Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap Sifat Mekaniknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

STUDI PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) DENGAN PEWARNA DAN RASA SECANG

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

Universitas Jember Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

SINTESIS PLASTIK BIODEGRADABLE AMILUM BIJI DURIAN DENGAN GLISEROL SEBAGAI PENAMBAH ELASTISITAS (PLASTICIZER)

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan plastik karena dinilai lebih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN AWAL PEMBUATAN FILM PLASTIK (BAHAN PLASTIK PENGEMAS) DARI PATI BATANG UBI KAYU

Pengaruh Penambahan Tepung Bulu Ayam dan Pati Kulit Pisang Terhadap Sifat Mekanik dan Biodegradabilitas Plastik Campuran Polipropilena Bekas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

4 Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

4 Hasil dan pembahasan

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 sampai Agustus 2013,

PENGARUH PENAMBAHAN GULA JAGUNG TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN BIODEGRADABILITAS PLASTIK CAMPURAN POLYPROPYLENE BEKAS DAN PATI SAGU

3 Metodologi penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GELATIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN BIODEGRADABILITAS PLASTIK CAMPURAN POLIETILEN TEREFTALAT BEKAS DAN PATI SAGU

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Pengaruh Penambahan NaOH Terhadap Karakteristik Bioplastik Tepung Porang

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

BAB 5. Sifat Mekanis Nano Komposit Bentonit

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP SIFAT MEKANIK FILM PLASTIK BIODEGRADASI DARI PATI KULIT SINGKONG

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

SINTESA PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI SAGU DENGAN GLISEROL DAN SORBITOL SEBAGAI PLASTICIZER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

3 Metodologi Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN PATI TALAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT BIODEGRADABEL PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILENA DAN GULA JAGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI SINGKONG SEBAGAI PENGEMAS MAKANAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

3 Metodologi Penelitian

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

4. Hasil dan Pembahasan

BAB III BAHAN DAN METODE

EFEK KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BIOPLASTIK SORGUM ABSTRAK

Transkripsi:

178 NATURAL B, Vol. 2, No. 2, Oktober 2013 Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap S. J Iswarin1)*, L. Nuriyah1), A. I. Sriwilujeng1) 1) Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang Diterima 02 Agustus 2013, direvisi 16 Oktober 2013 ABSTRAK Untuk mengatasi masalah sampah plastik yang semakin menumpuk, kami buat plastik biodegradabel dari pati dengan metil akrilat sebagai inisiator. Plastik biodegradabel dibuat dengan metode grafting pada berbagai variasi komposisi pati garut dan metil akrilat. Variasi komposisi pati garut dan metil akrilat yang digunakan adalah 30:70; 35:65; 40:60; 45:55; 50:50. Hasil dari uji mekanik menunjukkan bahwa nilai kuat tarik dan persen pemanjangan terbesar diperoleh pada komposisi 30:70. Mencapai (14,8 ± 2,8) MPa pada nilai kuat tarik dan (5,33 ± 0,08)% untuk persen pemanjangan. Nilai ini sesuai dengan hasil analisis FTIR. Disini nilai kuat tarik sebanding dengan nilai absorbansi gugus metil akrilat yang menunjukkan konsentrasi gugus fungsi C atau jumlah gugus fungsi yang terbentuk. Semakin besar nilai konsentrasi maka nilai kuat tarik akan semakin besar, sedangkan nilai persen pemanjangan dipengaruhi oleh banyaknya gugus COC pada pati garut yang terbentuk. Kata kunci: plastik biodegradable, kemasan palstik, metode grafting. ABSTRACT In order to addressing the problem of plastic waste accumulating, we made biodegradable plastic from starch with methyl acrylate as initiator. The biodegradable plastics are made by grafting method on a variety of arrowroot starch composition and methyl acrylate. Variations in the composition of arrowroot starch and methyl acrylate used was 30:70; 35:65; 40:60; 45:55; and 50:50. Results of the mechanical tests e.g. tensile strength and percent elongation on plastics, show that the best value is obtained on the composition of 30:70. It reaches of (14,8 ± 2,8) MPa in tensile strength, and (5,33 ± 0,08)% in elongation percent. This value is in accordance with the results of FTIR analysis. In here, the value of tensile strength is consistence with the value of absorbance of methyl acrylate, which indicates the concentration of functional groups CC or the number of functional groups that formed. The greater of the concentration will be the greater of the tensile strength, while the percent elongation values are influenced by the number of functional groups COC formed by arrow root starch. Keywords: biodegradable plastic, plastics packaging, grafting methods PENDAHULUAN Bahan pengemas semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi komoditi perdagangan yang penting adalah plastik karena mempunyai banyak sifat unggul seperti kuat, ringan, transparan, tahan air, serta *Corresponding author : Email: iswarin@ub.ac.id harganya yang relatif murah sehingga terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Plastik yang digunakan umumnya plastik konvensional, merupakan plastik sintetik yang terbuat dari bahan kimia yang tidak mudah hancur baik oleh hujan, panas matahari ataupun mikroorganisme yang ada dalam tanah. Oleh karena itu, peningkatan pemakaian plastik konvensional dapat menyebabkan terjadinya penumpukan limbah dalam jumlah yang sangat besar sehingga menyebabkan pencemaran serta kerusakan lingkungan.

