BAB I PENDAHULUAN. (termasuk puisi) yang dianalisis, sekarang semakin berkembang dengan berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara etimologis metode berasal dari kata Yunani Metodos yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfathana Mazhud, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR. Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Posisi penting pendidikan dalam membangun kualitas bangsa menuntut

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni,

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB II. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Analisis terhadap teks sastra yang bertujuan untuk memahami karya sastra (termasuk puisi) yang dianalisis, sekarang semakin berkembang dengan berbagai macam pendekatannya. Secara umum, pendekatan tersebut meliputi pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Setiap pengkajian tersebut bertujuan agar karya sastra itu dapat dipahami lebih baik sehingga dapat dinikmati (dulce) lebih intens serta dapat ditarik manfaatnya (utile) dalam memahami hidup ini (Sudjiman, 1993: 1; Mas, 1988: 9). Dengan kata lain, semua pendekatan baik intrinsik maupun ekstrinsik, dilakukan sebagai usaha merebut makna yang terkandung di dalam karya sastra tersebut serta menikmati keindahannya. Pada kajian intrinsik karya sastra, bahasa sebagai medium sastra tidak dapat diabaikan. Karya sastra disusun dengan bahasa (Widdowson, 1978: 203). Apapun rumusan dan pengertian orang tentang sastra, bahasa tetap merupakan medium sastra yang tidak dapat diabaikan (Subroto, 1976: 13). Medium bagi penciptaan seni sastra adalah bahasa. Bahasa bagi seni sastra dapat disamakan dengan garis dan bidang bagi seni lukis, gerak dan irama pada seni tari, nada dan irama pada seni musik dan sebagainya. Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri bahwa karya sastra memiliki status khusus sebagai seni verbal (Cummings dan Simmons, 1986: vii). Selanjutnya 1

2 Cummings dan Simmons menyatakan bahwa bahasa merupakan aktivitas bermakna. Bahasa sebagai inti dari semiotika kemanusiaan dan sebagai model bagi semua bentuk perilaku bermakna lainnya. Dengan demikian, untuk memahami hakikat bahasa, kita harus memiliki kepekaan terhadap pola-pola makna dalam semua jenjang bahasa seperti simbol-simbol grafik, leksikogramatikal, serta organisasi semantik yang terdapat dalam setiap bentuk teks. Karya sastra bersifat teks-contained sehingga interpretasi sebuah karya sastra ditemukan dalam karya itu sendiri (Widdowson, 1978: 203; Teeuw, 1983: 22). Widdowson selanjutnya menyatakan sebagai berikut: With literary text, generally speaking we can concentrate on the text itself without worrying about distracting social appendages. Literary messages manage to convery meaning because they organize their deviations from the code into patterns which are discernible in the texts them selves (1978: 204-205). Dengan demikian, sebuah karya sastra dapat dilihat dari teks sastra itu sendiri tanpa melibatkan aspek di luar teks tersebut. Karena medium yang digunakan oleh pengarang adalah bahasa, pengamatan terhadap bahasa ini pasti mengungkapkan hal-hal yang membantu kita menafsirkan makna suatu karya atau bagian-bagiannya, untuk selanjutnya memahami dan menikmatinya (Sudjiman, 1993: vii). Menurut Sudjiman, pengkajian tersebut disebut pengkajian stilistik. Dalam pengkajian stilistik tampak relevansi linguistik terhadap

3 studi sastra. Dengan stilistika dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara bentuk dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus sastra. Pada dasarnya kajian stilistika melihat bagaimana unsur-unsur bahasa digunakan untuk melahirkan pesan-pesan dalam karya sastra. Atau dengan kata lain, stilistika berhubungan dengan pola-pola bahasa dan bagaimana bahasa digunakan dalam teks sastra yang dikaji. Dengan menganalisis bahasa yang dipolakan secara khas, kita menunjukkan kekompleksitasan dan kedalaman bahasa teks sastra tersebut dan juga menjawab tentang bagaimana bahasa tersebut memiliki kekuatan yang menakjubkan termasuk kekuatan kreativitas karya sastra (Cummings dan Simmons, 1986: vii). Stilistika merupakan kritik terhadap studi karya sastra yang secara tradisional sebagai cabang estetika. Pandangan estetika tersebut berhubungan dengan efek-efek total yang timbul ketika berhadapan dengan karya sastra dan efek tersebut dianggap sebagai keseluruhan artistik. Jadi, kritik sastra tradisional tersebut menggunakan teori estetika dengan mendalilkan nilai-nilai keuniversalan artistik. Keuniversalan artistik dapat menimbulkan kesadaran intuitif. Kajian yang mengandalkan kesan dan kesadaran intuitif dianggap kurang tepat karena tidak menggunakan bukti-bukti yang menguatkannya dan lebih bersifat subjektif. Bukti-bukti tersebut hendaknya berkaitan dengan pola-pola bahasa dalam teks sastra. Dengan demikian, stilistika memberikan kontribusinya dengan berusaha mengurangi subjektivitas dan menampilkan interpretasi berdasarkan pemunculan unsur-unsur bahasa yang terdapat dalam teks sastra itu sendiri namun dengan tidak melupakan kesan intuitif tersebut.

