BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah adalah suatu bentuk lingkungan masyarakat yang memiliki tatanilai

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Identitas manusia jejak langkah hidup manusia selalu membutuhkan komunikasi.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Hijriyah atau pada abad ke tujuh Masehi. Ketika itu, berbagai agama dan

MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN ALIRSYAD DITINJAU DARI ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang semakin tanpa batas ini, tidak memungkinkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

BAB VI P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Pendidikan pesantren dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren yang dikenal berbasis Entrepreneur. Hal ini bisa dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

Idiologi Pendidikan, Pustaka Rizki Putra, Semarang, Cet Pertama. 2007, hal. 11.

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan

Bismilahirohmanirohim Assalamu alaikum Wr. Wb

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

Meski siswa SMK pakainnya penuh oli lantaran bergelut dengan mesin otomotif, tetap tunaikan shalat tanpa alasan tanggung kotor.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yuli Dayanti, 2015

Kepemimpinan Kyai..., Elly Nurmaningtyas Fajarwati, Program Pascasarjana UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Manajemen Pendidikan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul

: MOH. RIFQI KHAIRUL UMAM B

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V. mengembangkan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri,

PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Eksistensi pondok pesantren Mamba us Sholihin dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut

2. BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin

Oleh : Otong Sugiarto K BAB I PENDAHULUAN

tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan strategi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk terus dijadikan penelitian, terlebih lagi jika dikaitkan

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PONDOK PESANTREN DALAM UNCERTAINTY SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat

BAB I PENDAHULUAN. pengamatan penulis di salah satu madrasah di Purbalingga, di mana kepala

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari kinerja

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB IV ANALISIS DATA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan bagi pesantren. Perubahan atau modernisasi pendidikan Islam di Indonesia yang berkaitan dengan gagasan modernisasi Islam di kawasan ini mempengaruhi dinamika keilmuan di lingkungan pesantren. Gagasan modernisasi Islam yang menemukan momentumnya sejak awal abad ke-20 Masehi, pada lapangan pendidikan direalisasikan dengan pembentukan lembaga-lembaga pendidikan modern. Pemrakarsa pertama dalam hal ini adalah organisasi-organisasi modernis Islam, seperti Jami at Khair, al-irsyad, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama (Yunus, 2005: 12). Dalam struktur pendidikan nasional, pesantren merupakan mata rantai yang sangat penting. Hal ini tidak hanya karena sejarah kemunculannya yang relatif lama, tetapi juga karena pesantren telah secara signifikan ikut andil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam sejarahnya, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat (society based-education). Dalam kenyataannya, pesantren telah mengakar dan tumbuh dari masyarakat, kemudian dikembangkan oleh masyarakat, sehingga kajian mengenai pesantren sebagai sentra pengembangan masyarakat sangat menarik beberapa peneliti akhir-akhir ini. 1

2 Kendatipun pesantren atau populer pondok pesantren merupakan kenyataan sosial yang sudah mapan dalam masyarakat Indonesia, namun tidak memperoleh perhatian dan intervensi yang signifikan dari pemerintah untuk mengembangkan ataupun memberdayakannya. Hal ini menjadikan pesantren tumbuh dengan kemampuan sendiri yang pada akhirnya menumbuhkan varian yang sangat besar, karena sangat tergantung pada kemampuan masyarakat itu sendiri. Kadang, kesan yang muncul adalah bahwa pesantren merupakan lembaga yang eksklusif dan kurang mengakomodasi perkembangan zaman. Dalam sistem dan metodologi pembelajaran, misalnya, pesantren terkesan terlalu lamban bahkan acuh tak acuh dengan berbagai temuan baru berkenaan dengan bagaimana sebuah lembaga pembelajaran serta kelompok "profesional" di dalamnya dapat terus menerus meningkatkan hasil-hasil pembelajarannya. Mencermati perkembangan pesantren, model pendidikan pesantren bukan saja mampu mempertahankan eksistensinya tetapi mampu pula memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan spesifikasinya, yakni ilmu pengetahuan agama. Satu hal yang tidak kalah penting, lembaga pendidikan pesantren dipandang sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki moralitas tinggi baik dalam kehidupan individual maupun kolektivitas warga pesantren, dan bahkan nilai moralitas ini menyebar pula ke tengah-tengah masyarakat, khususnya komunitas di sekitar pesantren (Rahardjo, 2006: 1). Kemampuan pesantren mempertahankan eksistensinya ini tentu tidak lepas dari sistem kepesantrenan. Sistem kepesantrenan adalah sistem asrama

3 sebagai tempat tinggal santri, adanya kyai atau tuan guru yang merupakan figur sentral yang menetap dan tinggal di lingkungan pesantren dan terjadinya transmisi nilai-nilai keagamaan yang secara langsung atau tidak langsung, disebarkan melalui pribadi kyai atau tuan guru kepada santrinya. Kondisi ini dilengkapi dengan masjid di samping tetap diajarkannya kitab-kitab Islam klasik kepada santri-santrinya. Dalam sebuah organisasi, pelaksanaan tugas-tugas oleh pekerja terpengaruh oleh kepemimpinan seorang pemimpin. Kepemimpinan yang lemah dapat dipastikan menghambat operasional kegiatan, dan sebaliknya kepemimpinan yang kuat mendongkrak prestasi bawahan serta kegiatan dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan yang baik dapat menciptakan iklim yang kondusif guna tercapainya tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam memimpin suatu kelompok, baik terorganisasi maupun tidak. Peranannya sangat penting, mengingat pemimpin adalah central figure dalam kelompok tersebut. Pemimpin menjadi barometer keberhasilan kelompok dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemberian motivasi, pengawasan sehingga tercapainya tujuan-tujuan bersama dalam kelompok tersebut (Nugraha, 2010: 4). Dengan demikian, kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan kemampuan bawahan untuk menunjukkan kualitas kerja secara maksimal, sehingga pencapaian tujuan dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Pemimpin, dalam kepemimpinannya menampilkan beragam model dan gaya

4 yang akhirnya akan mengklasifikasikan pemimpin tersebut ke dalam tipe-tipe kepemimpinan tertentu. Seseorang menjadi pemimpin merupakan perwujudan dari tiga teori dasar, antara lain karena keturunan, kejiwaan dan lingkungan. Pendapat pemimpin terlahir karena keturunan merupakan pandangan tradisional yang menilai bahwa bakat seseorang dalam memimpin merupakan warisan darah dari leluhurnya. Sedangkan kepemimpinan seseorang karena kejiwaan, merupakan pendapat yang lahir bahwa kepemimpinan dapat dibentuk sesuai dengan kejiwaannya. Sementara itu pendapat kepemimpinan dari lingkungan merupakan perwujudan dari kebutuhan terhadap adanya pemimpin dalam suatu lingkungan, kelompok atau organisasi. Dalam Islam, kepemimpinan dan adanya peran pemimpin merupakan fitrah. Kondisi ini terlahir sebagai akibat dari beragamnya kemampuan, kehendak, kemauan, pikiran, sifat, dan lain-lain pada masing-masing manusia. Selanjutnya dijelaskan keadaan ini melahirkan orang yang menjadi pemimpin dari sejumlah orang yang lebih banyak. Terlahirnya sosok-sosok yang menjadi pemimpin ini karena kemampuannya dalam mewujudkan kepemimpinan. Kyai merupakan gelar pemberian sesama manusia yang digunakan untuk menyebut orang yang berkarisma. Karisma yang ditampilkan dalam kepemimpinan kyai telah mampu membentuk suatu kelompok masyarakat yang sangat tergantung pada kyai. Kepatuhan masyarakat terhadap kyai sering dipandang sebagai salah satu wujud pengabdiannya kepada agama dan Tuhan, karena itu berbagai kebijakan kyai, baik dalam lingkup keagamaan maupun sosial kemasyarakatan akan selalu diikuti oleh masyarakatnya.

