BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor

dokumen-dokumen yang mirip
ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pengembangan potensi dirinya agar dapat menghadapi perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya sendiri, ia masih tergantung dan sangat membutuhkan bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

Nomer : Fakultas : Semester : IPK : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kewajiban utama yang harus dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan suatu proses pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar.

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Seorang siswa mempunyai tugas utama yaitu belajar. Belajar

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan sebuah kewajiban bagi manusia. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. perkelahian, korupsi, kekerasan antar kelompok, sikap individualistik,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. syarat terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PKN adalah singkatan dari pendidikan kewarga negaraan, PKN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari keluarga serta perhatian orang tua yang akan dibutuhkan anak ketika di dalam

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dian Widiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Menurut Sardiman (2014:12) Pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah ( Menurut UU No. 23 Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. bagi guru lebih terpusat pada transformasi nilai-nilai yang terpuji dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak di lahirkan, manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu yang

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi harus memperhatikan motivasi atau perubahan energi yang timbul dalam pribadi

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. secara menghafal atau standar ukuran intelegensi atau IQ.

SKRIPSI. Oleh Tri Zahrotul Jannah NIM

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Oleh: Parliyah SDN 3 Watuagung, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang diajarkan. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, dan. pada prestasi belajar siswa yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2003), belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara. Universitas Sumatera Utara

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Motivasi merupakan suatu dorongan yang dapat membantu seseorang. melakukan dan mencapai sesuatu aktivitas yang diinginkannya, jadi

BAB I PENDAHULUAN. juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :...

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan motor penggerak bagi pembangunan bangsa dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku (Hamzah B. Uno, 2011: 1). Motivasi belajar memegang peranan penting dalam aktivitas belajar siswa karena dengan adanya motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit putus kesalahan dalam belajarnya. Motivasi belajar yang tinggi juga tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. Apabila seseorang tidak memiliki motivasi belajar, maka ia tidak akan memiliki kemauan untuk berhasil, tidak ada keinginan untuk maju dalam belajarnya, dan sulit untuk memecahkan masalah yang ada dalam belajar. Pada masa sekarang ini khususnya dalam bidang pendidikan, banyak dipermasalahkan tentang krisis motivasi belajar, sehingga banyak dipertanyakan apakah siswa masih memiliki motivasi belajar mengingat kebanyakan siswa terbiasa dengan belajar musiman yaitu belajar hanya ketika menjelang ujian. Selain itu siswa cenderung tidak memiliki perhatian maupun antusiasme dalam belajar dan kebanyakan siswa tidak benar-benar memahami apa makna dan tujuan dalam belajar itu sendiri. 1

Hal itulah yang terjadi pada siswa kelas V di SD Negeri 2 Sokanegara. Peneliti mencoba mengobservasi beberapa kali pembelajaran di dalam kelas, hampir sebagian besar siswa tidak memiliki semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Saat guru sedang menerangkan materi, kebanyakan siswa malah mengobrol sendiri, ada yang mencoret-coret buku tulisnya yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan materi yang sedang diajarkan oleh gurunya. Selain itu terdapat salah satu siswa yang mengalamun sambil melihat atap dinding kelas. Guru sendiri terlihat tidak terlalu memperdulikan sikap dari siswanya itu. Sesekali saja guru hanya mengingatkan agar siswa tidak ramai sendiri lalu langsung melanjutkan kembali pelajaran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perhatian dan antusias siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah. Tidak hanya itu, berdasarkan buku catatan pribadi siswa selama satu semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 di saat guru mengecek pekerjaan rumah yang diberikan guru kepada siswanya, terdapat 17,5 % dari jumlah siswa, belum menyelesaikan pekerjaan rumahnya dengan berbagai alasan yang berbeda-beda. Pada kasus yang berbeda, di saat guru mencoba melakukan sebuah kompetisi dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok, siswa terlihat malasmalasan mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru sampai guru kelas harus turun tangan agar siswa mau membentuk kelompok. Keaktifan siswa dalam pembelajaran pun masih terlihat lemah dilihat pada saat diskusi kelompok berjalan. Berdasarkan data dari catatan guru di buku kegiatan kerja kelompok (pengembangan guru) mengenai keaktifan siswa dalam 4 bulan terakhir di semester ganjil, terdapat 32,5% 2

dari jumlah siswa terlihat tidak aktif dan tidak serius dalam kegiatan diskusi. Selain itu, berdasarkan dari data kehadiran siswa selama satu semester ganjil tahun ajaran 2011/2012, terdapat 7,5 % siswa yang jarang masuk sekolah tanpa alasan. Berdasarkan data dari catatan pribadi siswa selama satu semester ganjil pula tahun ajaran 2011/2012 terdapat 22,5% dari jumlah siswa yang datang terlambat ke sekolah. Fenomena di atas menandakan bahwa siswa kelas V di SD Sokanegara II memiliki motivasi belajar yang rendah. Keadaan seperti ini perlu segera diambil jalan keluarnya mengingat motivasi memegang peranan yang penting dalam aktivitas belajar siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan mengenai bagaimana menumbuhkan motivasi belajar pada anak dan hal ini akan melibatkan pihak-pihak yang berhubungan dengan anak. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) untuk menumbuhkan motivasi belajar anak, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Kedua faktor tersebut sangat berperan dalam pembentukan motivasi belajar siswa. Hal tersebut menandakan bahwa dalam motivasi belajar tidak sepenuhnya berasal dalam diri anak namun juga dapat dirangsang dari luar. Usaha rangsangan dari luar salah satunya yaitu dengan melibatkan orang yang paling dekat dengan diri anak, salah satunya adalah dengan guru. Di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, peran guru sangatlah vital. Apalagi bagi siswa SD dengan segala kemampuan yang dimilikinya masih sangat membutuhkan motivasi guru untuk membimbing mereka dalam menciptakan situasi belajar yang menimbulkan kompetisi yang sehat di antara siswa. 3

Dari keadaan tersebut, peneliti membandingkan dengan keadaan yang terjadi di SD tempat peneliti mengobservasi pada saat kegiatan belajar mengajar. Situasi belajar yang diciptakan guru terkesan belum mengarah terhadap pemberian motivasi karena jarang sekali terjadi interaksi yang mendalam di mana guru hanya memberikan tugas dan buku bacaan materi kepada siswa, tidak ada penekanan lebih yang dianggap sudah mampu menciptakan situasi belajar yang menimbulkan kompetisi yang sehat. Guru terkesan bahwa mereka hanya menyampaikan materi dan mengadakan proses belajar tanpa menimbulkan motivasi belajar itu sendiri terhadap apa yang mereka ajarkan. Hal ini bisa terlihat pada saat kegiatan belajar mengajar, guru terlihat menghabiskan waktu mereka di dalam kelas semata-mata hanya untuk menuangkan bahan pelajaran kepada pelajar. Mereka tidak memperhatikan apakah bahan yang mereka ajarkan itu bermanfaat dan mempengaruhi tingkah laku atau perkembangan pelajar ke arah yang positif. Fenomena ini mengindikasikan kurangnya kesadaran guru akan pengaruh dirinya terhadap pemberian motivasi belajar anak. Guru terkesan kurang memotivasi siswa, padahal guru juga memegang peranan penting dalam membentuk sistem interaksi yang intim dan berlangsung lama baik di dalam kelas, misalnya pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung maupun di luar kelas pada saat istirahat ataupun pulang sekolah yang dapat menumbuhkan motivasi si anak. Hal tersebut dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Salah satu jenis komunikasi yang frekuensinya terjadi cukup tinggi adalah komunikasi interpersonal (Suranto A. W, 2011: 3). Komunikasi yang biasanya sering 4

terjadi antara guru dengan siswa juga termasuk dalam komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik langsung (De Vito, 1997: 231) yang dalam penelitian ini adalah antara guru dengan siswa. Komunikasi ini dapat merangsang siswa untuk selalu terbuka dalam mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam aktivitas belajarnya kepada guru karena komunikasi ini berlangsung secara tatap muka dan masing-masing pribadi, yang dalam hal ini adalah antara guru dengan anak terlibat interaksi secara mendalam. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD, komunikasi yang terjadi belum mencerminkan apa yang seharusnya ada dalam komunikasi interpersonal. Peneliti pun melakukan wawancara dengan kepala sekolah yang mengatakan bahwa sebaikbaiknya guru tidak terlepas dari kemungkinan terdapat masalah komunikasi antara guru-siswa, khususnya guru kelas V yang pernah beberapa kali bermasalah dengan siswa karena sikapnya yang terlalu keras dengan siswanya. Ketika beberapa siswa mendapatkan nilai ulangan yang jelek, guru langsung memarahi siswanya sehingga terdapat beberapa wali murid yang mengadu dengan kepala sekolah akan hal tersebut (wawancara dengan Dra. Sri Ismeiningsih, selaku kepala SD Sokanegara II Purwokerto tanggal 28 Januari 2012). Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan guru dengan siswa kurang baik. Untuk itu guru perlu mengembangkan komunikasi efektif dalam proses belajar mengajar 5

mengingat proses pendidikan tidak akan dapat dilepaskan dari konteks komunikasi interpersonal antara siswa dan guru. Selain itu pada saat proses belajar mengajar, guru hanya sebatas menyampaikan materi yang ada, namun kurang memberikan umpan balik terhadap siswanya. Apalagi waktu kegiatan belajar mengajar tersebut, guru hanya menyampaikan materi dengan membacakannya saja dari buku materi, tidak ada penekanan dan interaksi yang lebih agar siswa lebih semangat untuk mengikuti pelajaran, tidak meminta pendapat siswa dan juga jarang mengaktifkan siswanya ketika mengajar. Akibatnya guru tidak bisa tahu efek langsung yang terjadi saat mengajar. Dari fenomena tersebut mengindikasikan bahwa komunikasi yang dilakukan guru-siswa terkesan satu arah. Guru sangat dipercaya untuk menjadi orang tua ke dua setelah orang tua. Guru juga dianggap sebagai tokoh yang mampu membantu proses perkembangan anak. Apalagi bagi siswa yang orang tuanya sibuk bekerja dan kurang mendapatkan motivasi belajar dari orang tuanya di rumah, guru merupakan tokoh yang dianggap mampu menggantikan pemberian motivasi yang lebih terhadap siswanya. Dari pandangan tersebut bisa dilihat bahwa ternyata komunikasi yang baik antara gurusiswa memegang peranan penting dalam pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa. Komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Komunikasi yang terjadi di luar kelas bisa terjadi ketika guru sedang melakukan bimbingan dan dorongan kepada siswanya yang 6

sedang mengalami kesulitan dalam belajar misal pada saat waktu istirahat ataupun waktu sepulang sekolah. Komunikasi ini nantinya dapat menimbulkan suatu persepsi dalam diri siswa. Persepsi siswa pada komunikasi interpersonal dengan guru dilakukan oleh siswa dengan objek persepsinya adalah guru dengan kemampuan komunikasinya dengan siswa. Persepsi siswa pada komunikasi interpersonal gurusiswa terhadap motivasi belajar dapat diartikan sebagai penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian siswa terhadap komunikasi interpersonal yang dilakukan gurunya dalam memotivasi belajar siswanya, baik pada saat di dalam kelas maupun di luar kelas. Melalui persepsi tersebut, jika siswa merasa gurunya kurang dalam melakukan komunikasi interpersonal, maka akan berdampak pada tinggi rendahnya motivasi belajar siswa itu sendiri di mana motivasi memegang peranan yang sangat penting mengingat ketiadaan motivasi akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan membahas hubungan komunikasi interpersonal yang dilakukan guru dengan siswa saat ini dengan motivasi belajar mengingat bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan guru-siswa dan motivasi belajar sangatlah penting untuk diteliti. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk membahas suatu permasalahan tersebut. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 7

1. Siswa tidak memiliki semangat dalam pembelajaran di kelas. 2. Perhatian dan antusias siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah. 3. Masih banyak siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru. 4. Siswa memiliki motivasi belajar yang rendah. 5. Guru hanya melakukan komunikasi satu arah dengan siswa. 6. Guru kurang melakukan komunikasi interpersonal dengan siswa. 7. Guru kurang memberikan feedback atau umpan balik terhadap siswanya dalam berkomunikasi. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan peneliti, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini pada motivasi belajar siswa yang rendah dan kurangnya komunikasi interpersonal yang dilakukan guru dengan siswa yang diukur hanya berdasarkan dari persepsi siswa. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang ada di atas, maka didapat suatu rumusan yang akan memberi arah penelitian. Rumusan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana hubungan persepsi siswa tentang komunikasi interpersonal guru-siswa dengan motivasi belajar siswa? 8

E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat persepsi siswa tentang komunikasi interpersonal guru-siswa dengan motivasi belajar siswa khususnya siswa kelas V SD Sokanegara II Purwokerto Tahun Ajaran 2011/2012. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberikan landasan ilmiah dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan sebagai kajian bersama mengenai komunikasi interpersonal guru - siswa sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. 2. Manfaat Praktis Sedangkan manfaat praktis yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: a. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru agar lebih memberikan perhatian terhadap komunikasi interpersonal yang dilakukan dengan siswanya dalam hubungannya dengan motivasi belajar. Jadi diharapkan guru tidak hanya memperhatikan siswa dari prestasi akademik saja, namun juga harus memperhatikan motivasi belajar siswa. b. Bagi Peneliti 9

Manfaat bagi peneliti sendiri adalah sebagai gambaran bagi peneliti tentang halhal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, termasuk pengaruh dari komunikasi interpersonal guru-siswa. Selain itu, penelitian ini sebagai cakrawala ilmu pengetahuan penulis dalam berkarya dalam khasanah ilmu pengetahuan, dan dapat menambah pengalaman yang dapat berguna di masa mendatang. 10