Survei Opini Publik dengan Perspektif Ketersediaan Sarana yang Bebas Asap Rokok di Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang laki-laki, sehingga proporsi kematian terkait dengan akibat dari rokok

BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

Deni Wahyudi Kurniawan

Ilmu Kesehatan Masyarakat 2. Quit Tobacco Indonesia (QTI), CBMH Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

SURVEI NASIONAL Penilaian Implementasi Peringatan Kesehatan Bergambar di Indonesia tahun 2015 Kerjasama :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

EVALUASI IMPLEMENTASI PERGUB NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK DI PROV. DIY

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

: Bilik Laktasi, ASI, Sarana Umum, Peraturan Daerah

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN MASYARAKAT DIY TERHADAP PERATURAN GUBERNUR NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 11 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK WALIKOTA BOGOR,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

SEBAGAI UPAYA DENORMALISASI PRODUK TEMBAKAU. Made Kerta Duana (AKMI) BALI-BTC

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

Made Kerta Duana, Partha Muliawan, Ayu Swandewi. PS. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

Joint Survey FORUM WARGA KOTA JAKARTA dan YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SUPIR ANGKOT DI TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN DKI JAKARTA TAHUN 2014

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN TERBATAS MEROKOK

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

Pedoman Wawancara Analisis Implementasi Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Sekolah Di Kota Medan Tahun 2014

GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) UNIVERSITAS UDAYANA DIPATUHI ATAU DIABAIKAN?

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN SEHAT TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SURVEI KONSUMEN. Indeks Keyakinan Konsumen

PROTOTIP RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA /BUPATI...,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan serangan asma dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

dr.h.suir SYAM, M.Kes, MMR

HASIL SURVEI PAPARAN ASAP ROKOK KEPADA PEROKOK PASIF

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

KUESIONER. Anda diminta untuk mengisi kolom isian dan memberikan tanda checklist ( ) sesuai dengan jawaban pada pertanyaan yang diberikan

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.18,2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. KESEHATAN.KAWASAN.LINGKUNGAN UMUM. Kawasan, Bebas, Asap Rokok.

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING

Tingginya Paparan Asap Rokok di Dalam Rumah pada Balita Oleh : Septian Emma Dwi Jatmika, M.Kes Muchsin Maulana, S.KM., M.PH

Transkripsi:

Simposium I Jaringan Perguruan Tinggi untuk Pembangunan Infrastruktur Indonesia, 2016 Survei Opini Publik dengan Perspektif Ketersediaan yang Bebas Asap Rokok di Surabaya Kurnia D. Artanti a *, Santi Martini a, Kusuma S. Lestari b, Sri Widati c, Hario Megatsari c a Departemen Epidemiologi, FKM Universitas Airlangga (UNAIR), Kampus C UNAIR, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia b Departemen Kesehatan Lingkungan, FKM Universitas Airlangga (UNAIR), Kampus C UNAIR, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia c Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FKM Universitas Airlangga (UNAIR), Kampus C UNAIR, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia Abstract Kebutuhan akan tersedianya udara bersih sudah menjadi kebutuhan masyarakat pada umumnya. Salah satu upaya dalam menciptakan udara bersih baik di sarana Indoor maupun outdoor adalah melalui pengadaan sarana yang bebas asap rokok. Upaya tersebut tertuang dalam Perda No 5 Tahun 2008 yang mengatur mengenai Kawasan tanpa rokok. Tujuan dari survei adalah mendapatkan gambaran opini masyarakat kota Surabaya mengenai ketersediaan sarana bebas asap rokok. Survei dilakukan di semua kecamatan di kota Surabaya yaitu 31 kecamatan. Pada masing masing kecamatan diambil satu kelurahan dan sampel kelurahan ditentukan secara proporsional. Sampel sebanyak 501 warga yang tinggal di kota Surabaya dan memiliki Kartu Tanda Penduduk. yang dimaksud meliputi kesehatan, sarana pendidikan, sarana taman bermain anak, sarana transportasi, sarana tempat ibadah, tempat umum dan tempat kerja. Hasil menunjukkan dukungan warga kota Surabaya terhadap terciptanya sarana bebas asap rokok adalah sebesar 91,4 %. Bila dibedakan berdasarkan sarana dari yang paling besar yaitu sarana fasilitas kesehatan 97,8%; pendidikan 97,4%; tempat ibadah 96,8 %; transportasi 95,8 %; kantor 93,4% dan yang paling rendah fasilitas umum yaitu 87,4 %. Besarnya harapan masyarakat demi terciptanya sarana bebas asap rokok maka semakin menguatkan pengembangan peraturan Kawasan Tanpa Rokok 100% di kota Surabaya. Kata Kunci : survei, opini publik, sarana, bebas, asap rokok. 1. Latar Belakang Kebutuhan akan tersedianya udara bersih sudah menjadi kebutuhan masyarakat pada umumnya. Merokok merupakan salah satu penyebab polusi udara. Asap Rokok orang lain memiliki dampak kesehatan yang sama dengan perokok aktif. Apalagi apabila kegiatan merokok dilakukan dalam wilayah indoor, hal ini terlihat dari salah satu penelitian yang dilaksanakan oleh Santi Martini, dkk yang menyebutkan bahwa wilayah yang dimana terdapat kegiatan merokok dilakukan pemeriksaan kualitas udara menunjukkan hasil pencemaran udara yang terjadi pada sarana tersebut sebesar 20. kali dari kadar yang direkomendasikan oleh WHO (<25 µg/m 3 )[1].Berbagai penelitian menunjukkan Asap rokok terbukti berbahaya pada perokok pasif baik di sarana outdoor yang berdekatan dengan area tempat khusus merokok [2-3]. Upaya melindungi kesehatan masyarakat dari asap tembakau maka sejak tahun 2008, Surabaya telah memiliki peraturan mengenai kawasan tanpa rokok melalui Perda nomor 5 tahun 2008 mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM)[4]. Adapun Kawasan Tanpa Rokok yang dimaksud pada peraturan daerah tersebut adalah sarana bermain anak, sarana belajar, sarana kesehatan, tempat ibadah dan angkutan umum. Sedangkan kawasan terbatas merokok maksudnya adalah kegiatan merokok harus dilakukan pada tempat yang telah disediakan dan yang dimaksud dengan kawasan terbatas merokok adalah tempat kerja dan tempat-tempat umum seperti mall, restoran, hotel, tempat olahraga, terminal, stasiun. Setelah disahkan pada tahun 2008, Perda tersebut mulai diterapkan pada tahun 2009. Oleh karena perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan perda tersebut setelah lima tahun pelaksanaannya. Salah satu yang harus dipenuhi dalam melakukan evaluasi adalah mengetahui kemauan dan dukungan yang berasal dari masyarakat kota surabaya dalam upaya penyediaan sarana bebas asap rokok. 2. Metode Jenis survei yang dilakukan adalah survei cepat (rapid survey) dengan menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional) * Corresponding author. Tel.: + 62813300839892 E-mail address: kurnia.dwi.z@gmail.com

12 dan pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Responden adalah penduduk kota Surabaya dengan unit analisis keluarga. Jadi setiap keluarga dipilih Kepala Keluarga (KK) tersebut. Pemilihan sampel secara acak stratified random sampling berdasarkan kecamatan. Pada setiap kecamatan, besar sampel ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah kepala keluarga. Wilayah pengambilan sampel tersebar di 5 area kota surabaya ( timur, barat, Pusat, utara dan selatan). Pada penelitian ini membutuhkan besar sampel sebanyak 501 orang Variabel yang masuk dalam penelitian ini adalah data karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, jenis pendidikan, pendidikan; Status perokok atau bukan perokok; dan opini masyarakat terkait penyediaan sarana bebas asap rokok di tujuh wilayah yang sesuai dengan Undang- undang kesehatan No 36 tahun 2009. Adapun tujuh wilayah tersebut meliputi Kesehatan, pendidikan, tempat ibadah, taman bermain anak, transportasi umum, tempat umum dan tempat kerja. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner yang ditanyakan langsung kepada responden. Tim Pengumpulan data harus menjelaskan survei ini secara langsung, memberikan informasi terkait tujuan, prosedur, risiko, manfaat, alternatif partisipasi dll dan harus memberikan kesempatan kepada responden untuk mengajukan pertanyaan. Tim memberikan inform consent yang digunakan sebagai pedoman dalam memberikan penjelasan sebelum dilakukan pengambilan data. Semua prosedure pengumpulan data dijelaskan dan diujikan dalam komite etik fakultas kesehatan masyarakat universitas Airlangga. 3. Hasil dan Pembahasan Karakteristik RespondenMenurut Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Berdasarkan survei yang dilakukan kepada 501 warga surabaya mengenai opini masyarakat terkaitan upaya penyediaan sarana bebas asap rokok melalui revisi peraturan daerah no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok menunjukkan hasil karakteristik dari responden. Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan antara 37 sampai 47 tahun paling banyak yaitu 29,5 %. Sedangkan untuk usia antara 18 sampai 25 tahun sebesar 12,8 %. Ini berarti semua responden berada pada tahapan umur yang cukup matang untuk memutuskan dan membuat pilihan terbaik bagi dirinya. Dan hanya sedikit yang berada pada usia dewasa muda yang terkadang menunjukkan emosional yang masih labil dalam pengambilan keputusan. Proporsi jenis kelamin responden sebagian besar pada wanita yaitu sebanyak 65,7 %. Meski demikian tidak menutup kemungkinan responden wanita juga terpapar dengan asap rokok pada saat melakukan aktivitas. Distribusi pekerjaan responden terdapat beberapa macam. Dan yang terbanyak antara karyawan swasta (18,8 % ) dan wiraswasta (18,4 %). Berbagai macam jenis pekerjaan menunjukkan setiap responden mewakili kelompok pekerjaannya. Adapun pendidikan responden, mayoritas adalah SMA sederajat sebesar 44,5% dan dan yang lain tersebar mulai SD sampai pendidikan magister. Dengan demikian bisa diasumsikan bahwa survei ini sudah terwakili dari yang berbagai strata pendidikan dan semua responden diberikan kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya.

13 Tabel 4.1.Distribusi Responden di Kota Surabaya Menurut Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Karaketristik Responden Frekuensi Persentase (%) Umur (tahun) 18 25 26 36 37 47 48 58 >= 59 64 104 148 108 77 12,8 20,8 29,5 21,6 15,4 Jenis kelamin Laki Perempuan Pekerjaan Petani Buruh harian PNS Karyawan swasta Wiraswasta Tidak bekerja Pensiunan Lain-lain 172 329 2 4 10 94 92 30 15 254 34,3 65,7 0,4 0,8 2,0 18,8 18,4 6,0 3,0 50,7 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP/sederajad SMA/sederajad S1 S2 D3 D1 30 100 103 223 34 3 7 1 6,0 20,0 20,6 44,5 6,8 0,6 1,4 0,2 Penghitungan sampel dilakukan secara proporsional dengan metode pengambilan random di tiap kecamatan.besaran jumlah responden tiap kecamatan sudah disesuaikan dengan jumlah penduduk di kecamatan tersebut dengan demikian berarti hasil dari survei ini diharapkan dapat mewakili pendapat dari seluruh kota surabaya. Opini Responden Mengenai Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Berdasarkan hasil survei opini publik didapatkan bahwa 91,4 % responden dan sangat perda KTR 100 % untuk mewujudkan tersedianya sarana tanpa asap rokok. Akan tetapi berdasarkan fasilitas beberapa responden memiliki jawaban yang berbeda. Seperti pada fasilitas yang mendapat dukungan paling tinggi untuk pelaksanaan KTR 100 % yaitu kelompok sarana fasilitas kesehatan yaitu 97,8 %, diikuti dengan fasilitas pendidikan yaitu 97,4 %, tempat ibadah (96,8 %), transportasi ( 95,8 %), perkantoran (93,4 %), fasilitas umum (87,6 %), restaurant ( 87,4 %). Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang serupa yang dilakukan diberbagai kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Makassar, Medan, Semarang, Palembang dan Banjar masin. 6,7,8

14 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Dukungan Warga Surabaya Terhadap KTR 100% 33,5 57,9 7,6 0,2 0,8 sangat tidak sangat tidak tidak tahu Gambar 5. Dukungan Warga Surabaya Terhadap KTR 100% 100,00 Dukungan Warga Surabaya Terhadap KTR 100% Menurut 50,00 0,00 Kesehatan Pendidikan Ibadah Transportasi Tempat Umum Tempat Kerja sangat tidak sangat tidak tidak tahu Gambar 6. Dukungan Warga Surabaya Terhadap KTR 100% Menurut Pada Survei ini juga ditanyakan mengenai persepsi responden mengenai lebih penting mana mengenai hak masyarakat untuk mendapatkan udara bebas yaitu sebanyak 471 responden (94 %), dan hanya 27 responden ( 5,4 %) menyatakan bahwa hak perokok lebih penting dibandingkan dengan hak masyarakat. Hal ini memang sesuai dengan Hak yang dimiliki oleh setiap warga yaitu hak atas kesehatan dan lingkungan hidup yang sehat merupakan hak asasi manusia yang sesuai dengan amanat Undang undang dasar Negara RI 1945 serta Undang- undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia. 9,10 Survei ini dilakukan bukan hanya pada orang yang tidak merokok tetapi juga pada orang yang merokok. Hal ini berarti meski sekitar 17,8 % responden adalah perokok, mereka juga setuju terhadap tersedianya sarana bebas asap rokok. Pada Survei ditanyakan mengenai pendapat respon Jika Pemkot Surabaya memberlakukan PERDA KTR agar semua bangunan tertutup yang digunakan oleh publik (Mall, restoran, supermarket, angkutan umum, sekolah, mesjid, Rumah Sakit, dll) TANPA ASAP ROKOK menunjukkan hasil hampir seluruh ( 484/ 96,6 % ) responden setuju. Beberapa alasan dikemukakan yaitu mengganggu privasi sebanyak 127 (25,3 %) responden, melindungi kesehatan 291 ( 58,1 %), mencemari lingkungan 95 ( 19 %) responden. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Hasil menunjukkan dukungan warga kota Surabaya terhadap KTR 100% sebesar 91,41 % responden meliputi 33,53% sangat dan 57,88%.Jumlah responden yang tidak sebesar 7,58% dan 0,2% sangat tidak, dan 0,8% tidak tahu. Dengan adanya

15 dukungan warga Surabaya terhadap KTR 100% maka menguatkan pengembangan peraturan KTR 100% di kota Surabaya sebagai upaya untuk menyediakan sarana yang bebas asap rokok. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada The World Lung Foundation atas pemberian hibah untuk melakukan penelitian dan Pemerintah Kota Surabaya yang telah memberikan ijin untuk melakukan pemeriksaan pada gedung yang berada di Kota Surabaya serta empat orang mahasiswa FKM Unair yang telah membantu dalam proses pengumpulan data.. References [1] TCSC IAKMI JATIM, Pengukuran PM 2,5 di Surabaya, Indonesia. Fact Sheet, 2015. [2] W. C.M., H. Z.G., L. T.H., H. A.J., and P. J., Effect of ambient air pollution and environmental tobaccosmoke on respiratory helath of non-smoking women in Hong Kong, Int. J. Epidemiol., vol. 28, pp. 859 864, 1999. [3] A. A. Ruprecht et al., Outdoor second-hand cigarette smoke significantly affects air quality., Eur. Respir. J., vol. 48, no. 3, pp. 918 20, Sep. 2016. [4] Pemkot Surabaya, Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok, 2008. Use the "Insert Citation" button to add citations to this document. [5] Pemkot Surabaya. 2009. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok. Surabaya [6] Abadi. Presentation on the launching data of public survey on Tobacco Control Hotel Century. Jakarta: 26 April 2011. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia [7] Polling Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Yogyakarta,MTCC UMY,2011) [8] Menakar Loyalitas Kunjungan Konsumen terhadap Hotelda Resporan yang Menerapkan Kawasan Dilarang Merokok (KDM) YLKI 2011 [9] Undang undang dasar Negara RI 1945 [10] Undang- undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia.