Menjadi Humas yang Bernas Assalaamu alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh Salam sejahtera bagi kita semua Yang saya hormati: 1. Gubernur Jawa Barat 2. Deputi VII Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur Kemenko Polhukam 3. Para narasumber 4. Serta, para anggota Badan Koordinasi Humas atau Bakohumas se-indonesia Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanaanahu Wa Ta aala, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat nikmat sehat dari-nyalah kita bisa berkumpul di sini dalam suasana yang berbahagia. Bapak dan Ibu yang saya hormati, Hari ini, untuk pertama kalinya, seluruh komponen pejabat Humas, baik dari pemerintah pusat, daerah, BUMN serta Perguruan Tinggi Negeri yang tergabung dalam Badan Koordinasi Kehumasan atau Bakohumas berkumpul pasca terpilihnya pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Joko Widodo serta Bapak Wakil Presiden Mohammad Jusuf Kalla. Di setiap pergantian pemerintahan, rakyat selalu menaruh harapan. Begitu pula dengan para anggota Bakohumas. Satu hal yang perlu saya sampaikan, bapak dan ibu yang hadir di sini, diharapkan untuk lebih giat lagi untuk kerja, kerja, dan kerja, bagi kepentingan rakyat Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bersama, salah satu kerja utama kita adalah menerjemahkan program Nawa Cita Jokowi-JK di bidang komunikasi dan informasi. Yakni membangun tata kelola pemerintahan efektif dan terpercaya. Humas 1
Pemerintah dituntut meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di setiap instansinya, membuka laporan kinerja dan mempermudah akses informasi publik. Humas pemerintah juga dituntut mendorong partisipasi masyarakat dalam rencana, proses, program, dan alasan pengambilan setiap kebijakan publik oleh lembaganya. Sebagaimana kita ketahui dan rasakan bersama, pergantian pemerintahan kali ini diwarnai dengan suasana yang begitu riuh. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK, ikut menggugah banyak orang berkomentar dan bertukar informasi secara cepat, saat pelaksanaan Pemilu Presiden 2014 menjelang hingga beralihnya pemerintahan. Opini publik yang berkembang, baik terhadap seseorang ataupun kebijakan pemerintah begitu massif. Saat ini, kita hidup di tengah rezim opini publik. Publik yang aktif ini, sebagian besar kritis, mendapatkan pasokan informasi yang cukup atau well informed, serta berpendidikan. Situasi ini juga diikuti dengan peran pers yang semakin bebas. Kebebasan mencurahkan pendapat saat ini benar-benar mendapatkan tempatnya. Di sisi lain, pers atau media juga terus mengajak publik agar bisa berpendapat secara baik dan tidak melanggar etika. Survei global yang dilakukan lembaga pemantau media Reporters Without Borders menyebut, tahun ini Indonesia menduduki peringkat 132 pada Indeks Kebebasan Pers Dunia. Survei ini dilakukan di 180 negara. Kebebasan pers di Indonesia masih berada di bawah Thailand serta Brunei Darrusalam. Kebebasan pers yang kita rasakan sekarang ini juga berbanding lurus dengan ruang opini publik di media online serta jejaring sosial. Komentar para pembaca terhadap berita di media online, bisa memberi gambaran kepada kita tentang apa yang tengah disuarakan publik terkait isu-isu terbaru yang berkembang di masyarakat. Ini semua terjadi berkat adanya demokratisasi di negeri ini. Pertukaran pesan yang terjadi begitu massif di tengah masyarakat, harus diakui menjadi tantangan tersendiri bagi para anggota Bakohumas.Tak mudah memilah informasi yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Sebagaimana diingatkan sebuah pepatah, the message is right when the content is true and the messanger is 2
honest. Sebuah pesan atau informasi itu benar, jika isi pesannya sesuai kenyataan dan pengirim pesannya jujur. Seiring makin berkembangnya pemanfaatan TIK untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi, Humas Pemerintah juga harus siap mengantisipasi perubahan yang terjadi. Kemampuan menyerap informasi dan berinteraksi dengan publik, menjadi salah satu langkah bagi Humas Pemerintah untuk bisa mendongkrak kinerjanya. Pemanfaatan media sosial di kalangan generasi muda saat ini bisa dijadikan peluang bagi praktisi Humas Pemerintah dalam mengirimkan pesan yang bermakna dan bernilai secara menarik. Sudah saatnya, Humas Pemerintah ikut mengubah cara kerjanya dengan menjadi Humas Web 3.0 (baca: three point O). Kehadiran teknologi Web 3.0 menjadikan jarak antara Humas dengan publiknya makin tipis. Dengan menggunakan media sosial, seorang praktisi Humas bisa mengumpulkan data pendukung yang nantinya bisa digunakan untuk merancang kegiatan Humas yang sesuai dengan tren di masyarakat. Jadi, kehadiran teknologi Web 3.0 harus bisa digunakan oleh Humas Pemerintah untuk membangun reputasi lembaga dengan tetap memerhatikan tata etika informasi. Bapak dan Ibu yang saya hormati, Perubahan global yang terjadi berkat pemanfaatan TIK saat ini menjadikan dunia kita makin datar. Thomas L. Friedman, penulis buku The World is Flat percaya bahwa mendatarnya dunia akan membawa kemudahan bagi kebudayaan lokal untuk mengglobal. Hal itu dimungkinkan dengan kemudahan akses terhadap teknologi. Saat ini ratusan juta penduduk bumi memiliki alat untuk mencipta dan mengunggah aneka rupa informasi ke dunia maya. Laporan, berita, opini, musik, video, foto-foto, yang disebar ke dunia maya bisa menjadi kekuatan yang luar biasa untuk melestarikan serta memperkuat otonomi dan kekhasan suatu budaya. Kita, sebagai warga negara yang hidup di negara berkembang harus bergegas menggapai kesempatan di dunia yang kian datar. Ketika dunia makin datar, maka cakrawala berpikir kita harus kian lebar. Kini, semua pihak berkesempatan memanfaatkan 3
peluang yang terbuka untuk berkontribusi mengubah masyarakat agar kian maju dan sejahtera. Partisipasi publik dalam kegiatan pembangunan harus senantiasa dibuka. Di sini, Humas Pemerintah di semua institusi punya peran strategis. Humas Pemerintah tak boleh menutup pintu akses informasi. Tugas Humas Pemerintah tak sebatas memoles citra. Lebih jauh, Humas juga harus bisa ikut m meningkatkan kinerja lembaga. Saya meyakini, tugas-tugas kehumasan ke depan tak lagi mudah dan tak bisa dianggap ringan. Ada kompleksitas masalah yang harus ikut diselesaikan oleh praktisi humas. Karena itulah, di waktu mendatang Humas merupakan profesi yang dibutuhkan. Profesionalisme Humas kian ditantang. Dengan begitu, jabatan di bidang kehumasan harus diisi oleh orang-orang dengan kualifikasi tertentu. Tak berlebihan jika Ronn Torossian menyebut, public relations merupakan paduan dari jurnalisme, psikologi, dan kemampuan mengadvokasi. Ranah kerja public relations selalu berubah dan menarik. Untuk itulah praktisi Humas Pemerintah yang ada saat ini harus mau belajar dan berubah. Tanpa mau berubah, maka satu hal yang terjadi, tenggelam akibat perubahan itu sendiri. Salah satu tugas teknis yang ada di tangan Anda sekalian saat ini ialah mengemas pesan agar informatif, mudah dicerna baik oleh atasan dan masyarakat, serta bisa diakses publik dengan mudah. Sebisa mungkin, akses informasi bagi masyarakat ini disediakan dalam beberapa kanal informasi. Dengan begitu, masyarakat kita bisa mengaksesnya sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya. Di luar tugas teknis yang saya contohkan, ada sejumlah tugas strategis bagi Bakohumas dalam Kabinet Kerja. Tugas strategis itu di antaranya membangun sinergi komunikasi pusat dan daerah. Sinergi komunikasi ini akan terjalin jika sekatsekat dan rasa ego sektoral bisa dihapus. Membandingkan mana yang lebih baik, antara cara saya dan cara Anda, itu bukan sinergi. Sinergi adalah kesepakatan tentang cara kita dalam menyelesaikan suatu hal. 4
Ke depan, ada banyak tugas menanti. Bakohumas harus terus menyosialisasikan kebijakan strategis pemerintah. Di era komunikasi yang makin terukur seperti sekarang, Humas Pemerintah harus mulai berpikir untuk bisa menyerap, mengolah, dan menyebarkan informasi yang berdampak nyata bagi masyarakat. Revolusi mental bisa dimulai dari para anggota Bakohumas. Mentalitas itu berkaitan dengan aktivitas jiwa, cara berpikir, dan berperasaan. Merevolusi mental berarti mengubah cara berpikir dan berperasaan kita sebagai praktisi kehumasan. Pembaharuan dan produktivitas anggota Bakohumas bisa dimulai dengan kemauan berinisiatif, siap berinteraksi dengan beragam kalangan serta tahu membedakan mana itu kebenaran dan mana itu pembenaran. Selamat mengikuti pertemuan Bakohumas Nasional di Kota Bandung Jawa Barat. Mari, kita mengubah mentalitas menjadi Humas yang bernas. Humas yang profesional serta dapat dipercaya informasinya. Wassalaamu alaikum Wr. Wb. Menteri Komunikasi dan Informatika ttd Rudiantara 5