BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di Indonesia. Penemuan Penicillin tahun 1930 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Tujuan Gerakan Keluarga Berencana Nasional ialah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Menyikapi hali ini sejak 1970 pemerintah telah menggalakkan program Keluarga Berencana (KB) yang merupakan upaya pelayanan kesehatan prefentif yang dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan manfaat keluarga berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus digabungkan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang tersedia, guna mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera (Prawirohardjo, 2005). Keberhasilan program KB di Indonesia dipengaruhi beberapa faktor antara lain sosial ekonomi, budaya, pendidikan, agama dan status wanita. Kemajuan program KB tidak lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dengan memilih kontrasepsi. Tingkat

pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana tetapi juga memilih suatu metode. Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode. Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi (Handayani, 2010). Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena banyaknya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Maryani, 2008). Indonesia merupakan negara keempat terbesar setelah Negara Cina, India, dan Amerika Serikat. Tidak bisa dibayangkan berapa luas tempat yang akan dibutuhkan jika pada tempat yang sama dan waktu yang sama penduduk ini dikumpulkan menjadi satu (Anton, 2013). Pada awal tahun 2010, pemerintah telah melakukan sensus penduduk dan diperoleh jumlah penduduk Indonesia saat itu adalah 237.556.363 jiwa yang tersebar dari sabang sampai merauke dengan tingkat kepadatan 124/km² (BPS, 2010). Adapun jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebanyak 12.982.204 jiwa, mencakup mereka yang bertempat tinggal di perkotaan sebanyak 6.382.672 (49,16%), sedangkan yang tinggal di daerah pedesaan sebanyak 6.599.532

(50,84%) dengan kepadatan penduduk 178 jiwa/km² dan laju pertumbuhan penduduk 1,10 %/tahun (BPS, 2010). Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang besar. Jika dengan jumlah penduduk yang banyak namun tidak memiliki kualitas maka Indonesia hanya akan menjadi Negara yang besar namun minim dari segi kualitas penduduknya. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional melakukan penekanan jumlah angka kelahiran dengan pengelolaan dan pelaksaan program Keluarga Berencana (KB). Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah. Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Program ini cukup efektif dalam menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Prevalensi KB menurut alat KB dari peserta KB aktif di Indonesia adalah 66,20%. Alat KB yang dominan adalah suntikan (34%) dan pil KB (17%). (Iswarati, 2005). Upaya pemerintah untuk mewujudkan pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas tertuang juga pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) 2005-2025 berdasarkan UU No. 17 Tahun 2007 yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) lima tahunan serta Misi periode 2010-2015 yang dijabarkan dalam RPJMD Tahun 2011-2015 yang tertuang pada misi meningkatkan kualitas masyarakat kota yaitu, peningkatan kedudukan, fungsi dan peranan perempuan dalam pembangunan guna mewujudkan keluarga kecil sejahtera..

Pada awal pelaksanaan program keluarga berencana, angka kesuburan total atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia relatif tinggi, yaitu sebesar 5,61 kelahiran per wanita. Kemudian pada tahun 1991 menurun menjadi 3,01, turun kembali menjadi 2,87 pada tahun 1994, tahun 1997 turun menjadi 2,79, turun kembali menjadi 2,6 pada tahun 2002 (SDKI, 2002). Berbagai hasil survei terbaru tahun 2008, TFR turun menjadi 2,4. Dengan demikian, TFR di Indonesia tahun 2008 termasuk dalam tingkat kesuburan sedang (Depkes RI, 2008). Rencana pencapaian program kependudukan dan KB yang telah dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2010-2014. Dalam dokumen tersebut telah ditetapkan bahwa sasaran program KB menurunkan angka fertilitas total (TFR) dari 2,3 pada tahun 2009 menjadi 2,1 per perempuan pada tahun 2014. Pola pemakaian kontrasepsi di Indonesia dari 61,4 % pengguna metode kontrasepsi, sebanyak 31,6 % menggunakan suntik. Sedangkan pil hanya 13,2 %, memakai IUD (Intra Uterine Device) atau spiral 4,8 %, implan 2,8 %, dan kondom 1,3 % sisanya vasektomi dan tubektomi. Menurut survey yang dilakukan BKKBN tentang penggunaan metode kontrasepsi suntik 11,7 %, pada tahun 1994 menjadi 5,2 %, 1997 menjadi 21,1 %, 2003 menjadi 27,8 %, dan pada tahun 2007 mencapai 31,6 % (BKKBN, 2010). Hasil pelayanan Peserta KB Baru di Sumatera Utara sampai dengan bulan Desember 2014 mencapai 419.691 peserta atau 101,1% dari perkiraan permintaan masyarakat sebagai peserta (PPM) KB Baru tahun 2014 sebanyak 414.958 peserta. Berarti pencapaian rata-rata perbulan diatas 8% dan apabila persentase

