GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

284 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 16/2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 88 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS STAF AHLI BUPATI GUNUNGKIDUL

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENGHUBUNG PROVINSI RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 40 SERI D

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 12 TAHUN 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KELURAHAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 96 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2013

2017, No tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Keputusan Presiden

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMONGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA LANGSA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 15 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 99 TAHUN 2016

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

- 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 15 TAHUN 2010

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

Transkripsi:

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENATAAN ORGANISASI LEMBAGA NON STRUKTURAL PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang Mengingat : a. bahwa penataan organisasi berupa pembentukan, penghapusan dan penggabungan Lembaga Non Struktural selama ini yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah belum melalui mekanisme baku karena tidak adanya pedoman standarisasi dalam teknis pelaksanaannya; b. bahwa dalam rangka tertib administrasi agar lembaga yang ditetapkan berdaya guna dan berhasil guna, maka dipandang perlu menetapkan pedoman teknis dalam penataan organisasi Lembaga Non Struktural; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman Teknis Penataan Organisasi Lembaga Non Struktural Provinsi Jawa Tengah; : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah (Himpunan Peraturan Perundang-undangan Negara Halaman 86-92); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraaan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Negara Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4 Seri E Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8); 6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 5 Seri D Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENATAAN ORGANISASI LEMBAGA NON STRUKTURAL PROVINSI JAWA TENGAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah. 5. Asisten Administrasi adalah Asisten Administrasi Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah. 6. Biro Organisasi Dan Kepegawaian adalah Biro Organisasi Dan Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah. 7. Biro Hukum adalah Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah. 8. Penataan Organisasi Lembaga Non Struktural adalah proses mengenai Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Lembaga Non Struktural.

9. Lembaga Non Struktural yang selanjutnya disingkat LNS adalah lembaga non eselon yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas Pemerintah Daerah. 10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 11. Produk Hukum Daerah adalah Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah. BAB II KEDUDUKAN DAN KRITERIA Pasal 2 (1) LNS berkedudukan sebagai lembaga independen yang dibentuk dengan kriteria memiliki urgensi terhadap suatu tugas khusus tertentu yang tidak dapat diwadahi dalam SKPD, memiliki keunikan tertentu, karakteristik yang terintegrasi serta efektif dalam melaksanakan tugasnya. (2) Urgen, yaitu bersifat sangat strategis dan/atau permasalahan yang memerlukan penanganan segera. (3) Unik, berarti tidak ada SKPD lain yang memiliki peran, tugas dan fungsi yang serupa. (4) Karakteristik yang terintegrasi, berarti memiliki pola hubungan yang jelas yaitu tertulis dalam aturan pembentukannya, sehingga tidak ada tumpang tindih meskipun memiliki keserumpunan jenis tugas dan fungsi. (5) Efektif, berarti bahwa kemanfaatannya dirasakan oleh masyarakat ataupun pemerintah daerah. BAB III DASAR PENATAAN LNS Pasal 3 Penataan Organisasi LNS dilaksanakan oleh pemerintah daerah, berdasarkan atas: a. perintah peraturan perundang-undangan; b. skala prioritas dan kebutuhan daerah. BAB IV PEMBENTUKAN LNS Bagian Pertama Persyaratan Pembentukan dan Nomenklatur LNS Pasal 4 (1) Pembentukan Organisasi LNS ditetapkan dengan produk hukum daerah yang berpedoman pada Peraturan Gubernur ini.

(2) Produk hukum daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sekurangkurangnya memuat mengenai kedudukan, tugas dan fungsi, susunan organisasi, keanggotaan, tata kerja, kepegawaian dan pembiayaan. Pasal 5 Persyaratan dalam membentuk LNS di lingkungan Pemerintah Daerah, adalah : a. masalah khusus; b. di luar struktur dan tupoksi yang ada; c. lintas sektor; d. bersifat sementara. Pasal 6 (1) Nomenklatur LNS meliputi Komisi, Dewan, Komite, Forum, Pengelola, atau nomenklatur lain sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Susunan organisasi LNS menyesuaikan dengan Peraturan perundangan yang mengamanatkan pembentukannya dan berdasarkan prinsip-prinsip organisasi. Bagian Kedua Pengajuan Pengaturan LNS Pasal 7 (1) SKPD mengajukan usul pembentukan, penghapusan dan penggabungan LNS 1 (satu) tahun sebelumnya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. (2) Pengajuan usul pembentukan, penghapusan dan penggabungan LNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai pertimbangan yuridis, filosofis, sosiologis dan teknis. (3) Pengajuan usulan dapat dilakukan menyimpang dari ketentuan 1 (satu) tahun apabila diamanatkan oleh peraturan perundangundangan dan/atau keadaan darurat. Bagian Ketiga Pembentukan LNS Melalui Peraturan Daerah Pasal 8 LNS yang diamanatkan pembentukannya dengan Peraturan Daerah, dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keempat Pembentukan LNS Melalui Peraturan Gubernur Paragraf 1 Prosedur Pembentukan Tim Penyusun Rancangan Peraturan Gubernur Pasal 9 (1) Gubernur membentuk Tim Penyusunan Peraturan Gubernur tentang Pembentukan LNS.

