ANALISIS MORFOMETRIK KANTONG SEMAR (Nepenthes) DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT E-JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

IDENTIFIKASI JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DALAM KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG ASUANSANG KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS

Ini Dia Si Pemakan Serangga

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

PENELITIAN EKOLOGI NEPENTHES DI LABORATORIUM ALAM HUTAN GAMBUT SABANGAU KERENG BANGKIRAI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN TUMBUHAN ANGGREK (ORCHIDACEAE) DI KAWASAN RIMBO PANTI KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

KEANEKARAGAMAN KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) DI PULAU BATAM. DIVERSITY OF PITCHER PLANT (Nepenthes spp) IN BATAM ISLAND

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

Vol. 08 No. 01 April 2012 ISSN Jurnal Ilmiah. Konservasi Hayati. Variasi warna Nepenthes mirabilis

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

ANALISIS STOMATA DAN KROMOSOM PADA TIGA SPESIES TANAMAN KANTONG SEMAR (Nepenthes spp.)

IDENTIFIKASI SERANGGA YANG TERPERANGKAP PADA KANTONGSEMAR(Nepenthes spp.) Di KAWASAN KAMPUS UIN SUSKA RIAU

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Kantong semar merupakan tanaman hias yang tumbuh di beberapa hutan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai megadiversity country. Sebagai negara kepulauan yang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI KANTONG SEMAR (Nephentes sp.) DI KAMPUS UIN SUSKA RIAU

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan INVENTARISASI NEPENTHES DI TAPANULI SELATAN. Inventory of Nepenthes in Southern Tapanuli

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DI KAWASAN HUTAN BUKIT BELUAN KECAMATAN HULU GURUNG

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN PENYEBARAN TUMBUHAN BERACUN DI HUTAN LINDUNG SIBAYAK II TAHURA BUKIT BARISAN, KABUPATEN KARO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

ANALISIS POPULASI NEPENTHES SPP DI HUTAN RAWA GAMBUT, KALAMPANGAN, KALIMANTAN TENGAH

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI DAUN KULTIVAR DURIAN LOKAL (Durio zibethinus Murr.) DI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Konservasi Biodiversitas Indonesia

Perilaku Tumbuh Kantong Semar (Nepenthes mirabilis Druce) di Habitat Alaminya, Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur

EKSPLORASI TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L. ) DI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERBURUAN DAN PERDAGANGAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI DESA KEPARI KECAMATAN SUNGAI LAUR KABUPATEN KETAPANG

Badak Jawa Badak jawa

KARAKTERISTIK ORGAN REPRODUKSI DAN DISPERSAL TUMBUHAN INVASIF LANGKAP

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiversitas ( Biodiversity

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB III KERAGAMAN SPECIES SEMUT PADA EKOSISTEM TERGANGGU DI KAWASAN CAGAR ALAM TELAGA WARNA JAWA BARAT

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Deskripsi KHDTK Aek Nauli Sumatera Utara

STRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gajah Liar Ini Mati Meski Sudah Diobati

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

INVENTARISASI Nepenthes DI HUTAN ADAT KANTUK DAN IMPLEMENTASINYA BERUPA BUKU SAKU KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA ARTIKEL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFIL HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. 110º BT - 110º dan 07º LS, sedangkan secara. longitudinal yang melewati Jawa (Anonim, 2005).

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ANALISIS MORFOMETRIK KANTONG SEMAR (Nepenthes) DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT E-JURNAL DITA WARDANI NIM.10010300 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