pencapaian rata-rata ini dapat dipertahankan, maka sasaran pencapaian peserta KB Baru tahun 2014 akan tercapai. Dari pencapaian sebanyak 419.691 peserta KB Baru tersebut, peserta KB IUD mencapai 30.612 peserta atau 57,9%, KB dengan metode Medis Operasi Pria (MOP) mencapai 3.671 peserta atau 74,0% dan Medis Operasi wanita (MOW) mencapai 10.176 peserta atau 72,3%, KB Kondom mencapai 49.431 peserta atau 141,9 %, KB Implant mencapai 58.034 peserta atau 57,4%, KB Suntik mencapai 135.252 peserta atau 159,2% dan KB PIL mencapai 132.515 peserta atau 108,4%. Dari 33 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara angka persentase pencapaian peserta KB Baru sampai dengan bulan Desember 2014 yang paling tinggi adalah Kabupaten Batu Bara, yakni 129,3% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Nias Barat yakni hanya 26,3% dari sasaran yang telah diperkirakan sampai akhir tahun 2014. Hasil dari tempat pelayanan, ternyata pada tahun 2014 peserta KB Baru yang dilayani melalui Klinik KB Pemerintah mencapai 91,17% menyusul melalui bidan praktek swasta mencapai 84,04%, melalui Klinik KB Swasta mencapai 86,40% dan sebanyak 68,94% melalui dokter praktek swasta. Sedangkan perkembangan pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB yang dilaporkan dari kabupaten/kota sampai dengan bulan Desember 2014 mencapai 1.630.298 pasangan atau 69.3% dari 2.354.389 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara. Pemakaian metode / alat kontrasepsi para pasangan usia subur yang masih aktif sebagai peserta KB terdiri dari pemakaian alat kontrasepsi PIL mencapai 19,84% menyusul pemakaian Suntikan mencapai 21,62%, mengunakan

IUD mencapai 7,58%, dengan metode medis operasi wanita (MOW) mencapai 5,10%, peserta Implant mencapai 9,25%, pemakaian Kondom mencapai 5,27% dan dengan metode medis operasi pria (MOP) hanya 0,6% dari jumlah pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB. Tantangan pelaksanaan Program KB di Sumatera Utara ke depan masih cukup berat, terutama dari 2.354.389 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara, ada sebanyak 724.091 pasangan usia subur yang bukan peserta KB, dengan kondisi sebanyak 79.913 pasangan saat ini sedang dalam keadaan hamil, sebanyak 258.337 pasangan tidak ikut KB dan masih ingin memiliki anak dengan segera, 188.965 pasangan tidak ber KB tapi belum ingin memiliki anak dan ada sebanyak 196.876 pasangan juga belum ber KB tapi tidak ingin memiliki anak lagi. Untuk itu BKKBN Provinsi Sumatera Utara bersama dengan mitra kerja terkait, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota akan lebih meningkatkan pemerataan pelayanan, pemberian advokasi dan KIE di semua tingkatan wilayah, terutama pada wilayah-wilayah yang tertinggal, terpencil, pantai dan perbatasan dalam rangka meningkatkan kesertaan masyarakat ikut dalam program KB (BkkbN Provinsi Sumatera Utara, 2014). Hasil dari pelayanan Peserta KB Baru di Kota Medan sampai dengan bulan Desember 2014 mencapai 58.768 peserta atau 110,71% dari perkiraan permintaan masyarakat sebagai peserta (PPM) KB Baru tahun 2014 sebanyak 53.085 peserta. Berarti pencapaian rata-rata perbulan diatas 8% dan apabila persentase pencapaian rata-rata ini dapat dipertahankan, maka sasaran pencapaian peserta KB Baru tahun 2014 tercapai. Dari pencapaian sebanyak 58.768 peserta

KB Baru tersebut, peserta KB IUD mencapai 3.120 peserta atau 5,87%, KB dengan metode Medis Operasi Pria (MOP) mencapai 774 peserta atau 1,45% dan Medis Operasi wanita (MOW) mencapai 2.307 peserta atau 4,34%, KB Kondom mencapai 5.681 peserta atau 10,70%, KB Implant mencapai 4.052 peserta atau 7,63%, KB Suntik mencapai 24.091 peserta atau 45,38% dan KB PIL mencapai 18.743 peserta atau 35,30%.( BPPKB Sumut, 2014 ). Hasil dari jumlah data yang ada di kecamatan Medan Sunggal jumlah peserta KB aktif sebanyak 18.075 peserta yang menggunakkan alat kontrasepsi hormonal. Dimana alat yang dipakai adalah KB-Pil 4.266 peserta atau (30,69%), suntik 4.612 peserta atau (33,18%), implant 925 peserta atau (6,65%), IUD 1.874 peserta atau (13,48%),kondom 1.022 peserta atau (7,35%), MOW 1.134 peserta atau (8,16%) dan MOP 69 peserta atau (0,50%). Jumlah peserta KB baru sebanyak 3.093 peserta dimana KB-Pil 1.345 peserta atau (37,51%), suntik 1257 peserta atau (35,05%), implant 219 peserta atau (6,11%), IUD 194 peserta atau (5,41%), kondom 447 peserta atau (12,46%), MOW 124 peserta atau (3,46%) dan MOP 0 peserta atau (0,00%), (BPPKB Sumut, 2014) Hasil survei pendahuluan, jumlah wanita pasangan usia subur (PUS) pada Puskesmas Sunggal Tahun 2014 adalah 9284 PUS yang menggunakan kontrasepsi. Dimana kontrasepsi yang dipakai adalah KB-Pil 676 (7,3%) PUS, suntik 358 (3,9%) PUS, implant 38 (0,4%) PUS, IUD 11 (0,1%) PUS, kondom 8 (0,1%), MOP 0 (0%), MOW 0 (0%). Dari jumlah tersebut pengguna yang paling banyak menggunakan kontrasepsi adalah kontrasepsi yang bukan metode kontrasepsi jangka panjang yaitu menggunakan kontrasepsi pil, dan suntik

sedangkan untuk pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang masih rendah yaitu implan, IUD, MOW dan MOP. Dari hasil survei tersebut dapat dilihat bahwa masih rendahnya wanita pasangan usia subur yang menggunakan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang dimana wanita pasangan usia subur yang ada diwilayah kerja puskesmas sunggal mengalami kesulitan di dalam menentukan pemilihan/pemakaian jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya kerena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga karena ketidaktahuan wanita pasangan usia subur tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Ada beberapa faktor yang sangat berpangaruh dalam pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang yaitu umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan dukungan suami. Masih rendahnya wanita pasangan usia subur yang menggunakan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang membuat penulis tertarik untuk mengetahui dan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik, pengetahuan dan dukungan suami terhadap pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015. 1.2. Rumusan Masalah Masih rendahnya pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) membuat penulis tertarik untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan dukungan suami terhadap pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan dukungan suami terhadap pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. 1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan pemakaian metode 2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pemakaian metode 3. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan pemakaian metode 4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemakaian metode 5. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan pemakaian metode 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Puskemas Medan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal untuk peningkatan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang di masa yang akan datang. 2. Masukan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan dan dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.