(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. Ketua : Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian. b. Sekretaris : Kepala Biro Hukum. c. Anggota : Pejabat/staf dari SKPD terkait. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (4) Ketua Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaporkan perkembangan Rancangan Peraturan Gubernur kepada Sekretaris Daerah. Paragraf 2 Penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur Pasal 10 (1) Tim, menyusun rancangan Peraturan Gubernur tentang pembentukan LNS disertai pertimbangan yuridis, filosofis, sosiologis dan teknis serta mengutamakan kedayagunaan. (2) Pembahasan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari unsur Biro Organisasi Dan Kepegawaian, Biro Hukum, SKPD terkait, dan SKPD lain yang tugas pokok dan fungsinya terkait dengan LNS yang sedang disusun. (3) Tim, menyampaikan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian untuk mendapatkan kajian analisis organisasi. (4) Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian menyampaikan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Kepala Biro Hukum untuk mendapatkan kajian analisis hukum. (5) Dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi, apabila dipandang perlu Biro Hukum dapat mengundang SKPD terkait untuk membahas Rancangan Peraturan Gubernur. Pasal 11 (1) Rancangan Peraturan Gubernur yang telah dikaji dan dibahas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) harus mendapatkan paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian. (2) Kepala Biro Hukum mengajukan Rancangan Peraturan Gubernur yang telah mendapat paraf koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Pasal 12 (1) Sekretaris Daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap Rancangan Peraturan Gubernur yang telah diparaf koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1). (2) Perubahan dan/atau penyempurnaan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada Tim sebagaimana diatur pada Pasal 9 ayat (2).

(3) Hasil penyempurnaan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Sekretaris Daerah setelah dilakukan paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian. (4) Sekretaris Daerah menyampaikan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Gubernur untuk ditandatangani. Bagian Kelima Pembentukan LNS Melalui Keputusan Gubernur Pasal 13 Pembentukan LNS dilakukan melalui Keputusan Gubernur apabila diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. BAB V PENGHAPUSAN LNS Bagian Pertama Identifikasi dan Evaluasi LNS Pasal 14 (1) Biro Organisasi Dan Kepegawaian wajib melakukan identifikasi LNS setiap tahun. (2) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka evaluasi terhadap eksistensi LNS. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pertimbangan yuridis, filosofis dan sosiologis serta mempertimbangkan sisi urgensi, keunikan/khas, efektifitas dan efisiensi. (4) Pimpinan SKPD dapat mengusulkan evaluasi LNS kepada Biro Organisasi Dan Kepegawaian. (5) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian atau Pimpinan SKPD terkait dapat sebagai pemrakarsa untuk mengusulkan kepada Gubernur untuk dilakukan penghapusan LNS. Bagian Kedua Penghapusan LNS melalui Peraturan Daerah Pasal 15 Penghapusan LNS yang diamanatkan pembentukannya dengan Peraturan Daerah, dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Penghapusan LNS Melalui Peraturan Gubernur Pasal 16 (1) Kepala daerah membentuk Tim Penyusunan Peraturan Gubernur tentang Penghapusan LNS.

(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. Ketua : Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian. b. Sekretaris : Kepala Biro Hukum. c. Anggota : Pejabat/staf dari SKPD terkait. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (4) Ketua Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaporkan perkembangan Rancangan Peraturan Gubernur kepada Sekretaris Daerah. Pasal 17 (1) Tim, menyusun rancangan Peraturan Gubernur tentang penghapusan LNS disertai pertimbangan yuridis, filosofis, sosiologis dan teknis serta mengutamakan kedayagunaan. (2) Pembahasan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari Biro Organisasi Dan Kepegawaian, Biro Hukum, SKPD terkait, dan SKPD lain yang tugas pokok dan fungsinya terkait dengan LNS yang akan dihapus. (3) Tim, menyampaikan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian untuk mendapatkan kajian analisis organisasi. (4) Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian menyampaikan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Kepala Biro Hukum untuk mendapatkan kajian analisis hukum. (5) Dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi, apabila dipandang perlu Biro Hukum dapat mengundang SKPD terkait untuk membahas Rancangan Peraturan Gubernur. Pasal 18 (1) Rancangan Peraturan Gubernur yang telah dikaji dan dibahas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) harus mendapatkan paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian. (2) Kepala Biro Hukum mengajukan Rancangan Peraturan Gubernur yang telah mendapat paraf koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Pasal 19 (1) Sekretaris Daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap Rancangan Peraturan Gubernur yang telah diparaf koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1). (2) Perubahan dan/atau penyempurnaan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada Tim sebagaimana diatur pada Pasal 16 ayat (2). (3) Hasil penyempurnaan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Sekretaris Daerah setelah dilakukan paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian.

