konvensi sastra Balai Pustaka BP (Nurgiantoro, 2000:54).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan peristiwa dan kegiatan yang berisi kegiatan memahami,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh siswa dari tingkat pendidikan dasar sampai ke pendidikan tinggi. Pengajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

TESIS. Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat Memperoleh gelar Magister Pendidikan. Oleh ATE NURJAMIL

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan atau lebih tepatnya hampir mustahil dilaksanakan. Akibatnya guru

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasikan karya sastra.

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha untuk memungkinkan bangsa Indonesia mempertahankan kelangsunagn

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan. untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian Sastra merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang harus diwariskan dan dikembangkan untuk pelestariannya. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra (Sumarjo, 1981:212). Muhardi (1988:36) mengungkapkan bahwa sastra Indonesia sejak periode Balai Pustaka (BP) telah mengalami perkembangan yang pesat. Tetapi, fenomena karya sastra Indonesia kemudian membentuk titik balik dengan kembali ke tradisi karya sastra Nusantara. Hal itu dipertegas oleh Teeuw (1982:12) yang menyatakan bahwa banyak sekali karya sastra modern merupakan hasil transformasi dari teks-teks sebelumnya, seperti menyadur cerita lama. Penggunaan motif dan tema yang ditonjolkan dalam sastra modern ternyata juga banyak yang merupakan motif dan tema sastra lama. Hasil riset menunjukkan pula bahwa penciptaan novel Indonesia merujuk ke cerita-cerita hikayat (Ikram, 1990:3). Kenyataan lain pun menunjukkan bahwa para pengarang Pujangga Baru (PB) tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh konvensi sastra Balai Pustaka BP (Nurgiantoro, 2000:54). Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan masalah yang berhubungan dengan kesamaan unsur novel antara novel Sukreni Gadis Bali (SGB) karya A.A Pandji Tisna dengan novel Hati Yang Damai (HYD) karya N.H. Dini, terutama berkenaan dengan aspek strukturnya. 1

2 Pemilihan kedua novel tersebut antara lain didasarkan pada pendapat Teeuw (1984:304) bahwa novel HYD merupakan perubahan yang tegas terhadap novel-novel sebelumnya, khususnya dari segi teknik dan struktur.. Bahasa dalam perwujudannya merupakan struktur bentuk dan makna. Dengan menggunakan bahasa, manusia saling berkomunikasi satu sama lain sehingga dapat berbagi pengalaman dan saling belajar untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Dengan menggunakan bahasa manusia juga melakukan kegiatan berekpresi dan berkreasi, sehingga terciptalah karya sastra. Karya sastra itu pun digunakan untuk berkomunikasi, sehingga pikiran, perasaan, imajinasi, dan pandangan hidup yang terkandung dalam sastra dapat dipahami dan dinikmati oleh orang lain. Kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa siswa, serta sikap positip terhadap bahasa dan sastra Indonesia. (Depdiknas, 2003: 2). Berlakunya Kurikulum 2004 merupakan pendekatan yang strategis dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang melibatkan kegiatan siswa dalam menempuh proses belajar mengajar (PBM). Dalam proses belajar-mengajar itu siswa mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi, tidak hanya sekedar pengetahuan tentang bahasa. Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang 2

3 disampaikan secara lugas atau langsung, melainkan juga yang disampaikan secara terselubung atau secara tidak langsung. Siswa diharapkan tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan di dalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan baik di dalam hubungan antar individu maupun di dalam kehidupan bermasyarakat, yang berlatar dengan berbagai budaya. Agar siswa mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membekali siswa terampil berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa. Sastra memiliki fungsi utama sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tertulis. Melalui sastra siswa diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra. Pengetahuan tentang sastra sebagai penunjang dalam mengapresiasi karya sastra. (Depdiknas, 2004: 4). Dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pengelolaan kegiatan belajar mengajar ditekankan pada terbentuknya prakarsa dan tanggung jawab pada diri siswa sehingga mereka menyadari merekalah yang harus aktif dalam proses belajar mengajar tersebut. Standar kompetensi disiapkan dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi bahasa dan sastra Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual dalam produk budaya. Kedudukan itu berkonsekuensi pada fungsi dan tujuan mata pelajaran Bahasa dan 3

4 Sastra Indonesia sebagai (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa dan sastra Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan penalaran, dan (6) sarana pemahaman keberaneka ragaman budaya Indonesia melalui khasanah kesastraan Indonesia. (Depdiknas, 2004: 3). Mulyasa (2004:38) mengungkapkan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Selain itu, Gordon (1988:109) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut. (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. Misalnya, seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. (2) Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. (3) Kemampuan (skill) adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (4) Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. 4

5 (5) Sikap (attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. (6) Minat (interest) yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, kurikulum berdasarkan kompetensi dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi). Tugas-tugas diarahkan pada standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, dan diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemauan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Banyak sekali keuntungan yang akan dapat diperoleh baik oleh guru maupun siswa tatkala mereka telah menguasai teknik pembelajaran apresiasi novel dan implementasinya dengan tepat. Mereka akan lebih tertantang untuk meningkatkan prestasinya di masa depan. berdasarkan alasan di atas, penulis mengambil judul penelitian yaitu Kesamaan Kandungan unsur intrinsik antara novel Sukreni Gadis Bali Karya A.A Pandji Tisna dengan novel Hati Yang Damai Karya NH Dini dan Implementasinya dalam Pembelajaran Bahasa Berdasarkan Kurikulum 2004 di Kelas II SMP Negeri 3 Karang Tengah Cianjur Tahun Pelajaran 2003-2004. 5

6 1.2 Batasan Masalah Kedudukan novel dalam sastra Indonesia sangat penting. Oleh karena itu, penelitian terhadap novel Sukreni Gadis Bali (SGB) dan novel Hati Yang Damai (HYD) ini dilakukan. Dalam penelitian tersebut ada beberapa masalah yang akan dipecahkan, yakni sebagai berikut. (1) Bagaimana persamaan antara teks novel SGB dengan teks novel HYD. (2) Bagaimana kemampuan siswa SMP dalam memahami unsur-unsur novel tersebut (meliputi alur, tema, penokohan, latar dan bahasa). 1.3 Rumusan Masalah Kedua novel tersebut kemungkinan besar erat hubungannya dalam segi struktur. Yang menjadi inti permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan tersebut? Berdasarkan rumusan inti di atas, dapat dirincikan permasalahannya sebagai berikut. a. Bagaimana struktur intrinsik novel SGB? b. Bagaimana struktur intrinsik novel HYD? c. Apakah ada hubungan kesamaan isi struktur intrinsik antara novel SGB dengan HYD? d. Apakah siswa SMP mampu memahami unsur-unsur intrinsik (alur,latar, penokohan, dan tema) yang terdapat pada kedua novel tersebut? e. Apakah siswa SMP mampu memahami kosakata yang digunakan pada kedua teks novel tersebut? 6

7 1.4 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hubungan kesamaan struktur novel SGB dengan HYD, penyusunan silabus, efektivitas dan efisiensi model pembelajaran apresiasi novel SGB dengan HYD siswa kelas II SLTPN 3 Karang Tengah. Tujuan penelitian merupakan titik tolak sebelum kegiatan dilaksanakan. Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini, secara khusus ingin mendeskripsikan: a. struktur intrinsik tentang tema, tokoh, alur, dan latar novel SGB karya A.A. Pandji Tisna; b. struktur intrinsik tentang tema, tokoh, alur, dan latar novel HYD karya NH Dini; c. hubungan kesamaan unsur intrinsik antara novel SGB dengan novel HYD; d. kemampuan para siswa SMPN I Cilaku dalam memahami bahasa (kosakata) yang digunakan dalam kedua novel. 1.5 Asumsi Penelitian Novel adalah karya sastra yang berasal dari dunia barat. Sebagai unit sastra, keseluruhanya dapat dipandang dalam hubungan konsep sistem. Secara khusus, kita dapat melihat karya-karya individual genre sastra, dan keseluruhan sastra sebagai sistem dalam sistem budaya manusia yang lebih luas. Hubungan-hubungan yang berlaku antara unit-unit yang sistematis ini dapat diteliti, dan penelitian ini hendaklah studi struktur (Rusyana, 1979:4-5). Novel 7

8 SGB dan HYD sebagai bagian dari sastra dapat dipandang sebagai sistem yang berhubungan. Karena itu, terhadapnya dapat dilakukan studi struktur. Karya sastra bersifat umum dan khusus. Seperti setiap makhluk, karya sastra pun memiliki karakter individual dan juga memiliki sifat-sifat yang biasa dikandung oleh umumnya karya seni. Oleh karena itu, kita mengadakan generalisasi tentang karya sastra (Rusyana, 1979:5). Dalam hal ini, tentang kedua teks novel, yaitu SGB dan HYD. Teks sastra merupakan transformasi dari teks-teks lainnya. Selain itu sastra berkembang sendiri dengan perkembangan manusia pada bidang politik, budaya, sosial, atau linguistik, dan bukan merupakan sekadar pantulan pasif dari perkembangan di bidang lain-lain itu (Rusyana, 1979:6). Demikianlah juga halnya dengan perkembangan kedua teks itu, yaitu SGB dan HYD. Berdasarkan anggapan-anggapan di atas, penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang struktur dan perkembangan kedua teks novel SGB dan HYD. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi ke dalam dua kategori yaitu manfaat secara teoretis dan praktis. Manfaat secara praktis terbagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu menjadi manfaat bagi guru, murid, dan lembaga. 8

9 a. Manfaat secara Teoretis Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wahana atau wawasan bagi guru dan berguna bagi yang membacanya. Di sisi lain, berkepentingan dengan masalah yang diteliti dalam rangka meningkatkan apresiasi sastra siswa SMP. b. Manfaat secara Praktis 1) Bagi Guru (1) Masukan terhadap guru bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran novel dengan silabus dan model yang tepat. (2) Masukan yang tepat agar terbiasa mengembangkan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. 2) Bagi Siswa (1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi bagi para siswa dalam mempelajari pembelajaran novel. (2) Menambah wawasan yang luas dalam mempelajari pengembangan novel. (3) Menambah daya apresiasi siswa terhadap sastra. 9

10 3) Bagi Lembaga (1) Memberikan masukan kepada lembaga agar memperhatikan pembelajaran yang tepat yang berkenaan dengan pembelajaran novel. (2) Memberikan fasilitas pembelajaran serta buku-buku teks dalam hal ini buku-buku yang dapat dibaca tentang novel agar para siswa lebih bertambah akan apresiasinya. 1.7 Definisi Operasional a. Hubungan kesamaan unsur intrisik adalah hubungan antar teks sastra terutama novel yang diprediksikan memiliki hubungan tertentu, misalnya adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti tema, alur, tokoh, dan latar. b. Novel adalah cerita fiktif yang panjang, baik fisik maupun isi yang terdiri dari cerita pokok, dijalin dengan beberapa cerita sampingan yang lain, banyak tokoh, kejadian dan masalah yang kesemuanya itu merupakan sebuah kesatuan yang bulat. c. Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. 10