KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA, 1 Novita Sekarwati, 2 Eva Runi Khristiani 1 Dosen DIII Kesehatan Lingkungan STIKES Wirahusada Yogyakarta email: novitalambang@gmail.com 2 Dosen DIII Kesehatan Lingkungan STIKES Wirahusada Yogyakarta ABSTRAK Dengan berkembangnya jaman, saat ini sangat banyak produk pangan cepat saji atau istilahnya makanan instan, tentu saja hal ini dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat yang menginginkan segalanya berjalan dengan cepat. Hal ini lah yang menyebabkan digunakan bahan pengawet pada bahan pangan.menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar formalin yang ada pada Bakso Tusuk Yang Dijual Di Sekolah Dasar Wilayah Depok, Sleman, Yogyakarta Jenis Penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan formalin pada bakso tusuk yang dijual di Sekolah Dasar Negri Wilayah Depok Sleman Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah para penjual bakso tusuk di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Depok Sleman sebanyak 37 SD. melakukan pemeriksaan formalin di laboratorium terhadap 7 tempat penjualan bakso tersebut yang masing-masing tempat tersebut diambil sampel sebanyak 10 gram/ 1 butir bakso tusuk. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil bahwa 7 tempat penjualan bakso tusuk di SD N Wilayah Kecamatan Depok negatif terhadap penggunan formalin, Kata Kunci: Formalin, Bakso Tusuk PENDAHULUAN Dengan berkembangnya jaman, saat ini sangat banyak produk pangan cepat saji atau istilahnya makanan instan, tentu saja hal ini dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat yang menginginkan segalanya berjalan dengan cepat. Hal ini lah yang menyebabkan digunakan bahan pengawet pada bahan pangan. Memang tidak semua makanan instan menggunakan bahan pengawet tapi paling tidak sebagai konsumen harus jeli memilih pangan yang sehat. Belakangan ini banyak muncul berita-berita tentang bahan pengawet makanan, seperti halnya didapat dalam minuman susu sebagaimana yang dilansir melalui pemberitaan di berbagai mass media. Sebut saja susu impor dari negeri China. Bahan pengawet makanan adalah bahan yang ditambahkan pada makanan untuk mencegah atau menghambat menjadi rusak atau busuknya makanan. Maksud dan tujuan dari pada penggunaan bahan pengawet makanan adalah untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau
bahan makanan. Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut. Jajanan merupakan makan favorit bagi anak-anak sekolah khususnya anak sekolah dasar, selain murah, jajanan juga sangat praktis untuk disantap waktu anak SD sedang beristirahat di sekolah. Berbagai macam jajanan dijajakan di sekolahan sebagai contoh sirup, agar-agar, mie, bakso, jelly, kudapan, dll. Berbagai makanan tersebut sangat beragam sehingga para siswa dapat memilihnya. Namun, dari jajanan yang sering ditemui di sekolahsekolah, makanan tersebut tanpa disadari dapat mebahayakan bagi kesehatan karena dari makanan tersebut terdapat zat-zat yang berbahaya yang dapat membahayakan bagi orang yang memakannya. Saat ini sangat marak terjadi kecurangan dalam dunia pangan, khususnya banyak pedagang-pedagang nakal yang mencoba untuk meraih keuntungan dengan menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya seperti formalin. Konsumen sebagai masyarakat awam masih sulit untuk membedakan ikan asin yang mengandung formalin atau tidak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain: tidak menderita penyakit mudah menular misalnya batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya; menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya); menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; memakai celemek, dan tutup kepala; mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan; menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas tangan; tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya); tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung. Tingkat keamanan dari pangan jajanan anak sekolah (PJAS) masih rendah. PJAS sendiri adalah pangan siap saji yang ditemui di lingkungan sekolah dan secara umum dikonsumsi oleh sebagian besar anak sekolah. Selain itu berdasarkan pengawasan yang dilakukan BPOM periode 2008-2011 menunjukkan bahwa sekitar 40-44 persen jajanan anak sekolah ini tidak memenuhi syarat. Kondisi ini merupakan masalah yang serius karena dapat memperburuk status gizi anak akibat
terganggunya asupan gizi. Padahal studi yang dilakukan oleh IPB, Bogor tahun 2004 diketahui bahwa jajanan anak sekolah ini menyumbang 36 persen kebutuhan energi anak. Jajanan ini mencakup makanan di kantin dan juga pedagang di sekitar lingkungan sekolah. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan (Nuryasin, 2006). Formalin adalah nama dagang larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 %. Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai bahan baku industri lem, playwood dan resin; disinfektan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; germisida dan fungisida pada tanaman sayuran; serta pembasmi lalat dan serangga lainnya. Larutan dari formaldehida sering dipakai membalsem atau mematikan bakteri serta mengawetkan bangkai (Wikipedia, 2005). Formalin jika termakan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan keracunan, tetapi jika tertimbun di atas ambang batas dapat mengganggu kesehatan. Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter (Kompas, 2005). International Proggrame on Chemical Safety menetapkan bahwa batas toleransi yang dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg perliter (Harmoni, 2006). Bahaya formalin dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan syaraf pusat dan ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada (Republika, 2005). Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 3 jam (Winarno dan Rahayu dalam Yakin, 2001). Kota Sleman merupakan kota dimana instansi pendidikan banyak berdiri di sana. Mulai dari Pendidikan anak Usia Dini hingga Perguruan Tinggi. Sekolah Dasar merupakan tempat dimana anak-anak menimba ilmu untuk masa depannya. Banyak sekali penjaja jajanan anak sekolah yang murah,
menggugah selera. Sekolah Dasar Negeri biasanya memperbolehkan penjual jajanan anak sekolah untuk menjajakan makanannya didepan sekolahan. Kecamatan Depok merupakan salah satu kecamatan yang urban. Banyak sekali Lain halnya dengan sekolah dasar swasta yang melarang penjaja. Banyak sekali aneka jajanan anak sekolah dijual seperti cilok, bakso tusuk, tempura dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui Bagaimana Kandungan Formalin Pada Bakso Tusuk Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Depok Sleman. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan formalin pada bakso tusuk yang dijual di Sekolah Dasar Negri Wilayah Depok Sleman Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling dimana semua jumlah populasi dijadikan sampel 3. Intsrumen yang digunakan adalah: Surat izin penelitian, alat tulis, check list sedangkan teknik analisa data dilakukan dengan analisis deskriptif, di hitungkan dalam diskripsi. HASIL Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD N Wilayah Depok pada tanggal 23 September 2013, maka diperoleh hasil sebagai Berikut : TABEL 1 DISTRIBUSI FREKUENSI KADAR FORMALIN YANG TERKANDUNG DALAM BAKSO YANG DIPERJUAL BELIKAN DI SD N WILAYAH KEC. DEPOK No Nama Tempat Penjuala n Kadar Formalin / 10gram Bakso Uji I Uji II Uji III Keterangan 1 A - - - negatif 2 B - - - negatif 3 C - - - negatif 4 D - - - negatif 5 E - - - negatif 6 F - - - negatif 7 G - - - negatif Dari tabel V.2 diatas menunjukkan bahwa semua bakso yang diperjual belikan di SDN Wilayah Kecamatan Depok tidak mengandung formalin. Pembahasan Untuk mengetahui suatu bahan pangan khususnya bakso yang mengandung formalin, kita dapat mengamati secara langsung dengan melihat keadaan bakso tersebut. Bakso yang mengandung formalin akan terlihat kenyal dan susah ditusuk. Namun tandatanda tersebut tidak akurat jika tidak dilakukan uji labolatorium kualitatif maupun kuantitatif. baik secara
Untuk memastikan ada tidaknya penggunaan formalin pada bakso di tempat penjualan bakso di SD N Wilayah Kecamatan Depok, peneliti melakukan pemeriksaan formalin di laboratorium terhadap 7 tempat penjualan bakso tersebut yang masing-masing tempat tersebut diambil sampel sebanyak 10 gram/ 1 butir bakso tusuk. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil bahwa 7 tempat penjualan bakso tusuk di SD N Wilayah Kecamatan Depok negatif terhadap penggunan formalin, seperti yang disajikan pada tabel V.1 dan V.2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bakso yang diperjual belikan di SD N Wilayah Kecamatan Depok dikonsumsi karena tidak mengandung formalin dan diharapkan kepada produsen bakso untuk terus mempertahankan kualitas bakso yang diproduksinya untuk menjamin kesehatan para konsumen. Dari hasil wawancara peneliti dengan para penjual bakso tersebut, peneliti mendapatkan informasi bahwa para penjual bakso mengetahui tentang adanya larangan penggunaan formalin sebagai bahan pengawet bahan makanan dan mengetahui bahaya daripada zat kimia formalin bagi kesehatan manusia. Formalin merupakan gas formaldehid yang tersedia dalam bentuk larutan 40 %. Bahan ini mudah diperoleh dengan mudah ditoko. Formalin bisa berbentuk cairan jernih, tidak berwarna dan berbau busuk atau berbentuk tablet dengan masing-masing 5 gr. Formalin sebenarnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam dunia kedokteran, misalnya sebagai bahan pengawet mayat. Bahan ini juga biasa digunakan untuk mengawetkan hewanhewan untuk keperluan penelitian (Saparinto. 2009). Di industri perikanan, formalin dgunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Besar manfaat di bidang industri terkadang di salahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan yaitu mulut dan pernapasan. Sebetulnya sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan. Formalin dapat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi kulit. Jika kandungan dalam tubuh tinggi akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.
KESIMPULAN 1. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya penjual bakso tusuk yang memakai formalin. 2. Dari hasil pengujian di Saran laboratorium terhadap 10 gram bakso dari masing-masing tempat penjualan bakso tidak ditemukan adanya kandungan formalin. 1. Kepada penjual bakso tusuk diharapkan agar tidak menggunakan bahan berbahaya formalin dalam bakso tusuk. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim.(2009), Bahaya Formalin dan Boraks, http. Wordpress.com 2. Astawan, M. (2008). Resep membuat bakso tanpa pengawat. http//.kompascybermedia. (31 Januari 2013) 3. Cahyadi, w. (2006). Dampak bahan Tambahan Pangan, Jakarta, Bumi Aksara 4. Ditjen POM (1979). Farmakope Indonesia.Edisi ketiga. Jakarta. Departeman Kesehatan RI 5. Hidayat, N, (2007). Ciri Produk berformalin. 2. Kepada Badan POM diharapkan selalu mengawasi dan meningkatkan pengawasan terhadap penjual dan produsen bakso. 3. Disarankan terhadap peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti bakso yang ada ditempat lain untuk mengetahui ada tidaknya penggunaan formalin pada bakso yang diperjual belikan. 4. Disarankan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memilih bakso dan makanan yang aman untuk dikonsumsi. http//www.yahoogroups.com (24 Januari 2013) 6. Balai Besar POM. (2007). Instruksi Kerja : Identifikasi Formalin dalam Makanan. Jakarta 7. KepMenKes no : 1168/Menkes/Per/IX/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan 8. Khamid I.R. (2006). Bahaya Bahan Tambahan bukan makanan. Jakarta. Penerbit Kompas 9. Republika oneline.(2007). Ciri-ciri Makanan Berformalin.http://republikaonline. com (3 Februari 2013)