4 Sudjiman (1993: 1) menyatakan bahwa pada dasarnya karya sastra merupakan peristiwa bahasa. Dengan menggunakan tanda atau lambang, pencerita menyampaikan apa yang dipikirkan atau dirasakan dengan bahasa yang khas, yaitu ragam bahasa sastra. Keris Mas (1988: 4) mengungkapkan pula bahwa pengucapanpengucapan sastra sering berbeda dari pengucapan bahasa yang lurus dan teratur mengikuti struktur tata bahasa. Dengan adanya sifat bahasa karya sastra yang menyimpang dari norma bahasa yang umum atau konvensional maka kajian yang menggunakan pendekatan stilistik dapat membantu memaknai karya sastra, lebih-lebih karya sastra puisi. Widdowson (1975: vii-viii) memandang bahwa stilistika dapat diaplikasikan kedalam pengajaran baik di sekolah maupun di universitas. Terhadap pengajaran sastra kita dewasa ini, terutama pengajaran sastra di sekolah, banyak keluhan yang muncul dikalangan masyarakat. Hal ini menandai bahwa baik dalam fungsi edukasional maupun dalam fungsi kulturalnya, pengajaran sastra belum memenuhi harapan masyarakat (Sayuti, 1994: 2). Kurangnya perhatian terhadap pengajaran sastra oleh para guru sering pula dilontarkan dalam berbagai pertemuan dan tulisan. Salah satu penyebab ketidakseriusan para guru terhadap pengajaran sastra dikarenakan pengajaran sastra tersebut terlalu sarat dengan beban yang menitikberatkan pada pesan moral dan estetika tanpa memperdulikan bahwa pada hakikatnya sastra adalah bahasa itu sendiri.

5 Begitu pula terhadap sistem pengajaran bahasa yang sering menyediakan kalimat-kalimat terpisah untuk menggambarkan unsur-unsur bahasa tertentu dapat mencegah para siswa membuat analisis berdasarkan konteks (Hill, 1986: 10). Siswa sulit mengingat kata-kata dan struktur yang terpisah-pisah tersebut. Mereka memerlukan konteks yang bermakna dan dengan konteks tersebut mereka dapat menghubungkan apa yang telah dipelajarinya (unsur-unsur bahasa). Dalam pada itu, teks-teks sastra yang menarik dapat memenuhi kebutuhan mereka. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan satu strategi yang melibatkan aspek intuisi yang menjadi bagian pengajaran sastra dengan menggunakan pola-pola bahasa yang terdapat dalam karya sastra. Adanya titik singgung antara pengajaran bahasa dengan pengajaran sastra. Seperti diungkapkan oleh Widdowson (1984: 84). To serve an essentially pedagogic purpose: to develop in learners an awareness of how literature funtioncs as discourse and so to give them some access to the means of interpretation. Hal senada diungkapkan oleh Maley (Carter dkk, 1989: 1) yang menyatakn bahwa karya sastra dapat digunakan sebagai bahan atau materi dalam pengajaran menunjukkan kenyataan bahwa karya sastra pada hakikatnya adalah bahasa dalam penggunaannya (language in use). Karya sastra tidak hanya menyediakan teks yang asli untuk pengajaran dikelas namun juga memberikan kesenangan dengan mengikutsertakan emosi siswa (Hill, 1986: 9). Dengan demikian, karya sastra (termasuk puisi) dapat digunakan untuk tujuan pengajaran bahasa.

6 Secara umum, analisis terhadap karya sastra dengan menggunakan pendekatan stilistik masih belum banyak dilakukan. Hal ini mungkin disebabkan oleh keengganan adanya campur tangan terhadap bidang masing-masing. Seperti dikemukakan oleh Becker (1978: 3) Ahli gramatikal jarang sekali melihat keluar batasan kalimat, dan ahli sastra jarang sekali melihat ke dalam kalimat untuk mengetahui bahwa di sana ada struktur-struktur dan sistem-sistem yang mencerminkan arsitektur keseluruhan karya sastra. Lebih lanjut Becker mengungkapkan bahwa stilistika adalah suatu tempat pertemuan antara makroanalisis dan mikroanalisis. Secara umum, kajian terhadap puisi dengan menggunakan pendekatan stilistika di Indonesia sudah banyak dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh Nurhayati, dengan judul Kajian Stilistika Terhadap Puisi-Puisi Rendra (Studi tentang Aspek-aspek Linguistik dan Kesusastraan pada sepuluh puisi Rendra). Ada pula penelitian terhadap karya sastra jenis prosa dengan menggunakan kajian stilistika yang dilakukan oleh Rosyid dengan judul Gaya Bahasa Pramudya Ananta Toer Dalam Novel Rumah Kaca: Sebuah Kajian Stilistika. Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut peneliti ingin melakukan penelitian terhadap puisi-puisi Indonesia dari sisi stilistika dan nilai-nilai budaya. Kajian stilistika dan nilai-nilai budaya merupakan satu hal penting dalam pembelajaran sastra. Dikatakan penting karena adanya kajian stilistika dari sebuah karya sastra diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi siswa mengenai makna sebuah puisi. Di samping itu pula, dapat memperkaya

7 pengetahuan siswa tentang nilai-nilai yang terkandung dalam puisi di antaranya nilainilai budaya. Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguhsungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan dan pikiran kritis siswa terhadap karya sastra. Masalah penting yang sering dihadapi seorang guru dalam kegiatan pembelajaran apresiasi sastra adalah pemilihan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut Depdiknas, bahan ajar atau materi pembelajaran (intrucsional materials) merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, bahan ajar atau materi pembelajaran berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa (Depdiknas, 2006: 193). Pendapat yang sama dikemukakan Haryati (2007: 9), bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan sikap atau nilai. Masalah pemilihan bahan pembelajaran merupakan masalah penting yang dihadapi guru ketika memilih atau menentukan materi. Pada dasarnya memilih bahan pembelajaran, penentuan jenis dan kandungan materi sepenuhnya terletak ditangan guru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai dasar pegangan untuk memilih objek bahan pembelajaran yang berkaitan dengan pembinaan apresiasi siswa. Prinsip dasar dalam pemilihan bahan

8 pembelajaran atau materi pembelajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Kemampuan siswa berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan jiwanya. Oleh karena itu, karya sastra yang disajikan hendaknya diklasifikasikan berdasarkan derajat kesukarannya disamping kriteriakriteria lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan tidak akan diserap secara maksimal. Agar dapat memilih bahan pembelajaran sastra yang tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Menurut Rahmanto (1993: 27) ada tiga aspek yang tidak boleh dilupakan dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu aspek bahasa, aspek psikologis, dan aspek latar belakang budaya. Sedangkan menurut Depdiknas (2006: 195) ada beberapa prinsip dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran, prinsip tersebut antara lain prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip kecukupan (edukasi). Berdasarkan uraian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kajian stilistika dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam puisi masih layak dan dapat dipertahankan sebagai alternatif materi pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. 1.2 Fokus Penelitian Sesuai dengan pernyataan Spradley (Sugiyono, 2010: 34) bahwa A fokused refer to a single cultural domain or afew related domains maksudnya bahwa fokus merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial (lapangan). Cara menentukan fokus diantaranya adalah dengan menetapkan fokus

9 yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan IPTEK. Setelah membaca dan menganalisis puisi yang dijadikan bahan kajian, maka penelitian ini di fokuskan pada: 1) Karakteristik stilistika dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam puisi Indonesia. 2) Aplikasi model rancangan pembelajaran sastra dari kajian stilistika dan nilai-nilai budaya dalam puisi Indonesia. 1.3 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pemahaman analisis sastra, pengajaran sastra pada dasarnya adalah suatu proses untuk membawa peserta didik memahami karya sastra secara lebih baik. Selama ini jenis analisis yang dipahami siswa berdasarkan pengamatan sementara, masih sebatas pengenalan teori dan kurang memahami esensi dari pencarian suatu makna karya. Selain itu terdapat hasil analisis karya pengarang terkenal Indonesia yang menyebabkan baik pengajar maupun siswa merasa cukup memahami karya tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, fokus penelitian ini adalah pengajaran sastra berupa kegiatan menganalisis karya sastra berupa puisi. Latar belakang yang diuraikan di bagian depan masih tergolong luas dalam jangkauan dan kedalaman penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan penelitian ini akan lebih oprasional jika disusun identifikasi masalah penelitian: Pertama, puisi yang dikaji terbatas pada sepuluh puisi Indonesia karya tujuh penyair. Analisis dilakukan untuk mengetahui stilistika dan nilai budaya yang terkandung dalam puisi-puisi tersebut.

10 Kedua, kajian puisi tersebut akan digunakan untuk menunjang pembelajaran sastra khusunya di MTs Misykat Al-Anwar Kwaron Diwek Jombang. 1.4 Batasan Masalah Penelitian Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian pada kajian stilistika yang meliputi diksi, citraan, kata-kata konkret, dan bahasa figuratif serta nilai-nilai budaya dalam sepuluh puisi Indonesia karya tujuh penyair, adapun puisi tersebut adalah: 1. Sebab Dikau (1930) karya Amir Hamzah 2. Citaku Jauh di Pulau (1945) karya Chairil Anwar 3. Sajak Putih (1945) karya Chairil Anwar 4. Lapangan Pagi (1945) karya Sitor Situmorang 5. Doa di Medan Laga (1966) karya Subagio Sastrowardoyo 6. Kata (1966) karya Subagio Sastrowardoyo 7. Gerilya (1966) karya W.S. Rendra 8. Doa Orang Lapar (1966) karya W.S Rendra 9. Kwartin Tentang Sebuah Poci (1966) karya Goenawan Mohammad 10. Hujan di Bulan Juni (1966) karya Sapardi Djoko Damono Hasil kajian stilistika dan nilai-nilai budaya tersebut kemudian akan dijadikan alternatif model pembelajaran apresiasi sastra di MTs.

11 1.5 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan batasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, kemudian dapat disusun beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimanakah stilistika dalam puisi Indonesia? 2) Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam puisi Indonesia? 3) Apakah dapat disusun bahan pembelajaran dari hasil kajian stilistika dan nilai-nilai budaya dalam puisi Indonesia? 1.6 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang stilistika dan nilai-nilai budaya dalam puisi Indonesia. Berdasarkan uraian di atas secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut. 1) Stilistika dalam puisi Indonesia. 2) Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam puisi Indonesia. 3) Rancangan bahan pembelajaran yang dapat diberikan dari hasil kajian stilistika dan nilai-nilai budaya dalam puisi Indonesia. 1.7 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat secara teoretis adalah sebagai berikut.

12 1) Penelitian ini sebagai masukan untuk menambah wawasan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam puisi Indonesia. 2) Penelitian ini memberikan wawasan tentang contoh rencana pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam puisi Indonesia. 3) Penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam puisi Indonesia. Sedangkan manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut ini. 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam menentukan rencana pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam puisi Indonesia. 2) Hasil penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam puisi Indonesia. 3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan tingkat keefektifan rencana pembelajaran dan analisis dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam kajian stilistika dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam puisi Indonesia.

13 1.8 Anggapan Dasar Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik (Arikunto, 2002:5). Dalam penelitian ini anggapan dasar peneliti adalah seperti berikut. 1) Peneliti beranggapan bahwa dalam puisi Indonesia merupakan karya sastra dan mengandung stilistika (gaya bahasa). 2) Peneliti beranggapan bahwa dalam puisi Indonesia sarat dengan nilai-nilai budaya. 3) Puisi Indonesia merupakan salah satu aset budaya, aset khazanah intelektual yang perlu diapresiasi. 4) Menurut Triyono Adi, penelitian sastra bermanfaat untuk memahami aspek kemanusiaan dan kebudayaan yang tertuang ke dalam karya sastra. 5) Model pembelajaran sastra harus terus ditingkatkan agar tercapai pembelajaran yang lengkap dan menarik yang mampu mengembangkan semangat apresiasi siswa terhadap sastra. 1.9 Definisi Operasional Agar lebih memahami peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut dikemukakan definisi operasionalnya. 1) Kajian stilistika Yang dimaksud dengan kajian stilistika adalah sebuah proses analisis karya sastra (puisi) dengan melihat bagaimana unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra itu sendiri digunakan oleh penyair yang bertujuan untuk memperlihatkan

14 perlakuannya terhadap bahasa tersebut dalam rangka menuangkan gagasannya (subjek matter). Oleh karena itu, semua daya yang berhubungan analisis bahasa dikerahkan untuk mengungkapkannya. Dengan demikian, proses analisis yang digunakan meliputi diksi, citraan, kata-kata konkret, dan bahasa figuratif dengan tidak melupakan struktur batin yang diperoleh ketika membaca puisi tersebut. Semua upaya yang dilakukan demi kepentingan apresiasi terhadap puisi yang dikaji. 2) Puisi Definisi puisi menurut Altenberd (Pradopo, 2009: 5) adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the interpretif dramatization of experience in metrical language). Puisi adalah karya sastra berupa ungkapan ekspresi perasaan dari pengalaman penyair yang bersifat imajiner, menggunakan bahasa yang ditata, sehingga menimbulkan bunyi, irama, dan menyiratkan amanat bagi pembacanya. 3) Model kajian stilistika Yang dimaksud dengan model kajian stilistika adalah contoh atau acuan yang terpilih untuk proses analisis karya sastra (terutama puisi) dengan menggunakan prosedur-prosedur yang melibatkan kajian linguistik dan bahasa dari sudut pandang kesastraan yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengajaran bahasa dan sastra. 4) Nilai Budaya Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu

15 kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.