ANALISIS MORFOMETRIK KANTONG SEMAR (Nepenthes) DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT Oleh Dita Wardani, Nursyahra, Rizki Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Email: wardanidita2@gmail.com ABSTRACT Nepenthes is a type of plant that has recently become popular among lovers of ornamental plants. People are more familiar with this plant with the name kantong semar. Entire species of Nepenthes in Indonesia reserved by the issuance of Government Regulation No. 7 of 1999. This is because the wild population dwindling. There are even some Nepenthes species are threatened with extinction. This research aims to determine the diversity and kinship Pockets Semar (Nepenthes) in the nature reserve area Harau Valley based on morphological characters. This study uses survey and collection directly in the field with random or random sampling method followed by measuring the morphological characters. Results of this study found 21 individual variation which consists of 4 species of Nepenthes and found morphological characters of leaves and sacs varies between species. Leaves and sacs can be used to differentiate between species, most dominate in this area is Nepenthes gracilis with 9 variations morphology that is growing together Gleichenia linearis and Melastoma. Keyword : Nepenthes, Kekerabatan, Morfometrik PENDAHULUAN Tumbuhan di muka bumi ini mempunyai keunikan tersendiri, salah satunya adalah tumbuhan yang mempunyai kantung di ujung daun yang dimasukkan ke dalam genus Nepenthes. Nepenthes merupakan jenis tumbuhan yang belakangan ini menjadi populer dikalangan pecinta tumbuhan hias. Orang lebih mengenal tumbuhan ini dengan dengan nama kantong semar. Bentuk dan warna kantung yang bervariasi dan unik merupakan daya tarik yang dimiliki tumbuhan ini (Irawan, 2008). Nepenthes sudah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti batangnya yang lentur untuk tali pengikat, air dari kantong tertutup untuk obat pencuci mata dan kantung yang sudah dewasa dipakai untuk tempat membuat sejenis makan yang disebut lamang (Tamin dan Hotta, 1986). Namun yang cukup memprihatinkan ada beberapa daerah di Sumatera Barat yang masyarakatnya sudah mulai mengambil langsung tumbuhan Nepenthes dari habitatnya untuk diperdagangkan sebagai tanaman hias. Saat ini, seluruh spesies Nepenthes yang ada di Indonesia dilindungi undang-undang dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 7 tahun 1999. Hal ini disebabkan populasinya di alam semakin berkurang. Bahkan ada beberapa spesies Nepenthes yang terancam punah, seperti Nepenthes clipeata dan Nepenthes aristolochiodes. Kepunahan populasi atau erosi genetis perlu dihindari agar potensinya tetap dapat dimanfaatkan secara bijaksana untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia (Mansur, 2006). Semakin menyusutnya luas hutan yang disertai kerusakan, dikhawatirkan akan berdampak langsung berkurangnya populasi dan keanekaragaman Nepenthes. Bahkan dapat mengakibatkan kepunahan, untuk itu perlu dilakukan analisis morfologi untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar species Nepenthes dengan menggunakan metode morfometrik. Metode morfometrik merupakan suatu metode yang mengetahui variasi suatu spesies dengan melakukan pengujian karakter morfologi kuantitatif dengan statistik (Wien, 2000 dalam Wati, 2012). Keragaman genetik berdasarkan karakter morfologi pada umumnya lebih tinggi dibanding dengan keragaman genetik yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan eksternalnya. Teknik pengukuran keragaman genetik dengan metode pengukuran morfologi tetap dibutuhkan karena dapat dilihat secara langsung dan mudah dilakukan. Salah satu hutan tempat ditemukannya tumbuhan Nepenthes adalah hutan yang terdapat di kawasan Cagar Alam Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 02 Agustus 1979, sebagian kawasan Cagar Alam (CA) Lembah Harau dialih fungsikan menjadi Taman Wisata Alam (TWA). Berdasarkan informasi dari Balai konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, ketidak pastian batas Cagar Alam menyebabkan masyarakat sering tanpa sengaja menggarap lahan di kawasan Cagar Alam menjadi lahan perkebunan. Dari pengalaman pengelolaan kawasan di daerah Cagar Alam juga cukup rawan