S. J Iswarin, dkk : Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap 179 Salah satu alternatif untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya pencemaran plastik adalah dengan menggunakan plastik yang dapat terurai secara alami (plastik biodegradabel) sebagai pengganti plastik konvensional. Plastik biodegradabel merupakan plastik yang terbuat dari material yang dapat terurai oleh mikroorganisme. Material ini berupa senyawasenyawa yang terdapat dalam tanaman antara lain pati, protein, serta senyawa yang terdapat dalam hewan seperti chitin dan lipid. Penelitian plastik yang mudah terurai secara alami (plastik biodegradabel) berbahan baku campuran berbagai macam pati dengan plastik konvensional telah dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Pembuatan plastik biodegradabel berbahan baku pati garut dilakukan oleh [3] dengan menggunakan metode blending. Plastik berbahan baku pati garut memiliki sifat mekanik cukup tinggi seperti halnya pati ubi jalar dan ubi kayu [2]. Akan tetapi tanamangarut merupakan tumbuhan yang mudah dibudidaya dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Metode lain yang dapat digunakan dalam pembuatan plastik biodegradabel adalah metode grafting. Grafting (pencangkokan) secara kimia pada polimer sintetik dan polimer alami diharapkan mampu menghasilkan bahan baku kemasan yang tidak tembus oleh air, berkekuatan mekanis, ramah terhadap lingkungan dan mempunyai harga yang lebih ekonomis. Penelitian yang dilakukan oleh [7] menunjukkan bahwa biodegradasi kopolimerisasi cangkok antara pati dan metil akrilat dengan menggunakan jamur Aspergillus niger menghasilkan perubahan yang berarti. Biodegradasi hanya terjadi pada pati saja, sedangkan metil akrilat tidak terbiodegradasi. Penelitian ini diharapkan menjadi terobosan pada dunia industri plastik, untuk memproduksi plastik yang ramah lingkungan. Sehingga dapat mengurangi penggunaan plastik konvensional yang membahayakan lingkungan METODE PENELITIAN Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah blender, kompor listrik, panci, gelas beker, termostat, pipet, gelas ukur, ayakan dengan mesh 21 dan 61, oven, mixer, timbangan pegas, grenda, fraise, timbangan digital, loyang, kertas ph dan desikator. Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pati garut, metil akrilat, akuades, ceric ammonium nitrate, gas nitrogen, asam nitrat, NaOH, H2SO4 dan CaCl2. Sampel dibuat dengan mencampur pati dan aquades dengan pemanasan pada suhu 90 C sampai terbentuk gel. Pati gelatin kemudian dicampur dengan metil akrilat sampai merata. Pencampuran dilakukan pada suhu 45 C dengan dialiri gas nitrogen. Hasil campuran ditambah inisiator (larutan ceric ammonium nitrate pada asam sulfat) untuk membentuk radikal bebas. Pemberian ceric ammonium nitrate dilakukan sedikit demi sedikit untuk menghindari terjadinya penggumpalan. Komposisi bahanbahan yang digunakan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi bahan sampel plastik. Pati (gram) 30 35 40 45 50 Metil akrilat 70 65 60 55 50 CAN (gram) Aquades (gram) 600 700 800 900 1000 H2SO4 (ml) Campuran yang dihasilkan masih dalam keadaan asam, selanjutnya ditambahkan NaOH hingga diperoleh sampel netral atau mempunyai ph 7 [1]. Adonan kemudian dituang dalam loyang dan dikeringkan. Setelah sampel kering dibentuk sesuai dengan keperluan pengujian. Sampel untuk uji sifat mekanik dibentuk sesuai dengan standart ASTM untuk uji plastik. Uji sifat mekanik sampel plastik yang telah dibuat meliputi nilai kuat tarik dan persen pemanjangan. Pengambilan data untuk uji sifat mekanik dilakukan dengan memberikan tegangan pada salah satu ujung sampel, dimana kedua ujung sampel dijepit pada alat uji tarik.pemberian tegangan dilakukan dengan kelipatan 5 newton sampai sampel putus. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Sedang sampel untuk uji FTIR, dibuat

