2015 ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah setempat. Kebijakan pembangunan dalam GBHN dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

2016 KONFLIK PEMBEBASAN LAHAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN JATIGEDE DI DESA WADO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah maupun nasional yang saat ini kondisinya sangat memperihatinkan, kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Tabel 4 Luas wilayah studi di RPH Tegal-Tangkil

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan adalah suatu kesatuan

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari pulau, daratan seluas 1,9 juta km 2, panjang garis pantai

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

PENDAHULUAN. beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Indriani Fauzia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda (Riyadi, 2002) dalam Ishak, Marenda 2008.

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

BAB I PENDAHULUAN. yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai ,71 km 2. Hutan tersebut

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kabupaten Kuningan Letak dan luas Kependudukan Pendidikan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

BAB I. PENDAHULUAN. yang berada di wilayah pesisir seperti Desa Dabong. Harahab (2010: )

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

PENDAHULUAN. hujan tropis Indonesia diperkirakan seluas 1,148,400-an kilometer persegi yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adalah qonditio sine quanon, syarat mutlak bagi masyarakat. 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari diakses

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan yang luas. Hutan di Indonesia tersebar di berbagai pulau besar yakni Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Hutan terbagi ke dalam beberapa jenis yakni hutan lindung, hutan konservasi dan hutan produksi. Hutan memiliki fungsi yang penting untuk kehidupan manusia. Definisi hutan sendiri menurut Kadri (dalam Indriyanto, 2010, hlm. 6) adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan, secara keseluruhan sebagai persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, di Kampung Sukawana RW 13 Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat terdapat hutan lindung seluas 850 hektar yang berisi pohon pinus. Menurut pemaparan dari Pak Oma selaku ketua RW 12, pada awalnya di daerah hutan lindung tersebut bebas dari pemukiman penduduk. Lokasi hutan lindung yang berdekatan dengan perkebunan teh, membuat para pekerja kebun teh yang sudah pensiun ataupun para pekerja yang sudah keluar dari perkebunan teh mulai menempati dan mendirikan rumah di lahan kawasan hutan lindung. Para pensiunan pekerja kebun teh maupun pekerja kebun teh yang sudah keluar berasal dari luar Bandung. Ada beberapa alasan masyarakat tidak dapat kembali ke daerah asal, diantaranya rumah di daerah asal sudah dijual, tidak ada sanak saudara, nyaman dengan suasana di kampung Sukawana, maupun karena desakan ekonomi dan kebutuhan pokok masyarakat. Semakin lama pemukiman penduduk di kawasan hutan lindung pun semakin bertambah. Masyarakat yang tinggal disana terdiri dari berbagai usia, mayoritas masyarakat setempat sudah lanjut usia. Mereka sudah turun temurun menghuni pemukiman di lahan hutan lindung tersebut. Tingkat pendidikan masyarakat rata-rata menengah ke bawah, bahkan masyarakat yang sudah lanjut usia kebanyakan tidak bisa membaca atau buta aksara. Mata pencaharian mereka beragam ada yang pegawai toko, tukang ojeg, pemetik teh, namun sebagian besar mereka bekerja sebagai buruh kasar dengan penghasilan yang tidak tetap.

2 Hingga saat ini berdasarkan data kependudukan setempat tahun 2013, lahan hutan lindung tersebut sudah ditempati oleh 53 kepala keluarga (KK). Selain pemukiman di lahan hutan lindung tersebut terdapat pula 11 kandang hewan ternak, 7 warung serta pekarangan di depan rumah masing-masing. Berubahnya penggunaan lahan hutan lindung menjadi lahan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat tersebut mengakibatkan konversi penggunaan lahan. Sebagaimana dikemukakan oleh Sitorus (2004, hlm. 12) sebagai berikut : Hampir setiap aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan karena jumlah dan aktifitas manusia bertambah dengan cepat, maka lahan menjadi sumber yang langka. Keputusan untuk mengubah pola penggunaan lahan mungkin memberikan keuntungan atau kerugian yang besar, baik ditinjau dari pertigaan ekonomis maupun terhadap perubahan lingkungan walaupun dalam keadaan yang tidak begitu nyata. Dengan demikian, membuat keputusan tentang penggunaan lahan merupakan aktivitas politik dan sangat dipengaruhi keadaan sosial ekonomi. Berdasarkan observasi awal, ditemukan bahwa pada tanggal 22 Agustus 2013 di kantor Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat terdapat perjanjian antara Perum Perhutani KPH Bandung Utara dengan masyarakat setempat terkait dengan penanganan konflik tenurial (Penggunaan Kawasan Tanpa Ijin) yang menyebabkan masyarakat resah. Berdasarkan hasil perjanjian bahwasanya lokasi di Kampung Sukawana Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Bandung Barat yang terdiri dari 62 Petak RPH Cisarua BKPH Lembang KPH Bandung Utara seluas 1,5 Hektar harus kembali ke fungsi semula sehingga fungsi-fungsi hutan dari aspek ekologi, sosial, dan ekonomi dapat terjaga kelestariannya. Keberadaan masyarakat yang menduduki kawasan hutan lindung harus secepatnya keluar dari kawasan hutan yang diduduki. Perjanjian tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 24 tahun 2010 tentang penggunaan kawasan hutan pasal 1 no 4 yang diambil dari web resmi Badan Pengawasan dan Pembangunan yang tersedia dalam http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/6/581.bpkp diakses pada pada hari Senin 17 November 2014 pukul 19.45 WIB memaparkan bahwasanya hutan

3 lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Dari perjanjian antara masyarakat dengan Perhutani tersebut menimbulkan polemik tersendiri bagi masyarakat. Masyarakat bingung mau pindah kemana karena mereka sudah menggantungkan hidupnya di kawasan hutan lindung tersebut. Masyarakat pun meminta Perhutani menyediakan lahan untuk tempat tinggal mereka, namun dari pihak Perhutani tidak dapat menyediakan lahan pengganti untuk masyarakat. Akhirnya hingga saat ini, masyarakat masih menetap di kawasan hutan lindung tersebut. Adanya perbedaan kepentingan antara Perhutani dengan masyarakat memunculkan pertentangan tersendiri. Terjadinya alih fungsi lahan tersebut menimbulkan perbedaan kepentingan antara pemerintah yang berkepentingan untuk menjaga kelestarian kawasan hutan lindung dengan kepentingan ekonomi masyarakat. Ditinjau dari segi sosiologis, permasalahan tersebut merupakan konflik antara masyarakat dengan Perhutani. Dilihat dari sumber konfliknya, konflik tersebut termasuk konflik vertikal. Maftuh (2008, hlm. 29) menjelaskan bahwa konflik vertikal ialah pertentangan antara dua pihak yang memiliki kedudukan sosial yang berbeda. Dalam penelitian ini, pertentangan terjadi antara kedudukan sosial yang berbeda yakni antara Perhutani dengan masyarakat, dimana Perhutani memiliki otoritas sehingga kedudukannya lebih tinggi daripada masyarakat. Pendapat ini sejalan dengan Maftuh (2008, hlm. 29) yang menyatakan kedudukan sosial yang berbeda diantaranya antara yang memiliki otoritas dengan yang tidak memiliki otoritas, atau antara superordinat dengan subordinat. Konflik sosial di atas merupakan konflik realistis karena bersumber dari masyarakat dan ada pihak yang dirugikan. Perjanjian dengan Perum Perhutani KPH Bandung Barat mengecewakan dan meresahkan masyarakat, sementara masyarakat sudah menjadikan lahan hutan lindung tersebut sebagai kebutuhan

4 hidupnya. Jika hal ini dibiarkan maka konflik akan semakin membesar dan tidak menutup kemungkinan adanya bentrokan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Coser dalam Ritzer dan Goodman (2011, hlm. 65) : Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan serta ditunjukan pada objek yang di anggap mengecewakan. Adapun kajian terdahulu yang dilakukan oleh Luqman (2013, hlm. 93) yang diambil dari skripsi program studi geografi FPIPS UPI tahun 2013 mengenai Analisis Kerusakan Mangrove Akibat Aktivitas Penduduk di Pesisir kota Cirebon menunjukkan bahwa konversi lahan mangrove terjadi karena aktivitas penduduk setempat yakni pemukiman dan tambak sehingga mangrove mengalami kerusakan. Kajian lainnya dilakukan oleh Rustandi (2013, hlm. 102) yang diambil dari skripsi program studi geografi FPIPS UPI tahun 2013 mengenai Dampak Konversi Lahan Terhadap Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa terdapat konversi lahan yang cukup besar terjadi pada lahan seluas 407,1 Ha yang disebabkan alih fungsi lahan yang terjadi penggunaan lahan pertanian menjadi pemukiman. Konversi lahan ini mempengaruhi kondisi sosial masyarakat menjadi semakin maju dan mata pencaharian semakin banyak. Kajian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa banyak lahan hutan yang dialihfungsikan menjadi lahan komersial salah satunya lahan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. Tentu saja hal ini tidak bisa dibiarkan terus menerus, harus ada penyelesaian dari masalah tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang gambaran persoalan konflik yang ada di masyarakat Kampung Sukawana Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Bandung Barat. Maka dari itu penulis akan melakukan sebuah penelitian dengan judul Analisis Konflik Masyarakat dengan Perhutani

5 akibat Pengambilan Lahan Kehutanan (Studi Kasus di Kampung Sukawana Desa Karyawangi Parongpong Bandung Barat) B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas dan melihat kondisi nyata di lapangan, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Perbedaan kepentingan antara masyarakat di Kampung Sukawana yang menempati lahan kehutanaan milik Perhutani dengan Perhutani, 2. Alih fungsi lahan hutan lindung menjadi lahan pemukiman yang sering terjadi di berbagai daerah 3. Keresahan masyarakat yang tinggal di lahan hutan lindung milik Perhutani di Kampung Sukawana akibat perjanjian antara Perum Perhutani KPH Bandung Utara dengan masyarakat setempat terkait dengan penanganan konflik tenurial (Penggunaan Kawasan Tanpa Ijin) 4. Belum terselesaikannya permasalahan penggunaan lahan di Kampung Sukawana C. Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang dan hasil identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah pokok, yaitu bagaimana gambaran konflik antara Perhutani dengan masyarakat yang menempati lahan hutan lindung di Kampung Sukawana Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?. Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana asal mula masyarakat Kampung Sukawana yang tinggal di lahan hutan lindung milik Perhutani? 2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya konflik antara masyarakat di Kampung Sukawana dengan Perhutani? 3. Bagaimana upaya masyarakat Kampung Sukawana yang tinggal di lahan hutan lindung dan Perhutani dalam menyelesaikan konflik yang terjadi?

6 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konflik masyarakat dengan Perhutani di Kampung Sukawana RW 13 Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 2. Tujuan Khusus Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: a. Asal mula masyarakat Kampung Sukawana yang tinggal di lahan hutan lindung milik Perhutani. b. Latar belakang penyebab konflik antara masyarakat di Kampung Sukawana dengan Perhutani. c. Upaya masyarakat Kampung Sukawana yang tinggal di lahan hutan lindung dan Perhutani dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui dan memahami disiplin sosiologi dan disiplin ilmu yang terkait lainnya khususnya mengenai konflik dalam masyarakat akibat alih fungsi lahan hutan lindung (berbagai sumber konflik di masyarakat). Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan teori dan prinsip-prinsip dalam meminimalisasi konflik dengan menggunakan pendekatan disiplin sosiologi. 2. Manfaat Praktis Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti:

7 a. Bagi mahasiswa Program Pendidikan Sosiologi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan tema skripsi ini. b. Bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan dalam penyusunan peraturan mengenai alih fungsi lahan hutan lindung. c. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan konflik akibat alih fungsi lahan. d. Bagi Penulis, penelitian ini sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi acuan dan refleksi untuk mengatasi maraknya konflik sosial di masyarakat e. Bagi Program studi Pendidikan Sosiologi, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber belajar dan memperluas kajian mengenai pendidikan resolusi konflik. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latarbelakang penelitian, identifikasi penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. Pada Bab II berisi kajian pustaka mengenai konsep masyarakat pengguna lahan hutan, alih fungsi lahan serta konsep konflik. Pada Bab III berisi metode penelitian yang memuat desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, prosedur penelitian, uji keabsahan data, analisis data dan isu etik. Di Bab IV berisi temuan penelitian dan pembahasan dari rumusan masalah penelitian. Kemudian di Bab V berisi simpulan dan rekomendasi.