terjadinya kebakaran. Hal tersebut dapat menyebabkan rusaknya keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan hubungan kekerabatan kantong semar (Nepenthes) di kawasan Cagar Alam Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Februari- Agustus 2015 di kawasan Cagar Alam Lembah Harau dan dilakukan identifikasi di lapangan dan di lanjutkan di Laboratorium Botani Program Studi Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan koleksi langsung dilapangan, dimana pengambilan sampelnya dengan metode acak atau random sampling kemudian dilanjutkan dengan mengukur karakter morfologi dengan menggunakan jangka sorong, pembuatan herbarium dengan alkohol 96% dan analisis data. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan Cagar Alam Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat, ditemukan 21 variasi individu Nepenthes dengan 4 species yaitu, Nepenthes eustachya dengan jumlah 7 variasi individu, Nepenthes ampullaria dengan jumlah 2 variasi individu, Nepenthes gracilis dengan 9 variasi individu, dan Nepenthes albomarginata dengan 3 variasi individu. Karakter morfologi yang telah diamati pada penelitian ini sebanyak 47 karakter yang terdiri karakter daun, karakter kantung, dan karakter batang yang meliputi pengukuran kuantitatif dan pengamatan kualitatif. Hasil pengamatan dan pengukuran 47 karakter morfologi dari 21 variasi individu Nepenthes yang ditemukan di kawasan Cagar Alam Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat dapat di lihat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Nepenthes memiliki Karakter daun dan kantung yang berbeda. Dari Tabel 1 ditemukan bahwa daun yang paling panjang adalah Nepenthes gracilis 7 (23,90±0,82), dan daun yang paling pendek ditemukan pada Nepenthes gracilis 2 (5,23±1,00), tulang daun utama yang paling panjang ditemukan pada Nepenthes ampullaria 2 (19,33±3,84), dan tulang daun utama yang paling pendek ditemukan pada Nepenthes gracilis 2 (4,83±1,19), daun yang terlebar ditemukan pada Nepenthes eustachya 1 (3,70±0,30) dan yang paling kecil ditemukan pada Nepentes gracilis 1 (0,97±0,21), diameter batang terbesar dapat ditemukan pada Nepenthes eustachya (0,62±0,34), dan diameter batang terkecil pada Nepenthes gracilis 3 (0,03±0,01). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 6 bulan dan 3 kali pengambilan sampel Nepenthes di kawasan Cagar Alam Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat tidak semuanya memiliki kantung atas dan kantung bawah, dari 21 individu Nepenthes yang di koleksi hanya 9 individu yang memiliki kantung atas saja, 3 individu yang mempunyai kantung atas dan kantung bawah, dan 9 individu yang mempunyai kantung bawah saja. Pengamatan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa, Nepenthes eustachya 7 memiliki kantung atas yang paling panjang (17,57±0,81), dan Nepenthes gracilis 5 memiliki kantung atas yang paling pendek. Diameter terlebar dari kantung atas ditemukan pada Nepenthes eustachya 7 (4,64±0,29), dan diameter terlebar dari kantung yang ukurannya paling kecil ditemukan pada Nepenthes gracilis 8 (1,82±0,70). Diameter terkecil dari kantung yang paling lebar ditemukan pada Nepenthes eustachya7 (2,90±0,26), dan diameter terkecil dari kantung yang paling kecil ditemukan pada Nepenthes gracilis 5 (1,07±0,15). Diameter mulut horizontal yang terpanjang terdapat pada Nepenthes eustachya 7 (4,24±0,73), diameter mulut horizontal yang terpendek ditemukan pada Nepenthes gracilis 5 (1,23±0,23), diameter mulut vertikal yang paling panjang ditemukan pada Nepenthes eustachya 7 (4,10±0,93. Diameter mulut vertikal terpendek ditemukan pada Nepenthes gracilis 5 (1,15±0,22). Penutup kantung terpanjang terdapat pada Nepenthes eustrachya 3 (4,55±0,35). Penutup kantung terpendek ditemukan pada Nepenthes gracilis 5 (1,45±0,08), Nepenthes eustachya 7 memiliki penutup kantung terlebar (4,23±0,67). Nepenthes albomarginata 1 memiliki lebar penutup kantung terkecil (0,85±0,21), Nepenthes eustachya 7 memiliki sulur terpanjang (25,47±1,10), Nepenthes gracilis 5 memiliki sulur terpendek (6,20±2,03), Nepenthes gracilis8 memiliki bibir yang paling tebal (1,47±0,15). Dan bibir yang paling tipis terdapat pada Nepenthes gracilis 4, Nepenthes gracilis 6, Nepenthes gacilis 7, dan Nepenthes gracilis 9 (0,01±0,00). Sayap yang paling lebar terdapat pada Nepenthes eustacya3 (0,20±0,10), lebar sayap yang paling kecil terdapat pada Nepenthes gracilis 6, Nepenthes eustachya 5 Nepenthes gracilis 8, Nepenthes gracilis 9, dan Nepenthes gracilis 7 (0,01±0,00). Taji yang paling panjang terdapat pada Nepenthes gracilis8 (0,50±0,00), taji yang paling pendek terdapat pada Nepenthes gracilis 4 (0,04±0,01).