5 Di tengah krisis kepemimpinan, sistem pemerintahan dan kenegaraan Indonesia yang tidak memiliki moralitas cukup, pengembalian peran tokoh bermoral seperti kyai menjadi amat penting untuk tidak hanya menjadi penjaga moralitas umat, tetapi juga mengembalikan tata perpolitikan dan pendidikan Indonesia yang mengedepankan karakter bangsa Indonesia dan moralitas. Kepemimpinan merupakan ruh yang menjadi pusat sumber gerak organisasi untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan yang berkaitan dengan kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok (Mulyono, 2009:143). Kepemimpinan yang baik merupakan suatu harapan bagi tiap organisasi karena melalui kepemimpinan yang baik ini dianggap akan mampu menciptakan suatu kelancaran pelaksanaan program organisasi dan perwujudan tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan akan gagal sebagian bisa ditentukan oleh kepemimpinan. Hal ini dikarenakan keberhasilan organisasi dalam menjalankan programnya sudah tentu didukung pula oleh kepemimpinan yang baik. Oleh sebab itu kepala sekolah sebagai seorang pemimpin diharapkan memiliki kompetensi yang baik. Keberadaan kyai sebagai pimpinan pesantren, ditinjau dari peran dan fungsinya dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang unik, karena selain memimpin lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya bertugas

6 menyusun kurikulum, membuat tata tertib, merancang sistem evaluasi sekaligus melaksanakan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan ilmu agama yang diasuhnya, dia juga sebagai pembina, pendidik umat serta pemimpin masyarakat. Kondisi demikian menuntut seorang kyai dalam peran dan fungsinya untuk memiliki kebijaksanaan dan wawasan, terampil dalam ilmu-ilmu agama, mampu menanamkan sikap dan pandangan serta wajib menjadi top figur (teladan) sebagai pemimpin yang baik, lebih jauh lagi kyai di pesantren dikaitkan dengan kekuasaan supranatural yang dianggap figur ulama adalah pewaris risalah kenabian, sehingga keberadaannya dianggap memiliki kedekatan hubungan dengan Tuhan (Arifin, 2003: 45). Model kepemimpinan kyai dengan segala karakteristiknya berperan besar dalam menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang komprehensif dan tetap eksis mengikuti perkembangan teknologi serta memberikan bekal life skill bagi para santri dan menjalin hubungan dengan lembaga lain dan masyarakat. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana kepemimpinan kyai dalam mengelola pondok pesantren dan Madrasah Aliyah di MA WI Kebarongan Banyumas? B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana kepemimpinan kyai dalam mengelola pondok pesantren dan

7 Madrasah Aliyah, dengan sub fokus penelitiannya yaitu. 1. Bagaimana kepemimpinan kyai dalam mengelola sumber daya manusia yang ada di pondok pesantren dan Madrasah Aliyah? 2. Bagaimana kemampuan kyai dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di pondok pesantren dan Madrasah Aliyah? 3. Bagaimana peran kyai dalam menjalin kerjasama dengan anggota pondok pesantren dan Madrasah Aliyah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus dan sub fokus penelitian di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan. 1. Kepemimpinan kyai dalam mengelola sumber daya manusia yang ada di pondok pesantren dan Madrasah Aliyah. 2. Kemampuan kyai dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di pondok pesantren dan Madrasah Aliyah. 3. Peran kyai dalam menjalin kerjasama yang efektif dengan anggota pondok pesantren dan Madrasah Aliyah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang pendidikan di pondok pesantren, yang mengacu pada kepemimpinan kyai dalam mengelola pondok pesantren dan

8 Madrasah Aliyah. 2. Manfaat praktis a. Bagi kyai, dapat menjadi acuan dalam mengelola pondok pesantren dan Madrasah Aliyah agar menjadi institusi pendidikan yang berkualitas. b. Bagi kepala madrasah, hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam memimpin madrasah dan menjadi panutan bagi anggota madrasah. c. Bagi madrasah, dengan adanya kepala madrasah yang memiliki kemampuan dalam mengelola madrasah diharapkan dapat meningkatkan kualitas madrasah. d. Bagi peneliti berikutnya, dapat menjadi acuan atau sebagai salah satu bahan pustaka dalam rangka mengembangkan pengetahuan, khususnya yang berkenaan dengan kepemimpinan kyai dalam mengelola pondok pesantren dan Madrasah Aliyah. E. Definisi Istilah 1. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan atau seni untuk mempengaruhi perilaku orang-orang yang dipimpin agar mau bekerja menuju kepada satu tujuan yang ditetapkan atau diinginkan bersama. 2. Kyai adalah Pendiri atau pemimpin sebuah pesantren, sebagai muslim "terpelajar" yang telah membaktikan hidupnya "demi Allah" serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan Islam.

9 3. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam, di mana asrama sebagai tempat para santri belajar mengaji dan ilmu-ilmu agama Islam kepada seorang kiai. 4. Madrasah Aliyah adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama.