada saat uji coba. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Selanjutnya hasil analisis dideskripsikan menggunakan kriteria kemampuan berpikir kritis berdasarkan Tabel 3. Tabel 3 Kategori Kemampuan Berpikir Kritis Persentase (%) Kategori 81-100 Sangat kritis 61-80 Kritis 41-60 Cukup kritis 21-40 Kurang kritis 1-20 Tidak kritis Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir krtis siswa setelah diterapkan model pembelajaran problem based learning, maka data pretest dan postet dianalisis menggunakan statistik inferensial. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu normalitas menggunakan liliefors dan homogenitas menggunakan Uji F. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa maka data dianalisis meggunakan Effect Size dari Cohrn yang telah diadopsi oleh Glass (Sutrisno, dkk., 1992). HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa tiap indikator kemampuan berpikir kritis akan disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh rata-rata nilai hasil pretest kemampuan berpikir kritis Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 71
siswa yaitu 46,46, sedangkan rata-rata nilai hasil posttest kemampuan berpikir kritis siswa yaitu 69,36. Adapun rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diajarkan menggunakan model pembelajaran problem based learning yaitu rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa secara keseluruhan tergolong cukup dengan nilai persentase 48%, sedangkan rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran problem based learning yaitu rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa secara keseluruhan tergolong kritis dengan nilai persentase 69,29%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan pembelajaran problem based learning lebih baik dibandingkan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diterapkan pembelajaran problem based learning. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran problem based learning memberikan pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian pada Tabel 4 diperkuat oleh hasil analisis statistik inferensial pada data pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis. berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan metode Liliefors maka dapat diketahui bahwa data pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis berdistribusi normal. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F (Fisher). Berdasarkan hasil uji homogenitas menggunakan uji F maka dapat diketahui bawah data homogen. Setelah uji normalitas dan homogenitas dilakukan maka dilanjutkan uji hipotesis menggunakan statistik parametrik untuk data yang saling berhubungan (berkorelasi) yaitu uji t. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t disajikan pada Tabel 5. Tabel 4 Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Rata-rata Rata-rata Pretest Posttest Indikator 1 (Mengenal masalah) 94% 100% Indikator 2 (Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu) 62% 82% Indikator 3 (Menganalisis data) 37% 62% Indikator 4 (Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan) 64% 86% Indikator 5 (Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil) 35% 61% Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 72
Indikator 6 (Menyusun kembali pola-pola keyakinan sesorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas) Indikator 7 (Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari) 11% 36% 33% 58% Jumlah 336% 485% Rata-Rata 48% 69,29% Tabel 5 Hasil Uji t thitung ttabel Kriteria uji t Keterangan 10,09 2,05 Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima Karena thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa karena thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA N 1 Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. Untuk mengetahui besarnya pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari hasi perhitungan effect size. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan effect size diperoleh hasil perhitungan yaitu 1,95 dengan kriteria tergolong tinggi. Jadi, berdasarkan kriteria effect size tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning memberikan pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dengan kategori tinggi. Berdasarkan pendapat Tan (Rusman, 2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dari model pembelajaran, dimana pada model pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa benar-benar dioptimalkan melalui proses kerja kelompok sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara berkesinambungan. Pendapat tersebut diperkuat oleh Rizema (2013) yang menyakatan bahwa kelebihan model pembelajaran problem based learning salah satunya yaitu siswa lebih memahami konsep-konsep yang diajarkan dan siswa Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 73
terlibat aktif dalam pemecahan masalah, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan pengtahuan tertanam di dalam diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka diyakini model pembelajaran problem based learning memberikan pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. SIMPULAN Adapun kesimpulan secara khusus dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis sebelum diajarkan menggunakan model pembelajaran problem based learning yaitu rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa secara keseluruhan tergolong cukup dengan nilai persentase 48%. Kemampuan berpikir kritis setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran problem based learning yaitu rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa secara keseluruhan tergolong kritis dengan nilai persentase 69,29%. Terdapat pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam materi gerak lurus berubah beraturan di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sunagai Raya Kabupaten Bengkayang. Besarnya pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan berpikir kritis dalam materi gerak lurus berubah beraturan di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Bengkayang adalah sebesar 1,946 dengan kriteria tinggi. DAFTAR PUSTAKA Ayuningrum, D. & Susilowati, S.M.E. 2015. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Protista. Unnes Journal of Biology Education, 4 (2): 124-133. Hasruddin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pendekatan Kontektual. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 6(1): 48. Husnidar., Ikhsan, M., & Rizal, S. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Didaktik Matematika, 1(1): 72. Ngalimun., Fauzani, M., & Salabi, A. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Oktaviana, E. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 74
dan Hasil Belajar Materi Pengelolaan Lingkungan. Skripsi MIPA UNNES Semarang: Tidak Diterbitkan. Rizema, S. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press. Setyorini, U., Sukiswo, S.E., & Subali, B. 2011. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7 (1): 52-56. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 75