Kantung bawah yang terpanjang terdapat pada Nepenthes eustachya 1 (9,97±2,47), kantung bawah yang terpendek terdapat pada Nepenthes gracilis 3 (5,05±2,19). Diameter terlebar dari kantung bawah terdapat pada Nepenthes ampullaria 2 (3,47±0,36), diameter terlebar dari kantung yang paling kecil pada kantung bawah terdapat pada Nepenthes gracilis 3 (1,48±0,36). Diameter terkecil dari kantung yang paling besar ditemukan pada Nepenthes ampullaria 2 (3.31±0,31), diameter terkecil dari kantung bawah terdapat pada Nepenthes eustachya 2 (0,82±0,11). Diameter mulut horizontal yang paling panjang pada kantung bawah terdapat pada Nepenthes ampullaria 2 (2,53±0,36), diameter mulut horizontal yang terpendek pada kantung bawah terdapat pada Nepenthes eustachya 2 (1,20±0,14). Diameter mulut vertikal kantung bawah yang paling panjang terdapat pada Nepenthes ampullaria 2 (2,42±0,15), diameter mulut vertikal yang paling pendek pada kantung bawah adalah pada Nepenthes gracilis 7 (1,25±0,17). Penutup kantung yang paling panjang terdapat pada Nepenthes ampullaria 2 (2,77±0,18), penutup kantung yang terpendek terdapatp pada Nepenthes gracilis 3 (1,03±0,16). Penutup kantung terlebar pada kantung bawah terdapat pada Nepenthes gracilis 2 (2,47±0,46), penutup kantung terkecil terdapat pada Nepenthes ampullaria 2 (0,90±0,10). Nepenthes eustachia 1 memiliki sulur terpanjang (12,73±4,92) dan sulur terpendek terdapat pada Nepenthes albomarginata 3 (3,13±0,06). Nepenthes ampullaria 2 memiliki bibir yang paling tebal (0,97±0,02), bibir yang paling tipis terdapat pada Nepenthesgracilis 1, Nepenthes gracilis 2, Nepenthes eustachya 2, dan Nepenthes gracilis 7 (0,01±0,00).Nepenthes ampullaria 2 memiliki sayap yang paling lebar (0,53±0,06), sayap yang paling kecil terdapat pada Nepenthes eustachya 1, Nepenthes gracilis 2, Nepenthes eustachya 2, dan Nepenthes gracilis 4 (0,01±0,00). Taji yang terpanjang terdapat pada Nepenthes ampullaria 2 (0,83±0,23), taji yang terpendek terdapat pada Nepenthes eustachya 1 (0,04±0,00). Tabel 1. Data pengukuran morfologi Nepenthes no Karakter EU1 EU2 EU3 EU4 EU5 EU6 EU7 GR1 GR2 GR3 GR4 GR5 GR6 GR7 GR8 GR9 AM1 AM2 AL2 AL1 AL3 1 Panjang daun 16,97±2,22 6,53±0,31 12,33±1,01 7,77±1,40 12,67±1,53 7,13±0,29 14,37±1,27 7,30±1,25 5,23±1,00 11,70±3,76 13,47±2,57 14,57±4,81 13,23±1,21 23,90±0,82 11,83±1,27 11,17±0,76 16,17±2,57 20,73±2,80 12,17±0,29 10,17±1,44 10,67±0,98 2 Panjang tulang daun utama 15,67±1,53 6,23±0,32 12,53±0,81 6,93±1,16 15,83±1,26 7,10±0,30 15,70±0,52 6,80±1,57 4,83±1,19 11,50±3,44 10,70±2,75 12,57±4,01 11,10±1,15 19,10±0,62 8,67±1,53 10,43±0,21 15,50±2,65 19,33±3,84 12,17±0,29 10,17±1,44 10,20±0,96 3 lebar daun 3,70±0,30 1,97±0,25 3,07±0,31 2,37±0,35 4,13±0,31 1,60±0,26 3,40±0,26 0,97±0,21 1,03±0,25 1,87±0,31 1,60±0,35 1,67±0,29 3,07±0,12 3,60±0,20 3,17±0,35 3,07±0,12 3,67±0,29 5,33±0,81 2,43±0,12 1,63±0,35 1,67±0,12 4 diameter batang 0,62±0,34 0,29±0,02 0,44±0,05 0,38±0,07 0,47±0,04 0,33±0,06 0,55±0,04 0,45±0,06 0,04±0,01 0,03±0,01 0,38±0,11 0,39±0,03 0,44±0,02 0,50±0,04 0,46±0,02 0,55±0,03 1,00±0,01 3,49±0,32 1,20±0,00 0,21±0,00 0,54±0,07 kantung atas 5 panjang kantung 15,90±2,26 10,75±0,35 12,50±0,71 17,57±0,81 10,03±0,95 7,50±1,45 11,50±2,02 12,97±0,87 9,57±2,85 10,39±1,90 13,15±5,44 9,83±1,76 6 diameter terlebar dari kantung 3,01±0,56 2,38±0,23 3,38±0,13 4,64±0,29 2,67±0,34 1,98±0,30 2,50±0,50 2,97±0,24 1,82±0,70 2,58±0,33 2,48±1,45 1,59±0,23 7 diameter terkecil dari kantung 1,87±0,33 1,55±0,03 1,97±0,22 2,90±0,26 1,60±0,40 1,07±0,15 2,23±0,29 2,10±0,22 1,58±0,83 1,46±0,05 1,56±0,78 1,16±0,06 8 diameter mulut horizontal 3,04±1,16 2,68±0,39 