180 S. J Iswarin, dkk : Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap dengan menghaluskan plastik biodegradabel kering, selanjutnya dicampur KBr dengan perbandingan 1:100 dan dibentuk pellet (cakram). Uji FTIR tidak hanya diberikan pada sampel plastik yang dibuat, tetapi juga dilakukan pada pati garut dan metil akrilat murni. Puncak transmitansi atau puncak absorbansi pada harga bilangan gelombang dari hasil spektrum inframerah, dapat diketahui gugusgugus fungsi yang terbentuk pada sampel yang dihasilkan. Selain itu diperoleh data berupa % transmitansi dan area dari setiap puncak transmitans. Dengan prosentase transmitansi dan luasan area suatu gugus fungsi dapat dianalisis pengaruh gugusgugus fungsi terhadap harga nilai kuat tarik dan persen pemanjangan. Hasil FTIR memberikan data persen transmitansi sedangkan hubungan kuantitas yang linier dengan konsentrasi adalah nilai absorbansi. Jadi nilai transmitansi diubah menjadi nilai absorbansi dengan menggunakan persamaan: A= log 1/T= log T HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukan pembuatan sampel plastik biodegradabel, terlebih dahulu dilakukan uji FTIR dari pati garut dan metil akrilat yang akan digunakan. Hasil spektrum dari pati garut tampak pada Gambar 1 sedangkan spektrum metil akrilat diperlihatkan pada Gambar 2. garut dan metil akrilat menghasilkan sampel plastik yang sama, hanya berbeda dalam jumlah sesuai komposisinya. Gambar 2. Spektrum FTIR metil akrilat. Hasil spektroskopi infra merah pati garut, metil akrilat dan sampel plastik yang dihasilkan memberikan gugusgugus fungsi yang bersesuaian, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Gugus fungsi pati garut,metal akrilat dan plastik biodegradabel. Bilangan Pati garut Gelombang Metil akrilat (cm1) Plastik Gugus Fungsi 3318,30 3443,66 OH 2932,56 2954,74 2928,71 CH 1416,62 1438,80 1448,44 CC 1375,15 1382,82 CO 1733,89 1734,85 C=O 1156,25 1637,45 1182,28 1634,56 1157,21 1628,77 COC C=C Gugus fungsi sampel plastik yang dibuat merupakan gabungan dari gugus fungsi pati garut dan metil akrilat. Gabungan gugus fungsi pada spektrum plastik yang dihasilkan membuktikan bahwa pencampuran yang terjadi antara pati garut dan metil akrilat tidak mengubah struktur pati garut dan metil akrilat. Gambar 1. Spektrum FTIR pati garut. Hasil sampel plastik dari pati garut dan metil akrilat, berupa bubur umbi dengan warna kuning kecoklatan. Perbedaan komposisi pati Gambar 3. Sampel plastik biodegradabel yang dihasilkan dari pati garut dan metil akrilat. Rasio komposisi antara pati garut dan

S. J Iswarin, dkk : Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap 181 metil akrilat memberikan perbedaan nilai absorbansi dari masingmasing gugus fungsi yang terbentuk. Perbedaan nilai absorbansi dari gugus fungsi tertentu menghasilkan sifat mekanik yang berbeda pula. Hasil FTIR dari sampel plastik yang dibuat tersaji dalam grafik Gambar 4 dan Tabel 3. Tabel 3. Prosentase absorbansi dari sampel plastik yang dibuat. Abs (%) P:MA pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada spektrum FTIR sampel plastik terdapat perbedaan baik % transmitan maupun area setiap puncak dari gugus fungsi yang terbentuk. Metode spektrofotometri mencatat intensitas sinar yang ditransmisikan terhadap intensitas sinar awal yang melalui bahan, hingga diperoleh hubungan antara intensitas yang mencapai detektor dengan konsentrasi komponen dalam bahan [4]. CO CC C=O C=C COC OH CO 30:70 0,347 0,457 0,461 0,351 0,574 0,546 0,678 35:65 0,375 0,358 0,1 0,333 0,538 0,578 0,543 I II III ± (%) 40:60 0,316 0,205 0,345 0,409 0,305 0,297 0,402 30:70 15,2 13,4 15,7 14,8 ± 2,8 45:55 0,427 0,301 0,210 0,384 0,267 0,486 0,434 35:65 11,4,2 10,2 11,3 ± 2,2 50:50 0,475 0,357 0,383 0,353 0,275 0,548 0,530 40:60 6,2 6,9 5,7 6,3 ± 1,7 45:55 5,9 5,2 5,6 5,6 ± 1,0 50:50 Tabel 4. Nilai kuat tarik sampel. P:MA Abs (%) Nilai untuk Uji Tarik (MPa) Dengan diketahuinya gugus fungsi yang terdapat dalam bahan, maka dapat diramalkan sifat fisis dan kimia plastik yang dihasilkan. Salah satunya adalah nilai kekuatan tarik. Komposisi MA (%) Komposisi pati (%) Gambar 5. Kurva hubungan antara nilai kuat dengan komposisi bahan dipergunakan. Gambar 4. Spektrum FTIR plastic biodegradabel Pengaruh gugus fungsi terhadap kuat tarik. Data nilai kuat tarik dari hasil pengujian tarik yang Berdasarkan data Tabel 4 dan Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin banyak pati garut dan semakin sedikit metil akrilat yang digunakan maka semakin rendah nilai kuat tarik yang dihasilkan. Nilai kuat tarik paling besar diperoleh pada perbandingan komposisi pati garut dengan metil akrilat yaitu 30:70 yang mencapai (14,8 ± 2,8) MPa dan nilai terendah pada perbandingan 45:55 mencapai (5,6 ± 1,0) MPa. Pada komposisi 50:50 sampel rapuh, sehingga nilai kuat tarik tidak dapat diketahui. Berdasarkan Tabel 4 nilai kuat tarik

182 S. J Iswarin, dkk : Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap menurun, berbanding lurus dengan nilai absorbansi pada gugus fungsi metal akrilat. Semakin banyak pati garut nilai absorbansi dari gugus fungsi metil akrilat akan menurun. Penurunan nilai absorbansi pada gugus fungsi CC, C=O, dan C=C. Analisis FTIR, menunjukkan semakin tinggi nilai absorbansi CC maka rantai yang terbentuk semakin panjang. Semakin banyak rantai ikatan metil akrilat yang terbentuk, maka semakin besar pula nilai kuat tarik. Gugus fungsi CC mempunyai pengaruh besar terhadap nilai kuat tarik yang dihasilkan. Gugus CC merupakan rantai utama, maka polimer dengan rantai karbon yang panjang mempunyai struktur yang lebih padat dibandingkan dengan rantai karbon yang pendek [8]. Sampel dengan jumlah rantai karbon yang panjang mempunyai kekuatan tarik yang besar. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan tarik dipengaruhi oleh gugus fungsi metal akrilat teruatama gugus fungsi CC sedangkan gugus fungsi pati garut berperan kecil pada nilai kuat tarik yang dihasilkan. Polimetil akrilat mempunyai kekuatan tarik yang cukup besar tetapi bersifat kurang elastik. Pengaruh gugus fungsi terhadap persen pemanjangan. Regangan adalah pertambahan panjang yang diukur setelah sampel putus. Regangan pada suatu bahan diakibatkan oleh adanya tegangan. Regangan merupakan ukuran kekenyalan suatu bahan. Persen pemanjangan merupakan regangan maksimum yang dicapai oleh sampel yang dimulai dari deformasi elastis sampai deformasi plastis. Pertambahan panjang pada bahan mengakibatkan penciutan penampang pada daerah deformasi elastis sampai deformasi plastis. Tabel 5. Nilai persen pemanjangan plastik berbahan baku pati garut dan metil akrilat. P:MA Abs (%) I II III ± 30:70 6,00 6,00 5,53 ± 0,08 35:65 8,00 5,33 ± 0,13 40:60 6,00 3,00 4,33 ± 1,55 45:55 8,00 3,00 5,00 ± 0,11 50:50 Persentase Pemanjangan(MPa) Komposisi MA (%) Komposisi pati (%) Gambar 6. Grafik hubungan antara persen pemanjangan dengan komposisi bahan yang dipergunakan Tabel 5 dan Gambar 6 menunjukkan semakin tinggi komposisi pati garut, nilai persentase pemanjangan semakin menurun. Harga nilai persentase pemanjangan terbesar diperoleh pada komposisi 30:70 mencapai (5,33 ± 0,08)%. Terdapat penurunan yang cukup signifikan, yaitu pada komposisi 40:60 mencapai (4,33 ± 1,55)%. Berdasarkan analisis FTIR yang dilakukan pada sampel, diketahui bahwa nilai absorbansi dari gugus pati garut pada komposisi 40:60 jauh lebih kecil dibandingkan sampel lain. Kecilnya nilai absorbansi ini menunjukkan bahwa rantai pati garut semakin pendek. Sebagaimana telah diketahui, gugus COC, OH dan CO merupakan gugus yang menunjukkan karakterisasi pati garut. Gugus fungsi COC mempunyai pengaruh besar terhadap nilai persen pemanjangan. Struktur rantai pati garut, dapat dilihat bahwa gugus COC merupakan gugus yang menyebabkan pati mempunyai struktur yang bercabang. Oleh karena pati mempunyai struktur rantai yang bercabang maka sampel dengan rantai pati garut yang sedikit akan mempunyai kemampuan meregang semakin kecil. KESIMPULAN Plastik yang dihasilkan merupakan campuran antara pati garut dan metil akrilat. Berdasarkan analisis spektroskopi FTIR dan uji mekanik dapat disimpulkan bahwa pencampuran metil akrilat dan pati garut yang dilakukan pada suhu 40 C 45 C tidak terjadi pencangkokan (grafting) melainkan terjadi secara blending.

S. J Iswarin, dkk : Hubungan Gugus Fungsi Plastik Biodegradabel Metil Akrilat dan Pati Garut Terhadap 183 Hasil pengujian menunjukkan semakin tinggi komposisi pati garut dan semakin rendah metal akrilat yang digunakan maka kuat tarik dan persen pemanjangan yang dihasilkan akan semakin turun. Nilai kuat tarik paling besar terdapat pada sampel dengan perbandingan komposisi pati garut : metil akrilat yaitu 30:70 yang mencapai (14,8 ± 2,8) MPa. Besarnya nilai kuat tarik dipengaruhi oleh gugus fungsi CC yang merupakan rantai utama dalam polimer. Nilai persen pemanjangan paling tinggi diperoleh pada komposisi 30:70 sebesar (5,33 ± 0,08) %. Besarnya nilai persen pemanjangan dipengaruhi oleh gugus fungsi COC yang merupakan gugus percabangan pada pati garut. Sebagai saran, penulis menyarankan perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan bahan yang sama dengan suhu propagasi yang digunakan dinaikkan. Selain itu perlu juga dilakukan karakterisasi mikroskopis untuk mengetahui permukaan plastik. DAFTAR PUSTAKA [1] Fanta, G. F dan F. Otey (1989), Moisture shrinkable films from starch graft copolymers, USA. [2] Fitri, N. A. (2007), Pengaruh jenis pati terhadap kuat tarik dan persen pemanjangan plastik biodegradabel dengan metode grafting, Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang. [3] Meilinda, R.R. (2004), Studi pemanfaatan pati garut untuk plastik biodegradabel, Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang. [4] Pine (1988), Kimia organik, ITB, Bandung. [5] Surdia, T. dan S. Saito (2000), Pengetahuan bahan teknik, Pradnya paramita, Jakarta.