KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

INTISARI ANALISIS KUALITATIF FORMALIN DALAM TAHU MENTAH DI PASAR ANTASARI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan kehidupannya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

BAB 2 DATA & ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap. secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008).

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak bermotif ekonomi, artinya kegiatan yang dilakukan didasarkan profit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting bagi umat manusia. Pangan juga tak lepas dari kaitannya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

Mengenal Formalin. (introduction of Formalin) Disadur dari : Departemen Kesehatan Indonesia

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

STUDI DESKRIPTIF BAHAN TAMBAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

LAMPIRAN. Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU PUTIH DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO TAHUN 2017 Regina Sasmita Lakuto*, Rahayu H. Akili*, Woodford B.

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

Karakteristik Responden

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

MAKALAH KIMIA ANALISIS MAKANAN I IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR FORMALIN

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

FORMALIN!!! a. Mengenal Formalin b. Nama lain dari formalin c. Manfaat formalin d. Sifat formalin e. Bahaya formalin bagi kesehatan

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga

BAB I PENDAHULUAN. minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Kerupuk karak merupakan produk kering dari proses penggorengan,

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tubuh dari penyakit (Notoatmodjo, 2003). Sebagai penduduk. untuk makan makanan yang halal dan thayyiban.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

Transkripsi:

KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA, 1 Novita Sekarwati, 2 Eva Runi Khristiani 1 Dosen DIII Kesehatan Lingkungan STIKES Wirahusada Yogyakarta email: novitalambang@gmail.com 2 Dosen DIII Kesehatan Lingkungan STIKES Wirahusada Yogyakarta ABSTRAK Dengan berkembangnya jaman, saat ini sangat banyak produk pangan cepat saji atau istilahnya makanan instan, tentu saja hal ini dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat yang menginginkan segalanya berjalan dengan cepat. Hal ini lah yang menyebabkan digunakan bahan pengawet pada bahan pangan.menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar formalin yang ada pada Bakso Tusuk Yang Dijual Di Sekolah Dasar Wilayah Depok, Sleman, Yogyakarta Jenis Penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan formalin pada bakso tusuk yang dijual di Sekolah Dasar Negri Wilayah Depok Sleman Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah para penjual bakso tusuk di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Depok Sleman sebanyak 37 SD. melakukan pemeriksaan formalin di laboratorium terhadap 7 tempat penjualan bakso tersebut yang masing-masing tempat tersebut diambil sampel sebanyak 10 gram/ 1 butir bakso tusuk. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil bahwa 7 tempat penjualan bakso tusuk di SD N Wilayah Kecamatan Depok negatif terhadap penggunan formalin, Kata Kunci: Formalin, Bakso Tusuk PENDAHULUAN Dengan berkembangnya jaman, saat ini sangat banyak produk pangan cepat saji atau istilahnya makanan instan, tentu saja hal ini dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat yang menginginkan segalanya berjalan dengan cepat. Hal ini lah yang menyebabkan digunakan bahan pengawet pada bahan pangan. Memang tidak semua makanan instan menggunakan bahan pengawet tapi paling tidak sebagai konsumen harus jeli memilih pangan yang sehat. Belakangan ini banyak muncul berita-berita tentang bahan pengawet makanan, seperti halnya didapat dalam minuman susu sebagaimana yang dilansir melalui pemberitaan di berbagai mass media. Sebut saja susu impor dari negeri China. Bahan pengawet makanan adalah bahan yang ditambahkan pada makanan untuk mencegah atau menghambat menjadi rusak atau busuknya makanan. Maksud dan tujuan dari pada penggunaan bahan pengawet makanan adalah untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau

bahan makanan. Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut. Jajanan merupakan makan favorit bagi anak-anak sekolah khususnya anak sekolah dasar, selain murah, jajanan juga sangat praktis untuk disantap waktu anak SD sedang beristirahat di sekolah. Berbagai macam jajanan dijajakan di sekolahan sebagai contoh sirup, agar-agar, mie, bakso, jelly, kudapan, dll. Berbagai makanan tersebut sangat beragam sehingga para siswa dapat memilihnya. Namun, dari jajanan yang sering ditemui di sekolahsekolah, makanan tersebut tanpa disadari dapat mebahayakan bagi kesehatan karena dari makanan tersebut terdapat zat-zat yang berbahaya yang dapat membahayakan bagi orang yang memakannya. Saat ini sangat marak terjadi kecurangan dalam dunia pangan, khususnya banyak pedagang-pedagang nakal yang mencoba untuk meraih keuntungan dengan menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya seperti formalin. Konsumen sebagai masyarakat awam masih sulit untuk membedakan ikan asin yang mengandung formalin atau tidak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain: tidak menderita penyakit mudah menular misalnya batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya; menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya); menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; memakai celemek, dan tutup kepala; mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan; menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas tangan; tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya); tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung. Tingkat keamanan dari pangan jajanan anak sekolah (PJAS) masih rendah. PJAS sendiri adalah pangan siap saji yang ditemui di lingkungan sekolah dan secara umum dikonsumsi oleh sebagian besar anak sekolah. Selain itu berdasarkan pengawasan yang dilakukan BPOM periode 2008-2011 menunjukkan bahwa sekitar 40-44 persen jajanan anak sekolah ini tidak memenuhi syarat. Kondisi ini merupakan masalah yang serius karena dapat memperburuk status gizi anak akibat

terganggunya asupan gizi. Padahal studi yang dilakukan oleh IPB, Bogor tahun 2004 diketahui bahwa jajanan anak sekolah ini menyumbang 36 persen kebutuhan energi anak. Jajanan ini mencakup makanan di kantin dan juga pedagang di sekitar lingkungan sekolah. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan (Nuryasin, 2006). Formalin adalah nama dagang larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 %. Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai bahan baku industri lem, playwood dan resin; disinfektan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; germisida dan fungisida pada tanaman sayuran; serta pembasmi lalat dan serangga lainnya. Larutan dari formaldehida sering dipakai membalsem atau mematikan bakteri serta mengawetkan bangkai (Wikipedia, 2005). Formalin jika termakan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan keracunan, tetapi jika tertimbun di atas ambang batas dapat mengganggu kesehatan. Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter (Kompas, 2005). International Proggrame on Chemical Safety menetapkan bahwa batas toleransi yang dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg perliter (Harmoni, 2006). Bahaya formalin dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan syaraf pusat dan ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada (Republika, 2005). Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 3 jam (Winarno dan Rahayu dalam Yakin, 2001). Kota Sleman merupakan kota dimana instansi pendidikan banyak berdiri di sana. Mulai dari Pendidikan anak Usia Dini hingga Perguruan Tinggi. Sekolah Dasar merupakan tempat dimana anak-anak menimba ilmu untuk masa depannya. Banyak sekali penjaja jajanan anak sekolah yang murah,

menggugah selera. Sekolah Dasar Negeri biasanya memperbolehkan penjual jajanan anak sekolah untuk menjajakan makanannya didepan sekolahan. Kecamatan Depok merupakan salah satu kecamatan yang urban. Banyak sekali Lain halnya dengan sekolah dasar swasta yang melarang penjaja. Banyak sekali aneka jajanan anak sekolah dijual seperti cilok, bakso tusuk, tempura dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui Bagaimana Kandungan Formalin Pada Bakso Tusuk Di Sekolah Dasar Negeri Wilayah Depok Sleman. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan formalin pada bakso tusuk yang dijual di Sekolah Dasar Negri Wilayah Depok Sleman Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling dimana semua jumlah populasi dijadikan sampel 3. Intsrumen yang digunakan adalah: Surat izin penelitian, alat tulis, check list sedangkan teknik analisa data dilakukan dengan analisis deskriptif, di hitungkan dalam diskripsi. HASIL Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD N Wilayah Depok pada tanggal 23 September 2013, maka diperoleh hasil sebagai Berikut : TABEL 1 DISTRIBUSI FREKUENSI KADAR FORMALIN YANG TERKANDUNG DALAM BAKSO YANG DIPERJUAL BELIKAN DI SD N WILAYAH KEC. DEPOK No Nama Tempat Penjuala n Kadar Formalin / 10gram Bakso Uji I Uji II Uji III Keterangan 1 A - - - negatif 2 B - - - negatif 3 C - - - negatif 4 D - - - negatif 5 E - - - negatif 6 F - - - negatif 7 G - - - negatif Dari tabel V.2 diatas menunjukkan bahwa semua bakso yang diperjual belikan di SDN Wilayah Kecamatan Depok tidak mengandung formalin. Pembahasan Untuk mengetahui suatu bahan pangan khususnya bakso yang mengandung formalin, kita dapat mengamati secara langsung dengan melihat keadaan bakso tersebut. Bakso yang mengandung formalin akan terlihat kenyal dan susah ditusuk. Namun tandatanda tersebut tidak akurat jika tidak dilakukan uji labolatorium kualitatif maupun kuantitatif. baik secara

Untuk memastikan ada tidaknya penggunaan formalin pada bakso di tempat penjualan bakso di SD N Wilayah Kecamatan Depok, peneliti melakukan pemeriksaan formalin di laboratorium terhadap 7 tempat penjualan bakso tersebut yang masing-masing tempat tersebut diambil sampel sebanyak 10 gram/ 1 butir bakso tusuk. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil bahwa 7 tempat penjualan bakso tusuk di SD N Wilayah Kecamatan Depok negatif terhadap penggunan formalin, seperti yang disajikan pada tabel V.1 dan V.2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bakso yang diperjual belikan di SD N Wilayah Kecamatan Depok dikonsumsi karena tidak mengandung formalin dan diharapkan kepada produsen bakso untuk terus mempertahankan kualitas bakso yang diproduksinya untuk menjamin kesehatan para konsumen. Dari hasil wawancara peneliti dengan para penjual bakso tersebut, peneliti mendapatkan informasi bahwa para penjual bakso mengetahui tentang adanya larangan penggunaan formalin sebagai bahan pengawet bahan makanan dan mengetahui bahaya daripada zat kimia formalin bagi kesehatan manusia. Formalin merupakan gas formaldehid yang tersedia dalam bentuk larutan 40 %. Bahan ini mudah diperoleh dengan mudah ditoko. Formalin bisa berbentuk cairan jernih, tidak berwarna dan berbau busuk atau berbentuk tablet dengan masing-masing 5 gr. Formalin sebenarnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam dunia kedokteran, misalnya sebagai bahan pengawet mayat. Bahan ini juga biasa digunakan untuk mengawetkan hewanhewan untuk keperluan penelitian (Saparinto. 2009). Di industri perikanan, formalin dgunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Besar manfaat di bidang industri terkadang di salahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan yaitu mulut dan pernapasan. Sebetulnya sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan. Formalin dapat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi kulit. Jika kandungan dalam tubuh tinggi akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.

KESIMPULAN 1. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya penjual bakso tusuk yang memakai formalin. 2. Dari hasil pengujian di Saran laboratorium terhadap 10 gram bakso dari masing-masing tempat penjualan bakso tidak ditemukan adanya kandungan formalin. 1. Kepada penjual bakso tusuk diharapkan agar tidak menggunakan bahan berbahaya formalin dalam bakso tusuk. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim.(2009), Bahaya Formalin dan Boraks, http. Wordpress.com 2. Astawan, M. (2008). Resep membuat bakso tanpa pengawat. http//.kompascybermedia. (31 Januari 2013) 3. Cahyadi, w. (2006). Dampak bahan Tambahan Pangan, Jakarta, Bumi Aksara 4. Ditjen POM (1979). Farmakope Indonesia.Edisi ketiga. Jakarta. Departeman Kesehatan RI 5. Hidayat, N, (2007). Ciri Produk berformalin. 2. Kepada Badan POM diharapkan selalu mengawasi dan meningkatkan pengawasan terhadap penjual dan produsen bakso. 3. Disarankan terhadap peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti bakso yang ada ditempat lain untuk mengetahui ada tidaknya penggunaan formalin pada bakso yang diperjual belikan. 4. Disarankan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memilih bakso dan makanan yang aman untuk dikonsumsi. http//www.yahoogroups.com (24 Januari 2013) 6. Balai Besar POM. (2007). Instruksi Kerja : Identifikasi Formalin dalam Makanan. Jakarta 7. KepMenKes no : 1168/Menkes/Per/IX/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan 8. Khamid I.R. (2006). Bahaya Bahan Tambahan bukan makanan. Jakarta. Penerbit Kompas 9. Republika oneline.(2007). Ciri-ciri Makanan Berformalin.http://republikaonline. com (3 Februari 2013)