2,11±0,01 4,24±0,73 1,83±0,15 1,23±0,23 2,24±0,30 2,74±0,29 1,77±0,38 1,99±0,22 2,55±1,98 1,54±0,32 9 diameter mulut vertikal 3,33±0,37 2,60±0,13 3,30±0,53 4,10±0,93 1,72±0,42 1,15±0,22 2,31±0,46 2,64±0,10 2,16±0,86 1,91±0,20 2,42±1,36 1,92±0,36 10 panjang penutup kantung 4,55±0,35 2,41±0,13 2,76±0,07 3,80±0,40 1,78±0,28 1,45±0,08 2,71±0,56 2,69±0,32 1,73±0,62 2,11±0,23 2,80±1,92 1,91±0,23 11 lebar penutup kantung 3,58±0,17 3,09±0,72 2,25±0,07 4,23±0,67 1,72±0,24 1,33±0,24 2,70±0,74 3,00±0,46 1,78±0,57 2,02±0,33 2,35±2,03 1,28±0,16 12 panjang sulur 21,27±3,48 17,70±2,40 20,00±0,00 25,47±1,10 10,00±1,82 6,20±2,03 14,83±2,67 16,60±1,15 12,13±1,23 21,13±0,81 17,75±10,25 8,87±1,91 13 tebal bibir 0,28±0,16 0,18±0,03 0,15±0,07 0,44±0,12 0,01±0,00 0,11±0,06 0,01±0,00 0,01±0,00 0,47±0,15 0,01±0,00 0,28±0,23 0,11±0,00 14 Lebar sayap 0,20±0,10 0,10±0,00 0,01±0,00 0,01±0,00 0,02±0,01 0,13±0,06 0,01±0,00 0,10±0,00 0,01±0,00 0,01±0,00 0,16±0,21 0,11±0,00 15 Panjang taji 0,27±0,06 0,25±0,21 0,30±0,00 0,20±0,00 0,04±0,01 0,37±0,12 0,37±0,06 0,33±0,06 0,50±0,00 0,40±0,10 0,31±0,01 0,17±0,12 kantung bawah 16 panjang kantung 9,97±2,47 6,85±0,35 9,30±0,79 9,30±0,57 9,97±1,80 5,05±2,19 8,27±1,88 9,35±2,19 7,20±0,85 9,35±2,33 7,70±0,98 8,30±0,66 17 diameter terlebar dari kantung 2,06±0,49 1,65±0,13 2,62±0,30 2,17±0,01 2,65±0,31 1,48±0,36 2,47±0,46 2,20±0,42 1,81±0,10 4,45±1,15 3,47±0,36 1,96±0,15 18 diameter terkecil dari kantung 1,38±0,41 0,82±0,11 1,45±0,13 1,46±0,16 1,63±0,45 1,03±0,15 1,39±0,28 1,24±0,01 1,20±0,10 3,74±0,80 3,31±0,31 1,31±0,07 19 diameter mulut horizontal 1,89±0,32 1,20±0,14 2,01±0,16 1,89±0,10 2,04±0,29 1,34±0,01 1,81±0,34 1,37±0,52 1,22±0,03 3,80±0,14 2,53±0,36 1,31±0,10 20 diameter mulut vertikal 1,76±0,59 1,59±0,45 2,00±0,14 1,57±0,23 1,91±0,36 1,30±0,05 1,69±0,45 1,69±0,45 1,25±0,17 3,60±0,56 2,42±0,15 1,56±0,11 21 panjang penutup kantung 2,14±0,65 1,48±0,45 2,00±0,23 1,86±0,09 2,23±0,40 1,03±0,16 1,92±0,83 2,22±0,01 1,31±0,12 3,75±1,06 2,77±0,18 1,78±0,19 22 lebar penutup kantung 0,98±0,72 1,19±0,12 2,41±0,11 2,10±0,21 2,47±0,46 1,20±0,28 1,77±0,54 2,29±0,01 1,55±0,27 0,85±0,21 0,90±0,10 1,68±0,08 23 panjang sulur 12,73±4,92 7,90±0,14 11,17±2,48 8,50±1,70 6,77±2,05 6,35±1,48 5,67±1,15 6,30±0,14 4,40±0,53 11,65±0,21 8,00±0,20 3,13±0,06 24 tebal bibir 0,31±0,07 0,01±0,00 0,26±0,01 0,01±0,00 0,01±0,00 0,04±0,04 0,08±0,01 0,10±0,00 0,01±0,00 1,45±0,49 0,97±0,02 0,26±0,03 25 Lebar sayap 0,01±0,00 0,01±0,00 0,10±0,00 0,15±0,07 0,01±0,00 0,23±0,06 0,01±0,00 0,20±0,00 0,20±0,00 0,85±0,07 0,53±0,06 0,40±0,00 26 panjang taji 0,04±0,00 0,2±0,00 0,10±0,00 0,25±0,07 0,37±0,12 0,17±0,06 0,23±0,06 0,10±0,00 0,43±0,06 0,70±0,00 0,83±0,23 0,30±0,17 Ket :Eu = Nepenthes eustachya, Gr = Nepenthes gracilis, Al = Nepenthes albomarginata, Am = Nepenthes ampullaria Berdasarkan pengamatan pada Tabel 1 bahwa, Nepenthes eustachya memiliki karakter yang berbeda pada bentuk batang, permukaan daun atas, tangakai pada daun, dan memiliki kantung yang paling besar serta daun yang cukup panjang, kemudian di ikuti oleh Nepenthes gracilis, memiliki batang berbentuk segitiga, daun berbentuk hijau dan kemerah-merahan, pertulangan daun terlihat jelas sertaujung daun meruncing, kantung atas tidak memiliki sayap sedangkan kantung bawah memiliki sayap. Nepenthes gracillis paling banyak ditemukan di lapangan, N. Gracilis ditemukan tumbuh di pinggir sungai, semak-semak pinggir hutan, di Kawasan hutan Cagar Alam Lembah Harau N. Gracilis mendominasi di bandingkan dengan Nepenthes lainnya hal ini sesuai dengan yang di kemukakan (Tamin, 2008), bahwa N. Gracilis adalah tumbuhan dataran rendah dan