(4) Sekretaris Daerah menyampaikan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Gubernur untuk ditandatangani. Bagian Keempat Penghapusan LNS melalui Keputusan Gubernur Pasal 20 Penghapusan LNS yang diamanatkan pembentukannya dengan Keputusan Gubernur, dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB VI PENGGABUNGAN LNS Bagian Pertama Identifikasi dan Evaluasi LNS Pasal 21 (1) Biro Organisasi Dan Kepegawaian wajib melakukan identifikasi LNS setiap tahun. (2) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka evaluasi terhadap eksistensi LNS. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pertimbangan yuridis, filosofis dan sosiologis serta mempertimbangkan sisi urgensi, keunikan/khas, efektifitas dan efisiensi. (4) Pimpinan SKPD dapat mengusulkan evaluasi LNS kepada Biro Organisasi Dan Kepegawaian. (5) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian atau Pimpinan SKPD terkait dapat sebagai pemrakarsa untuk mengusulkan kepada Gubernur untuk dilakukan penggabungan LNS. Bagian Kedua Peraturan Penggabungan LNS Pasal 22 Penggabungan LNS ditetapkan dengan produk hukum daerah yang berpedoman pada Peraturan Gubernur ini. Bagian Ketiga Prosedur Penggabungan LNS Pasal 23 (1) Gubernur membentuk Tim Penyusunan Peraturan Gubernur tentang Penggabungan LNS. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. Ketua : Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian. b. Sekretaris : Kepala Biro Hukum. c. Anggota : Pejabat/staf dari SKPD terkait. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

(4) Ketua Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaporkan perkembangan Rancangan Peraturan Gubernur kepada Sekretaris Daerah. Pasal 24 (1) Tim menyusun rancangan Peraturan Gubernur tentang penggabungan LNS disertai pertimbangan yuridis, filosofis, sosiologis dan teknis serta mengutamakan kedayagunaan. (2) Pembahasan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari Biro Organisasi Dan Kepegawaian, Biro Hukum, SKPD terkait, dan SKPD lain yang tugas pokok dan fungsinya terkait dengan LNS yang akan digabung. (3) Tim, menyampaikan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian untuk mendapatkan kajian analisis organisasi. (4) Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian menyampaikan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Kepala Biro Hukum untuk mendapatkan kajian analisis hukum. (5) Dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi, apabila dipandang perlu Biro Hukum dapat mengundang SKPD terkait untuk membahas Rancangan Peraturan Gubernur. Pasal 25 (1) Rancangan Peraturan Gubernur yang telah dikaji dan dibahas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) harus mendapatkan paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian. (2) Kepala Biro Hukum mengajukan Rancangan Peraturan Gubernur yang telah mendapat paraf koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Pasal 26 (1) Sekretaris Daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap Rancangan Peraturan Gubernur yang telah diparaf koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1). (2) Perubahan dan/atau penyempurnaan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada Tim sebagaimana diatur pada Pasal 22 ayat (2). (3) Hasil penyempurnaan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Sekretaris Daerah setelah dilakukan paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian. (4) Sekretaris Daerah menyampaikan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Gubernur untuk ditandatangani. BAB VII TATA KERJA Pasal 27 Pimpinan LNS dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 28 Dalam melaksanakan tugasnya LNS : a. wajib berkoordinasi dengan SKPD terkait dalam rangka koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi. b. dapat dibantu Sekretariat yang anggotanya berasal dari Pegawai Negeri Sipil pada SKPD terkait. c. wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur cq. Sekretaris Daerah melalui SKPD terkait paling sedikit 1 (satu) tahun 1 (satu) kali dan/atau sewaktu-waktu diperlukan. Pasal 29 Apabila di kemudian hari tugas, fungsi serta kewenangan LNS bersinggungan atau sama dengan SKPD, maka Kepala Biro Organisasi Dan Kepegawaian, Pimpinan SKPD terkait wajib menyampaikannya kepada Gubernur cq. Sekretaris Daerah untuk dapat disempurnakan. BAB VIII KEPEGAWAIAN Pasal 30 (1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, Pimpinan LNS dapat mengangkat staf sesuai kebutuhan dan kemampuan organisasi dengan terlebih dahulu memperoleh persetujuan Sekretaris Daerah. (2) Pengangkatan dan pemberhentian staf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan LNS. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 31 Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Peraturan Gubernur ini dapat dibebankan pada : a. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah; c. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 32 LNS yang telah terbentuk sebelum berlakunya Peraturan Gubernur ini tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan.

BAB XI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 33 Ketentuan mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabungan LNS dapat berubah sepanjang diamanatkan dalam peraturan perundangundangan. BAB XII PENUTUP Pasal 34 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah. Ditetapkan di Semarang pada tanggal 11 Desember 2012 GUBERNUR JAWA TENGAH ttd Diundangkan di Semarang pada tanggal 11 Desember 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH ttd HADI PRABOWO BIBIT WALUYO BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 NOMOR 59.