dataran tinggi, di bawah 1200 mdpl. Suka tumbuh pada tempat-tempat tanah kritis bersama dengan jenis tumbuhan lain seperti Gleichenia linearis (paku resam), melastoma malabatrikum sebagai indikator tanah kritis dalam vegetasi semak belukar. Di lapangan N. Gracilis ditemukan tumbuh bersama paku resam dan tumbuhan Melastoma. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa : 1. Karakter morfologi daun dan kantung bervariasi, daun dan kantung dapat digunakan sebagaipembeda antar species. 2. Di kawasan Cagar Alam Lembah harau di temukan 4 jenis Nepenthes, yang paling medominasi di kawasan ini adalah Nepenthes Gracilis yang tumbuh bersama paku resam dan melastoma. Setelah dilakukan penelitian tentang kekerabatan dari individu Nepenthes berdasarkan variasi morfologi maka perlu disarankan : 1. Perlunya dilakukan penelitian yang berhubungan dengan ekologi dan penyebaran Nepenthes di Sumatera Barat. 2. Perlunya dilakukan penelitian tentang keragaman genetik Nepenthes yang terdapat di Sumatera Barat dan aspek biologi lainnya termasuk peranan species dalam ekosistem. DAFTAR PUSTAKA Irawan, A. 2008. Nepenthes si Pemakan Serangga. (http://deltainkey.com/angio/wwwnepentha.htm, diakses Mai 2015. Mansur, M. 2006. Nepenthes kantung semar yang unik. Penebar swadaya. Jakarta. Radford. A. E. 1986. Fundamental of Plant Systematics. Harper and Row Published. New York. Tamin, R dan M. Hotta. 1986. Nepenthes di Sumatera. The genus Nepenthes of the Sumatera Island. Sumatera Nature Study (Botany), Kyoto Univsersity, Japan. Tamin, R. 2008. Herbarium universitas Andalas. Universitas Andalas. Padang Meliya Wati (2012). Analisis Variasi Genetik Fejerfarya Nicobariensisstolickza, 1870 (Ranidae) Berdasarkan Morfometrik Dan 16s Rrna Serta Sitokrom b di Sumatera Barat, Thesis Universitas Andalas (tidak dipublikasikan).